22 Februari 2025
11:24 WIB
Hipertansi Pada Ibu Hamil Bisa Picu Terjadinya Preeklamsia
Menurut data WHO, preeklamsia dan eklamsia diklasifikasikan sebagai selaah satu penyebab langsung terkait kehamilan. Prevalensi global hipertensi dalam kehamilan diperkirakan sekitar 10-15%
Ibu hamil sedang konsultasi kesehatan. Freepik
JAKARTA - Hipertensi dapat memicu terjadinya preeklamsia pada ibu hamil. Karenanya, hal tersebut perlu dicegah agar tidak menimbulkan kematian.
Ketua Panitia dan Ketua Umum Tim Buku Panduan Penatalaksanaan Hipertensi Peripartum 2025, Dr. Ni Made Hustini mengatakan, preeklamsia diketahui memiliki dampak yang besar terhadap kesehatan ibu maupun bayi di masa depan kehidupannya.
Mengutip laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), wanita yang akrab disapa Dokter Kum itu mengatakan, sekitar 80% kematian pada ibu yang diklasifikasikan sebagai kematian langsung terkait kehamilan, disebabkan oleh lima penyebab yaitu pendarahan postpartum (25%), preeklamsia dan eklamsia (20%), abortus (13%) dan penyebab lainnya (7%).
Preeklamsia merupakan salah satu penyebab kematian ibu tertinggi di Indonesia. Prevalensi global hipertensi dalam kehamilan diperkirakan sekitar 10-15%, sementara preeklamsia memengaruhi 2-8% dari semua kehamilan.
Dokter Kum menjelaskan, hipertensi selama periode kehamilan berkaitan erat dengan luaran kelahiran yang buruk, termasuk gangguan fungsi organ baik pada gangguan ginjal, gagal jantung hingga endema paru serta memicu sindrom Hemolysis, Elevated Liver Enzymes and Low Platelet Count (HELLP).
Selain itu, gangguan aliran darah ke plasenta akibat tekanan darah yang tinggi pada ibu dapat mengurangi suplai oksigen dan nutrisi ke janin, sehingga berisiko untuk mengalami gangguan pertumbuhan intrauterin, berat badan lahir rendah (BBLR) dan kelahiran prematur.
Pada kesehatan ibu, hipertensi dapat membuat wanita terkena penyakit kardiovaskular, hipertensi kronik, penyakit jantung koroner, gagal jantung, demensia vaskular, stroke hingga hipotiroidisme.
"Hal ini mencerminkan bahwa upaya penanggulangan hipertensi peripartum merupakan pengelolaan yang kompleks dan melibatkan berbagai disiplin ilmu. Untuk itu, pemahaman terhadap kompleksitas kelainan ini, keseragaman diagnosis juga tatalaksana hipertensi dalam kehamilan sangat diperlukan untuk optimalisasi luaran akibat hipertensi dalam kehamilan," katanya, dikutip dari Antara.
Atas dasar tersebut, Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia (INASH) bersama sejumlah pakar keilmuan lainnya, meluncurkan buku Konsensus INASH 2025 mengenai penatalaksanaan hipertensi pada periode peripartum 2025. Konsensus itu menggarisbawahi tentang upaya meningkatkan pengetahuan dan wawasan para tenaga kesehatan akan bahaya hipertensi peripartum dengan berbagai konsekuensi terhadap kesehatan ibu dan janin selama masa kehamilan dan juga dampak panjangnya.
Dokter Kum turut menyampaikan, INASH menggelar "The 19th Annual Scientific Meeting Indonesian Society of Hypertensionn (INASH) 2025" yang diadakan pada 21-23 Februari 2025 di Jakarta dengan mengusung tema "Hypertension Control and Prevention of Cerebro-Cardio-Renovascular Disease trough Multidiciplinary Collaboration".