21 November 2023
19:47 WIB
Penulis: Siti Nur Arifa
Editor: Rendi Widodo
JAKARTA - Sulawesi Tenggara bukan hanya terkenal akan destinasi wisata berupa hamparan laut dengan pesona terumbu karang yang memukau. Dalam hal kuliner, mereka juga memiliki camilan tradisional dengan cita rasa manis yang banyak disukai oleh masyarakat lokal bahkan luar daerah, yakni karasi.
Karasi merupakan camilan sederhana dengan cita rasa manis yang sebenarnya berasal dari wilayah spesifik Wakatobi dan Buton. Karena diperkenalkan oleh masyarakat lokal keluar daerah, camilan satu ini juga sudah populer sebagai buah tangan dan banyak dijumpai di beberapa wilayah Sulawesi lainnya.
Camilan Cermin Kesederhanaan Suku Buton
Jika dilihat pada versi aslinya, karasi dibuat dari bahan utama jagung muda yang dicampur dengan gula merah cair. Namun, seiring berkembangnya waktu dan penggunaan bahan baku yang lebih mudah ditemui, karasi sudah banyak yang dibuat dengan bahan dasar gula pasir yang dicampur dengan tepung beras.
Soal asal-usul, Karasi dipercaya sebagai santapan tradisi leluhur Buton yang masih terpelihara sampai kini. Memiliki tampilan unik, dalam proses pembuatannya karasi dicetak menggunakan batok kelapa sehingga berbentuk seperti kepala yang berongga.
Pembuatan karasi juga cukup sederhana, setelah dibentuk adonannya akan digoreng pada minyak panas sampai berubah warna menjadi kuning keemasan. Kesederhanaan dalam pembuatan karasi itu yang nyatanya mencerminkan kesederhanaan hidup Suku Buton khususnya yang berada di wilayah Tomia, salah satu kecamatan di Kabupaten Wakatobi.
Oleh masyarakat Tomia, karasi biasanya mereka sajikan pada berbagai acara mulai dari pernikahan, sunatan, lebaran, dan pada saat kematian. Masyarakat Tomia juga menyebut jika di zaman dulu karasi biasa dibuat dan disuguhkan setiap perayaan atau syukuran menempati rumah baru.
Selain itu, ada juga yang menyebut bahwa pembuatan karasi menjadi simbol untuk melepas kekasih atau calon pasangan perantauan. Biasanya untuk melepas keberangkatan kekasih pria, suku Buton wanita akan menyiapkan sajian berupa karasi, ketupat, dan berbagai makanan tradisional lainnya.
Camilan Karasi Saat Ini
Kekinian, karasi banyak dijadikan sebagai oleh-oleh (cendra mata) bagi wisatawan, sanak keluarga, atau kawan yang ada di perantauan.
Menariknya lagi, kini karasi semakin dikenal oleh masyarakat luar daerah karena wujudnya saat proses pembuatan sudah dikreasikan sedemikian rupa. Terlihat jika saat ini ada sekitar 13 model karasi yang dikenal oleh masyarakat Tomia, di mana tiga di antaranya baru muncul di sekitar tahun 2000-an.
Beberapa jenis bentuk karasi yang umum dijumpai dan banyak dijadikan buah tangan oleh para wisatawan di antaranya karasi sisi komba dengan bentuk layaknya bulan sabit, karasi fengke yang memiliki makna paha karena bentuknya yang menyerupai paha manusia, karasi Kapa'a pa'a yang menyerupai bentuk bintang laut, dan masih banyak lagi.