17 September 2025
18:57 WIB
Infrastruktur Masih Jadi Tantangan Pariwisata Tanah Air
Infrastruktur yang terbatas membuat arus wisatawan tersendat, akomodasi tak siap menampung lonjakan pengunjung yang dipicu adanya event, dan transportasi publik sering kali tidak terintegrasi.
Penulis: Annisa Nur Jannah
Editor: Andesta Herli Wijaya
Pertunjukan budaya di Desa Wisata Bantarkaret, Bogor. Youtube/Pesona Bantarkaret.
JAKARTA - Potensi pariwisata Indonesia tak pernah diragukan. Dari Sabang sampai Merauke, hampir setiap daerah memiliki kekayaan alam, tradisi, seni, dan festival yang bisa menjadi magnet wisata.
Menurut Prof. Diena M. Lemy, Guru Besar Ilmu Manajemen Jasa Kepariwisataan Universitas Pelita Harapan (UPH), Indonesia sebenarnya memiliki potensi pariwisata yang besar. Aktivitas wisata suatu daerah seringkali juga didongkrak oleh ragam festival budaya yang menawarkan pengalaman segar bagi wisatawan lokal maupun mancanegara.
Namun potensi besar itu kerap tersendat oleh keterbatasan infrastruktur dan aksesibilitas.
"Dua faktor penting yang menentukan kenyamanan sekaligus kelancaran perjalanan wisatawan. Tanpa jalan yang baik, transportasi memadai, atau fasilitas pendukung, festival yang sudah bagus pun sulit berkembang lebih jauh," ujar Prof. Diena kepada Validnews beberapa waktu lalu.
Karena kaya budaya, pariwisata Indonesia juga didongkrak oleh beragam event atau festival budaya yang menjadi ciri khas tiap-tiap daerah. Setiap kali sebuah festival digelar di suatu daerah, suasana kota bisa berubah total. Jalanan mendadak ramai, hotel-hotel penuh dipesan, hingga warung makan sederhana ikut kebanjiran pembeli.
Lemmy mengatakan, festival dan event pariwisata lokal memang punya kekuatan istimewa, membuat aktivitas wisata di daerah menjadi kian hidup.
Tapi infrastruktur yang terbatas membuat arus wisatawan tersendat, akomodasi tak siap menampung lonjakan pengunjung, dan transportasi publik sering kali tidak terintegrasi. Akibatnya, pengalaman wisata yang seharusnya berkesan justru bisa terganggu.
Baca juga: Menggenjot Transaksi Turis Dengan Konektivitas Transaksi Digital
Masalah infrastruktur pariwisata Indonesia sebenarnya bukan rahasia lagi. Laporan World Economic Forum pernah menempatkan Indonesia tinggi dalam kategori daya tarik alam dan budaya, tetapi masih rendah dalam hal infrastruktur penunjang pariwisata. Contoh paling nyata bisa dilihat di sejumlah destinasi unggulan. Misalnya, Danau Toba yang sudah masuk daftar UNESCO Global Geopark masih menghadapi persoalan akses jalan yang sempit dan berliku.
Begitu pula Wakatobi di Sulawesi Tenggara, destinasi selam kelas dunia yang sering dikeluhkan karena minim penerbangan langsung dan fasilitas transportasi antarpulau. Bahkan Bali sekalipun yang menjadi ikon pariwisata Indonesia tak lepas dari masalah kemacetan dan keterbatasan transportasi publik yang memadai.
Kondisi ini menunjukkan bahwa kelemahan bukan hanya ada di daerah terpencil, melainkan juga di pusat destinasi utama. Tanpa perbaikan serius, potensi besar yang dimiliki festival dan budaya lokal sulit maksimal mendongkrak kunjungan wisatawan.
Bagi Prof. Diena, inilah kunci agar festival budaya di Indonesia tidak lagi sekadar agenda tahunan. Dengan infrastruktur yang memadai, aksesibilitas mudah, dan strategi promosi tepat, festival budaya bisa bertransformasi menjadi motor penggerak pariwisata yang berkelanjutan sekaligus memberi manfaat nyata bagi masyarakat daerah.
"Festival yang diiringi akses jalan mulus, transportasi publik terintegrasi, serta pilihan akomodasi layak akan memberi pengalaman yang tak terlupakan. Sebaliknya, festival sebaik apa pun akan sulit menembus batas jika pengunjung sudah lelah duluan karena perjalanan panjang dan akses yang rumit," pungkasnya.