c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

KULTURA

31 Oktober 2024

16:13 WIB

Jadi Penyakit Menular Mematikan Di Dunia, 8 Juta Kasus TB Baru Dilaporkan

Dalam laporan terkini yang dimiliki oleh WHO, Tuberkulosis menjadi penyakit menular paling mematikan di dunia dan diperkirakan sudah menyerang 8,2 juta orang pada 2023.

<p id="isPasted">Jadi Penyakit Menular Mematikan Di Dunia, 8 Juta Kasus TB Baru Dilaporkan</p>
<p id="isPasted">Jadi Penyakit Menular Mematikan Di Dunia, 8 Juta Kasus TB Baru Dilaporkan</p>

Ilustrasi obat untuk penyakit TBC. Shutterstock/ ESB Professional

JAKARTA - Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, ada 8 juta kasus Tuberkulosis (TB) baru yang dilaporkan. TB pun menjadi penyakit menular yang paling mematikan di dunia.

"Fakta TB masih membunuh dan membuat banyak orang sakit adalah hal yang keterlaluan, padahal kita memiliki alat untuk mencegahnya, mendeteksinya, dan mengobatinya,” kata Direktur Jenderal WHO, Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus, sebagaimana dilaporkan Medical Daily, Rabu (30/10).

Dalam laporan terkini yang dimiliki oleh WHO, Tuberkulosis menjadi penyakit menular paling mematikan di dunia dan diperkirakan sudah menyerang 8,2 juta orang pada 2023. Jumlah kasus baru tersebut melonjak tinggi sejak 1995.

Walaupun total kasus kematian Tuberkulosis turun dari 1,32 juta menjadi 1,25 juta pada tahun lalu, jumlah tersebut menurut laporan terbaru WHO meningkat sedikit menjadi 10,8 juta pada tahun 2023. Penderita Tuberkulosis yang resistan terhadap obat pun diperkirakan telah menyerang sekitar 400.000 orang tahun lalu dan masih menjadi krisis kesehatan masyarakat dan ancaman keamanan kesehatan.

Statistik yang lebih mengejutkan adalah, hanya 40% dari kasus yang telah diobati. Resistensi obat dapat berkembang ketika obat Tuberkulosis disalahgunakan, baik melalui resep yang salah, obat berkualitas buruk, atau pasien menghentikan pengobatan sebelum waktunya.

WHO sendiri mengaku sudah melakukan upaya pencegahan dan pengobatan Tuberkulosis secara global dan telah menyelamatkan sekitar 79 juta jiwa sejak tahun 2000. Namun, mereka mencatat masih terdapat kesenjangan yang signifikan, di antara wilayah geografis yang sangat terdampak oleh penyakit pernapasan serius ini.

Jumlah kasus TB baru tertinggi dilaporkan di Wilayah Asia Tenggara (45%), diikuti oleh Wilayah Afrika (24%), dan Wilayah Pasifik Barat (17%). Selain itu, sekitar 56% dari beban Tuberkulosis global terkonsentrasi di wilayah tertentu, dengan India memimpin dengan 26%, diikuti oleh Indonesia dengan 10%, dan Tiongkok, Filipina (masing-masing 6,8%), dan Pakistan (6,7%).

Untuk diketahui, Tuberkulosis tercatat lebih banyak menyerang pria dibandingkan wanita dan anak-anak. Menurut perkiraan WHO, 55% kasus adalah pria, 33% adalah wanita, dan 12% adalah anak-anak dan remaja muda.

Tantangan lainnya yang terus menghambat kemajuan dalam memerangi Tuberkulosis adalah kurangnya dana yang dihadapi oleh banyak negara.

"Negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah (LMIC), yang menanggung 98% beban Tuberkulosis, menghadapi kekurangan dana yang signifikan. Hanya US$5,7 miliar dari target pendanaan tahunan sebesar US$22 miliar yang tersedia pada tahun 2023, setara dengan hanya 26% dari target global," ujar WHO dalam siaran persnya.

“WHO mendesak semua negara untuk menepati komitmen konkret yang telah mereka buat untuk memperluas penggunaan alat-alat tersebut, dan untuk mengakhiri TB," tambah Ghebreyesus.

Genjot Skrining
Sementara itu, Plt. Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengatakan, untuk menurunkan kasus tuberkulosis hingga 50% dalam lima tahun ke depan, terdapat sejumlah langkah, salah satunya melalui skrining.


Seorang warga melakukan proses skrining tuberkulosis (TBC) melalui aplikasi Ransel TBC di Kota Tangerang, Banten, Kamis (4/7/2024). Antara/Sulthony Hasanuddin.

Nadia mengatakan, skrining tuberkulosis adalah upaya guna menemukan kasus TB secara dini. Selain itu, katanya, target tersebut juga dipenuhi melalui pemberian profilaksis TB sebagai terapi.

Untuk diketahui, Presiden dan Wakil Presiden Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, menjadikan upaya penurunan kasus tuberkulosis sebagai salah satu inisiatifnya di bidang kesehatan. Menurut laman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), meskipun TB dapat dicegah dan diobati, pada 2022 sebanyak 10,6 juta orang menderita TB, dan 1,3 juta orang di antaranya meninggal karena penyakit itu.

Diketahui, TB adalah penyakit infeksius paling mematikan kedua setelah Ccovid-19, selain HIV dan AIDS. Oleh karena itu, mengeliminasi TB pada tahun 2030 menjadi salah satu target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs).

Catatan dari laman resmi TB Indonesia, terdapat sebanyak 1.060.000 orang yang mengidap tuberkulosis, dengan angka kematian 134 ribu per tahun. Kemudian, terdapat 31 ribu orang yang mengalami Tuberkulosis Resistan Obat.

Dikutip dari situs tersebut, sejumlah upaya pemerintah untuk menggencarkan skrining TB termasuk dengan menggelar kampanye TB pada Hari Anak Nasional 2024 yang menyasar anak-anak muda dan pemuda, sebagai wadah menyebarkan informasi dan promosi deteksi dini TB.

Kemudian, pada Agustus 2024 Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin meluncurkan Portable X-Ray sebagai alat skrining TB pada anak-anak, dan membagi-bagikannya ke daerah-daerah dengan kasus TB yang tinggi. Daerah-daerah tersebut antara lain Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, NTT, Sumatera Utara, dan Maluku.

Kemudian, Kementerian Kesehatan juga berupaya mengakhiri stigma yang dihadapi para penderita TB sekaligus mengedukasi publik, dengan melakukan bedah film yang berjudul Nafas Harapan pada Maret 2024.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar