25 Maret 2024
15:15 WIB
Penulis: Siti Nur Arifa
Editor: Rendi Widodo
JAKARTA - Pada tahun 2019 lalu, sejumlah peneliti Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) mulai melakukan penelitian dan uji DNA terhadap sehelai rambut yang ditemukan di Sukabumi, Jawa Barat, dan diduga berasal dari individu harimau Jawa.
Lima tahun berselang, kini penelitian tersebut rampung dan menghasilkan penemuan yang sukses mencuri perhatian. Bagaimana tidak, dari hasil penelitian dan uji DNA, dikonfirmasi bahwa helai rambut yang ditemukan benar merupakan rambut dari spesies harimau Jawa, yang diyakini sudah punah sejak tahun 1980-an silam.
Detailnya, penelitian ini dipublikasi Wirdateti, Peneliti Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi BRIN, sekaligus salah satu tim peneliti terlibat, yang memublikasikan temuan ini dalam jurnal Oryx yang diterbitkan oleh Cambridge University Press pada Kamis (21/3) dengan judul “Is the Javan tiger Panthera tigris sondaica extant? DNA analysis of a recent hair sample”
Baca juga: Fakta-fakta Unik Trenggiling, Satwa Yang Terancam Punah
Bukan tanpa alasan jika eksistensi harimau Jawa menjadi hal yang sangat diutamakan oleh para peneliti, khususnya kalangan pemerhati lingkungan. Selain dicap sebagai ‘Raja Hutan’, di masa lampau satwa bercorak loreng dengan postur gagah ini merupakan satwa kebanggaan masyarakat adat yang lekat dengan budaya leluhur.
Namun pada masa kolonial yang juga dimulainya inisiasi pembukaan lahan, selama kisaran tahun 1830-1870 pihak Belanda yang tidak terbelenggu mitos-mitos menetapkan harimau Jawa sebagai binatang buruan yang harus dimusnahkan.
Setelah itu, tingginya pertumbuhan penduduk membuat populasi harimau Jawa semakin terdesak dan terpojok di beberapa wilayah saja, yakni di Taman Nasional (TN) Ujung Kulon Banten, TN Baluran, dan TN Meru Betiri di Jawa Timur.
Menurut catatan International Union for Conservation of Nature (IUCN), satwa dengan nama latin Panthera tigris sondaica ini terakhir kali terlihat oleh manusia pada 1976 di TN Betiri. Setelahnya, satwa ini diyakini sudah punah pada tahun 1980an.
Meski begitu, tetap ada beberapa pihak khususnya kalangan masyarakat adat yang tersisa, meyakini jika harimau Jawa sebenarnya belum punah, beberapa individu masih hidup di area hutan dalam dan menghindar dari manusia.
Asumsi tersebut semakin diperkuat, dengan adanya berbagai laporan pengakuan mengenai kemunculan hingga melihat langsung potret harimau Jawa dari sejumlah pihak, meski tanpa disertai bukti autentik.
Laporan kemunculan ini paling banyak terdengar salah satunya dari wilayah Sukabumi, salah satunya adalah penemuan yang dialami Ripi Yanuar Fajar, warga setempat yang juga merupakan aktivis konservasi.
Ripi mengaku melihat seekor harimau Jawa di perkebunan masyarakat dekat desa Cipeundeuy, hutan Sukabumi Selatan, Jawa Barat. Saat itu dia diceritakan langsung melaporkan temuannya kepada pihak Yayasan Bentang Edukasi Lestari Bogor pada 27 Agustus 2019.
Baca juga: Primata Diprediksi Punah, Kelestarian Hutan Terancam
Penemuan Ripi ini pula yang mengawali ditemukannya helai rambut harimau Jawa, hingga menjadi objek penelitian yang dilakukan BRIN.
Ripi menemukan sehelai rambut di pagar antara jalan desa dan perkebunan yang dicurigai sebagai bulu harimau. Selain itu, dirinya bersama seorang penjaga hutan Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Suaka Margasatwa Cikepuh juga melihat jejak kaki dan bekas cakar yang dicurigai juga sebagai jejak milik harimau.
Singkat cerita, helai rambut yang ditemukan Ripi kemudian diserahkan kepada staf geologi yang melakukan penelitian di kawasan penemuan, dan diteruskan kepada BKSDA Jawa Barat.
Dalam penelitian, DNA rambut harimau yang ditemukan dibandingkan dengan spesimen beberapa spesies harimau yang ada. Di antaranya spesimen harimau Jawa di Museum Zoologicum Bogoriense (MZB) yang dikumpulkan pada 1930 dan spesimen harimau Sumatra dari Hutan Simalungun dan Hutan Siak.
“Berdasarkan analisis mtDNA yang komprehensif, kami menyimpulkan bahwa sampel rambut dari Sukabumi Selatan adalah milik harimau Jawa dan termasuk dalam kelompok yang sama dengan spesimen museum harimau Jawa yang dikumpulkan pada tahun 1930,” tulis laporan tersebut.
Mengenai kepastian apakah harimau Jawa masih hidup di alam liar, para peneliti menyebut bahwa klaim tersebut masih perlu didalami dengan studi lebih lanjut.
“Apakah harimau Jawa benar-benar masih ada di alam liar, perlu dikonfirmasi melalui studi genetik dan lapangan lebih lanjut,” tutup Wirdateti dalam kesimpulan jurnal yang dipublikasi.
Powered by Froala Editor