22 Maret 2025
14:47 WIB
Helai Mbai Hote Mbai, Tradisi Makan Papeda Hingga Sarana Diplomasi Adat
Masyarakat Sentani, Papua, punya sebuah tradisi menarik, di mana mereka makan papeda bersama-sama dalam satu wadah. Selain makna kekeluargaan, tradisi ini juga sebagai sarana diplomasi adat.
Penulis: Andesta Herli Wijaya
Editor: Satrio Wicaksono
Festival Helai Mbai Hote Mbai di Kampung Abar, Kabupaten Jayapura, Papua. ANTARA FOTO/Gusti Tanati/pras.
JAKARTA - Indonesia punya banyak budaya dan tradisi soal kuliner, sebagian besarnya masih lestari sampai dengan hari ini. Dengan kearifan lokalnya masing-masing, masyarakat menjaga tradisi-tradisi tersebut, bahkan yang sudah sejak nenek moyang dengan makna dan filosofinya.
Salah satunya tradisi Helai Mbai Hote Mbai, sebuah tradisi makan papeda secara bersama-sama dalam satu wadah. Tradisi ini dikenal sebagai warisan budaya gastronomi masyarakat Sentani, Papua.
Dalam risetnya, Peneliti Pusat Riset Manuskrip, Literatur, dan Tradisi Lisan (PR MLTL) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Siswanto mengungkapkan, tradisi tersebut bukan sekadar ritual makan bersama, tetapi mencerminkan nilai-nilai sosial, budaya, dan adat yang melekat dalam kehidupan masyarakat sekitar Danau Sentani.
Namun, seiring perkembangan zaman, tradisi ini menghadapi berbagai tantangan yang berpotensi mengancam eksistensinya.
Lebih lanjut Siswanto menguraikan, tradisi ini mencerminkan kebersamaan dan solidaritas dalam masyarakat Sentani. Ia mengandung filosofi kekeluargaan dan kebersamaan. Tradisi ini juga mempererat hubungan dalam keluarga dan komunitas. Juga sebagai ruang diskusi saat makan bersama.
"Di situ, mereka membahas berbagai permasalahan keluarga maupun permasalahan yang ada di kampung mereka," urainya seperti dikutip dari laman brin.go.id.
Diuraikan. tradisi ini juga sebagai sarana diplomasi adat. Pemimpin adat yang disebut dengan Ondoafi, memanfaatkan tradisi ini sebagai media diplomasi sebelum menyampaikan keputusan penting.
Di balik makna tersebut, Siswanto mengungkapkan, beberapa upaya telah dilakukan untuk mempertahankan tradisi ini. Misalnya, dikeluarkannya Peraturan Daerah (Perda) Nomor 3 Tahun 2000 yang mengatur tentang perlindungan hutan sagu. Namun, implementasi Perda ini belum maksimal karena hutan sagu merupakan hak ulayat masyarakat adat.
Festival Helai Mbai Hote Mbai sendiri diadakan setiap tahun pada 28-30 September di Kampung Abar, Kabupaten Jayapura. Festival ini mencakup pembuatan gerabah, pengolahan sagu, dan acara makan papeda bersama.
"Tradisi ini merupakan bagian penting dari identitas budaya masyarakat Sentani. Namun, modernisasi dan globalisasi mengancam keberlanjutannya," ungkapnya.
Oleh karena itu, Siswanto berharap, perlunya langkah konkret dalam bentuk edukasi, penyuluhan, dan dukungan komunitas. Tujuannya agar warisan budaya ini tetap hidup dan berkembang di tengah perubahan zaman.