c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

KULTURA

27 Januari 2023

20:02 WIB

Isu Gizi Masih Menjadi Masalah Kompleks Di Indonesia

Permasalahan gizi yang masih terjadi di Indonesia seperti stunting, obesitas, dan bertubuh kurus (wasting) terus menjadi isu yang yang tak kunjung tuntas.

Penulis: Annisa Nur Jannah

Editor: Rendi Widodo

Isu Gizi Masih Menjadi Masalah Kompleks Di Indonesia
Isu Gizi Masih Menjadi Masalah Kompleks Di Indonesia
Ilustrasi porsi makan sarat gizi. Unsplash

JAKARTA - Masalah gizi masih sering menjadi salah satu isu yang dihadapi oleh negara-negara yang sedang berkembang, termasuk Indonesia. Banyak sekali permasalahan gizi yang terjadi di sekitar kita, seperti stunting, obesitas, dan bertubuh kurus (wasting), dan permasalahan lainnya.

Gizi sendiri merupakan salah satu komponen penting bagi tumbuh kembang manusia, terutama pada masa 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yaitu masa kehamilan hingga anak berusia dua tahun. Ini merupakan kesempatan emas untuk menciptakan generasi berkualitas yang bebas dari stunting dan masalah gizi lainnya. 

Berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021, prevalensi stunting di Indonesia sebesar 24,4%. Meski angka tersebut mengalami penurunan sejak tahun 2019, isu stunting masih menjadi tantangan pemerintah untuk menurunkan prevalensi hingga 14% pada 2024.  

Berdasarkan pada fakta tersebut, salah satu perusahaan makanan dan minuman Nestle Indonesia ikut berkomitmen untuk mendukung upaya pemerintah dalam menurunkan prevalensi stunting di Indonesia melalui berbagai inisiatif, termasuk program edukasi terkait gizi.

Guru Besar Pangan dan Gizi di Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof. Ali Khomsan mengatakan pencegahan masalah gizi harus dilakukan sedini mungkin, salah satunya dengan mengonsumsi makanan dengan gizi yang seimbang.

Mengenal B2SA dalam kebutuhan gizi
Prof. Ali menyebut sangat penting bagi masyarakat untuk memahami piramida makanan sebagai pedoman gizi seimbang dan penerapan "isi piringku" menggunakan slogan pangan, beragam, bergizi, seimbang, dan aman (B2SA). 

"Untuk itu, kita membutuhkan aneka ragam pangan, baik sumber karbohidrat, protein, maupun vitamin, dan mineral, yang jika dikonsumsi dapat memenuhi kecukupan gizi yang dianjurkan dan tidak tercemar bahan berbahaya yang merugikan kesehatan,” ujar Prof Ali dalam siaran pers yang diterima Validnews, Jumat (27/1).

B2SA merupakan pengganti konsep empat sehat dan lima sempurna, karena kebutuhan gizi tiap individu berbeda-beda dan tidak dapat disamaratakan.

Beragam, di mana terdapat bermacam-macam jenis makanan, baik hewani maupun nabati, sebagai sumber karbohidrat, protein, vitamin dan mineral. Bergizi, merupakan makanan yang mengandung zat gizi makro dan mikro yang dibutuhkan oleh tubuh.

Seimbang, dikonsumsi secara cukup sesuai dengan kebutuhan masing-masing individu dengan tetap memperhatikan proporsinya sesuai dengan "Isi Piringku". Aman, yakni bebas dari cemaran fisik, kimia, dan mikrobiologi, sehingga proses pengolahan dan penyimpanan makanan harus dilakukan dengan baik.  

"Dengan menerapkan B2SA, kekurangan zat gizi dari satu jenis makanan akan dilengkapi dengan zat gizi dari makanan lain," jelasnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar