c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

KULTURA

28 November 2024

10:13 WIB

JILF X JakTent Soroti Relevansi Sastra Di Antara Isu Krisis Lingkungan

Jakarta International Literary Festival (JILF) berkolaborasi dengan Jakarta Content Week (JakTent) untuk menggelar festival berkesadaran hijau, menyuarakan pesan keberlanjutan lingkungan.

Penulis: Andesta Herli Wijaya

Editor: Satrio Wicaksono

<p>JILF X JakTent Soroti Relevansi Sastra Di Antara Isu Krisis Lingkungan </p>
<p>JILF X JakTent Soroti Relevansi Sastra Di Antara Isu Krisis Lingkungan </p>

Ceramah pembuka JILF X JakTent oleh penulis Hiromi Kawakami di Lobi Teater Kecil Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, Rabu (27/11). Dok: Validnews/ Andesta.

JAKARTA – Jakarta International Literary Festival (JILF) di edisi keempatnya berkolaborasi dengan Jakarta Content Week (JakTent) untuk menggelar festival berkesadaran hijau. Kedua festival ini bergabung dalam helatan bersama tahun ini untuk mengusung dialog gagasan dan serangkaian kegiatan untuk menyuarakan pesan keberlanjutan lingkungan.

JILF dan JakTent selama ini dikenal sebagai dua festival terpisah yang sama-sama berfokus pada isu literasi. Satunya adalah festival sastra, yang tahun ini membawa tema “Word, Action, Aligned on Eco-Literature (F/acta)”. Satunya lagi adalah festival konten yang berfokus pada ekosistem perbukuan, kali ini membawa tema “Shared Culture, Shared Future”.

Kedekatan tema itu menjadi kunci kolaborasi JILF X JakTent kali ini, menawarkan serangkaian program yang mengedepankan promosi sastra dan budaya untuk keberlanjutan lingkungan.

Direktur JILF, Ketua Komite Dewan Kesenian Jakarta, Anton Kurnia mengatakan, hari ini para pelaku sastra sudah tak bisa lagi melepaskan diri dari isu lingkungan. Di tengah ancaman krisis iklim yang nyata, festival ini mengajak para penulis untuk membicarakan kemungkinan-kemungkinan sastra untuk terlibat dalam upaya penyelamatan lingkungan.

Keterlibatan penulis sastra tentunya dalam pilihannya mencipta karya-karya yang bisa memperkaya wawasan publik, menggerakkan pembaca untuk turut terlibat menyelamatkan lingkungan.

“Kami berharap di sini terjadi suatu perbincangan yang intens sehingga mungkin para penulis mendapat gagasan-gagasan baru, apa yang mereka tulis kemudian dibaca masyarakat luas, dan memberikan  penyadara baru, cara pandang baru terhadap lingkungan hidup,” ungkap Anton di Jakarta, Rabu (27/11).

Menurut Anton lagi, kesadaran akan lingkungan telah tumbuh dalam karya-karya sastra Indonesia mutakhir, menandai bahwa kini semakin banyak penulis berkesadaran lingkungan. Ini menurutnya adalah hal baik yang memang diharapkan, agar sastra tetap bisa dipandang relevan di era kiwari, era dengan segala permasalahan lingkungan yang mendesak untuk direspon.

JILF X JakTent bagi Anton juga upaya untuk membumikan sastra kepada masyarakat luas. Lewat beragam kegiatan, diharapkan semakin banyak orang terakses akan bacaan-bacaan sastra bermutu, termasuk sastra yang memberi perspektif lingkungan.

Lebih lanjut, kurator JILF X JakTent, M. Aan Mansyur mengatakan bahwa ketersentuhan penulis sastra dengan lingkungan sejatinya telah ada sejak lama. Namun ketersentuhan itu selama ini lebih dalam praktik-praktik romantisasi. Penyair, misalnya, meromantisasi alam dalam puisinya.

Menurut Aan, praktik semacam itu kini perlu ditinjau ulang, apakah memang menyimpan pesan penyelamatan lingkungan, atau justru pandangan romantis terhadap alam itulah yang memperkuat antroposentrisme, gagasan bahwa manusia adalah pusat kehidupan dan alam tunduk di bawah kepentingan mereka.

Aan menilai JILF X JakTent kali ini bisa menjadi ruang bagi para pelaku sastra, untuk melihat kembali relevansi karya mereka dengan zaman. Juga bagi seniman dan pelaku budaya, untuk membaca kembali sejauh mana kiprah kekaryaan mereka terlibat dalam isu lingkungan yang kini dianggap mendesak.

“Karya sastra saya kira punya potensi besar untuk mengubah cara berpikir yang lebih kritis tentang hubungan kita sebagai manusia dengan alam. Potensinya ada, dalam situasi genting, seni jadi bagian kita mencari inspirasi, harapan,” kata Aan.

“Saya sebetulnya sangat berharap karya sastra jadi bagian dari kita untuk menyampaikan isu-isu penting seperti perubahan iklim, perampasan lahan, isu-isu perusakan tentang bagaimana industri ekstraktif terus-menerus,” tambah penyair asal Makassar itu.

Forum Diskusi hingga Pameran

JILF X JakTent diisi dengan serangkaian program, di antaranya forum-forum diskusi sastra dan dunia kreatif bidang lainnya, bazar buku, pameran tentang lingkungan, hingga forum para penerjemah buku yang menjadi simpul konteks global di festival ini.

Bertempat di kompleks Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, dari 27 November hingga 1 Desember mendatang, JILF X JakTent mengundang publik untuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan menarik dan penting seputar sastra, budaya, dan keberlanjutan lingkungan.

JILF X JakTent dibuka pada Rabu (27/1) malam di TIM dengan ceramah oleh penulis asal Jepang, Hiromi Kawakami tentang sastra dan kritik ekologi. Nantinya festival ini akan ditutup dengan ceramah oleh aktivis lingkungan asal Aceh, Farwiza Farhan tentang relevansi festival sastra dan ekologi.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar