c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

KULTURA

07 Desember 2022

21:00 WIB

Justin Fashanu, Sepak Bola Dan Kontroversi Homoseksual

Justin Fashanu merupakan pesepakbola Inggris pertama yang berani mengakui dirinya gay. Kontroversinya diakhiri dengan bunuh diri.

Penulis: Gemma Fitri Purbaya

Editor: Satrio Wicaksono

Justin Fashanu, Sepak Bola Dan Kontroversi Homoseksual
Justin Fashanu, Sepak Bola Dan Kontroversi Homoseksual
Justin Fashanu. Sumber: National Football Museum

JAKARTA - Beberapa negara Eropa, termasuk Inggris, memutuskan untuk melakukan kampanye saat penyelenggaraan FIFA Piala Dunia Qatar 2022 ini. 

Kampanye ini untuk memberikan pesan kepada seluruh dunia, kalau sepak bola merupakan olahraga inklusi dan mengecam seluruh tindakan diskriminasi.

Caranya adalah dengan mengenakan 'ban' bertuliskan "OneLove" penuh warna, seperti merah, hitam, hijau, pink, kuning, dan biru. 

Warna-warna itu merefleksikan latar belakang, ras, gender, dan identitas seksual orang yang beragam. “One Love” juga bertujuan mengadvokasi hak asasi manusia, termasuk kalangan gay dan lesbian. 

Akan tetapi, 'proyek' itu gagal, tak bisa direalisasikan.

Qatar, sebagai negara penyelenggara pertandingan bola dunia ini merupakan negara yang sangat menentang hubungan sesama jenis. Para pelakunya, bahkan bisa mendapatkan hukuman mati. 

Di gelaran Piala Dunia 2022 ini tersiar kabar, kalau setiap kapten tim nasional (timnas) bisa mendapatkan sanksi kartu kuning jika mengenakan ban "OneLove" dalam suatu laga.  

Kebijakan ini membuat beberapa negara mengungkapkan keberatannya. Banyak pula yang menyatakan siap menerima 'denda' dan tetap bersikeras memakai ban kapten tersebut. 

Kapten timnas Inggris, Harry Kane sebenarnya juga bertekad untuk memakai ban tersebut saat pertandingan. 

Tetapi karena terancam akan peroleh kartu kuning, akhirnya dia memutuskan memakai ban "No Discrimination" yang disetujui oleh FIFA.

Apa yang mengemuka di Piala Dunia Qatar menunjukkan hal baik untuk inklusifitas dan kesetaraan. Ini berbeda dengan situasi beberapa dekade lalu, saat Justin Fashanu masih berkarir di dunia sepak bola. 

Kala itu, Justin, pesepakbola dari Inggris, mengaku sebagai 'gay' kepada publik.

Justin Fashanu merupakan pemain sepak bola profesional di Inggris. Lahir pada 1961 di Hackney, London, Inggris dari pasangan pengacara asal Nigeria dan perawat asal Guyana. 

Saat orang tuanya bercerai, Justin dikirim ke Barnado, sebuah tempat pengasuhan anak. Alasannya, sang ibu tak mampu mengasuhnya. 

Justin kemudian dirawat oleh Alf dan Betty Jackson. Mereka tinggal di Shropham, Norfolk. Masa kanak-kanaknya pun semakin cerah. Dia tidak lagi dirundung kemiskinan. 

Justin kecil sampai remaja, mulai mengeksplor diri hingga jatuh cinta pada sepak bola. Melihat bakat dan kemampuannya mengolah si kulit bundar, membuat John Sainty dari Norwich City tertarik meminangnya.

Justin memulai karirnya di Norwich City, sampai akhirnya memulai debutnya di kancah profesional saat melawan West Bromwich Albion, pada Januari 1979. Penampilannya amat cemerlang.

Bahkan saat melawan Liverpool pada 1980, membuat Justin mendapatkan penghargaan BBC Goal of Season. Gol cantik lewat sontekan kaki kirinya, terlebih dulu menghantam ke pojok dalam gawang Liverpool. Meski tidak mampu membuat timnya memenangkan laga.

Hasilnya, pada musim 1981, klub Nottingham Forest berminat meminang Justin. Berkat rayuan sang manajer tim, Brian Clough, Justin dibeli dengan harga cukup fantastis, sebesar £1 juta atau sekitar Rp18 miliar. 

Nilai tersebut menjadikan Justin sebagai pemain sepak bola Inggris kulit hitam pertama yang mendapatkan nilai kontrak sebesar itu.

Pengakuan Gay Dan Hujatan
Namun di tengah kegemilangannya, masalah perlahan muncul. Banyak rumor yang mengatakan kalau Justin kerap mengunjungi klub malam dan bar gay. 

Nama besar Brian sebagai manajer tim ternama pun ikut dipertaruhkan. Dia tidak ingin pemainnya ada yang gay. Dalam buku autobiografinya, Brian sempat 'menyerang' Justin secara verbal. Hubungan keduanya memburuk. 

Tak hanya itu, performa Justin turut ambruk, karena dia kerap dilarang ikut berlatih. Dalam 32 pertandingan, Justin hanya mampu mencetak 3 gol pada musim 1981-82. 

Dia dipinjamkan ke Southampton. Anehnya, di klub itu kelihaiannya kembali bangkit. Tiga gol diciptakan dari sembilan pertandingan. Southampton berminat membelinya. 

Sayang, karena kekurangan dana, membuat Justin tidak bisa menetap di klub tersebut. 

Selepasnya, Justin berpindah-pindah klub, hingga pada tahun 1990, dia membuat pernyataan yang cukup mengejutkan. Kepada The Sun, Justin mengaku kalau dia adalah seorang gay.  

Statement ini membuat Justin sebagai pemain sepak bola Inggris pertama yang mengaku gay secara terbuka. 

Tabloid tersebut bahkan menampilkan headline bertajuk "Bintang Sepak Bola "£1 Juta: Saya Gay". 

Dalam ceritanya, Justin bahkan mengatakan pernah menjalin hubungan dengan anggota parlemen yang telah menikah saat mereka bertemu di London. Pengakuan ini jelas menjadi kontroversi Apalagi kala itu, homoseksual merupakan sesuatu yang tabu. Dan, sepak bola menjadi olahraga yang dikenal sangat maskulin.

Adik Justin, John Fashanu yang juga merupakan pemain sepak bola, bahkan sempat menyuruh sang kakak agar tidak mengungkapkan identitas seksualnya ke publik. Namun, imbauan itu diacuhkan.

"Saya memohon, saya mengancamnya, saya mencoba semua yang saya bisa untuk menghentikannya agar tidak mengaku ke publik. Saya memberinya uang karena tidak ingin membuat malu saya ataupun keluarga saya," kata John dikutip dari Daily Mirror.

Para pemain sepak bola lainnya menerima pengakuan Justin. Sayangnya ini tidak berlaku untuk para fans. Berkali-kali, dia menerima perlakuan tidak mengenakkan dari penonton pertandingan.

Teriakan cibiran, nyanyian sampai banner yang bertuliskan ejekan kepada dirinya sebagai seorang gay, seakan menjadi neraka buat Justin.

Komunitas kulit hitam juga memberikan reaksi keras. Melalui media The Voice, mereka mengungkapkan tidak menerima kalangan homoseksual di komunitas mereka. Komentar-komentar pedas terus berdatangan, namun dia tetap tabah dan bangga akan keputusan yang diambilnya. 

Hanya saja, hatinya semakin hancur ketika adiknya, John memutuskan melakukan wawancara dengan media itu terkait keputusan Justin. Dalam wawancara itu, The Voice melansir berita utama bertajuk "John Fashanu: Kakak Gay Saya Adalah Orang Buangan". 

Bisa ditebak, hubungan Justin dengan John memburuk. Justin merasa dikhianati oleh sang adik. Karier profesional Justin di dunia sepak bola pun semakin menurun. Dia bahkan pindah ke negara-negara lain, seperti Skotlandia, Swedia, Amerika Serikat, dan Selandia Baru untuk memulai kariernya yang baru.

Hingga Bunuh Diri
Pada Maret 1998, seorang remaja laki-laki berusia 17 tahun melapor ke polisi kalau dia dilecehkan secara seksual oleh Justin, usai minum-minum bersama di Maryland. 

Justin dikenai dua pelanggaran kejahatan, yaitu sodomi dan perilaku tidak senonoh karena melibatkan aktivitas seksual sesama jenis. Kala itu, homoseksual masih menjadi tindak kriminal di negara bagian Amerika Serikat itu.

Justin mengaku kalau aktivitas seksual yang mereka lakukan merupakan konsensual alias tindakan sama-sama suka. 

Akan etapi ,dia memutuskan untuk 'melarikan diri' ke Inggris usai diinterogasi oleh kepolisian soal tindakan tersebut. Setelah itu Justin seperti ‘hilang’.

Dua bulan setelahnya, sepulang dari mengunjungi sebuah sauna gay lokal, Chariots Roman Spa, Justin ditemukan bunuh diri dengan menggantung dirinya di sebuah garasi tua.

Dia meninggalkan pesan kalau melarikan diri karena 'merasa takut' tidak diperlakukan adil selama di pengadilan karena homoseksualitasnya. Dia yakin, AS adalah negara yang belum 'ramah' pada kelompok homoseksual. 

Justin juga menambahkan, dia tidak ingin menambah rasa malu pada teman-teman dan keluarganya.

Kematian Justin memberikan tamparan besar pada dunia, khususnya pada dunia sepak bola yang dirasa masih belum inklusif. John pun mengaku menyesal pernah mengatakan pernyataan yang 'menyakiti' dan tidak mendukung Justin saat mengaku ke publik kalau dirinya gay. 

Untuk 'menebus' perasaan bersalahnya, dia meminta asosiasi sepak bola untuk membantu dan memberikan dukungan pada pemain sepak bola yang mengakui identitas seksual mereka.

Setelah Justin, baru pada 2013 mantan pemain sepak bola dari klub Leeds United Robbie Rogers mengaku kalau dirinya gay. Robbie sempat pensiun sejenak sebelum akhirnya bergabung ke LA Galaxy di Amerika Serikat. 

Semenjak itu, beberapa pemain sepak bola gay pun mulai ‘berani’ menunjukkan diri mereka. Meski demikian, sepak bola yang kadung diidentikan dengan sesuatu maskulin sampai kini belum lepas dari dominasi kalangan homopobia.  


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar