c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

KULTURA

13 September 2023

09:44 WIB

“Halo-Halo Bandung”, dari Lagu Sentimental jadi Bernuansa Perjuangan

Lagu "Halo-Halo Bandung" dijiplak menjadi versi Malaysia dengan judul "Helo-Helo Kuala Lumpur", sontak mengundang geram netizen Indonesia.

Penulis: Andesta Herli Wijaya

Editor: Satrio Wicaksono

“Halo-Halo Bandung”, dari Lagu Sentimental jadi Bernuansa Perjuangan
“Halo-Halo Bandung”, dari Lagu Sentimental jadi Bernuansa Perjuangan
Ilustrasi Bendera Merah Putih. Antara foto/dok

JAKARTA - Lagu “Halo-Halo Bandung” tengah menjadi topik hangat di jagat maya. Penyebabnya, sebuah akun YouTube yang ditengarai dikelola oleh warga Malaysia, mengunggah 'versi  Malaysia' dari lagu tersebut dan diklaim sebagai lagu patriotik Malaysia.

Unggahan akun YouTube Lagu Anak TV yang sudah dipublikasikan sejak 3 tahun lalu itu, sontak membuat geram netizen. ‘Lagi-lagi’ orang Malaysia mengklaim karya orang-orang Indonesia sebagai milik mereka.

Lagu tersebut menggunakan nada yang sama dengan “Halo-Halo Bandung”. Hanya judul dan liriknya diganti menjadi berbeda dari lirik yang selama ini dikenal sebagai karya Ismail Marzuki.

Bisa dikatakan, lagu yang diberi judul “Helo-Helo Kuala Lumpur” itu hanya mengubah kata sapaan dan penanda tempat. Misalnya “Halo” menjadi “Helo”, “Bandung” menjadi “Kuala Lumpur”, “beta” menjadi “saya” dan “Periangan” menjadi “keriangan”.

Kegeraman netizen tak bisa dibendung akibat mengetahui adanya unggahan plagiasi tersebut, terutama di platform Twitter atau X. Kegeraman yang bisa dipahami mengingat sudah melekatnya lagu “Halo-Halo Bandung” dalam pikiran.

Sedari kecil, orang-orang Indonesia telah mengenal lagu tersebut yang lazim dianggap sebagai karya Ismail Marzuki, komponis ulung dari era Kemerdekaan Indonesia.

Sejarah Lagu Halo-Halo Bandung
 Lagu “Halo-Halo Bandung” sendiri sejatinya masih menyimpan kontroversi terkait sosok penciptanya. Pendapat paling kuat memang menyatakan bahwa Ismail Marzuki adalah penciptanya, karena fakta bahwa Ismail Marzuki adalah musisi yang telah banyak menghasilkan lagu-lagu nasional dan ia juga turut menjadi saksi peristiwa Bandung Lautan Api, peristiwa yang diacu dalam lagu.

Dirujuk dari sejumlah sumber terbuka, ada nama-nama lain yang dianggap sebagai pencipta “Halo-Halo Bandung”. Salah satunya adalah pendapat yang menyatakan bahwa lirik lagu “Halo-Halo Bandung” diciptakan secara spontan oleh pejuang republik yang menyaksikan peristiwa Bandung Lautan Api.

Namun terlepas dari kontroversi itu, lagu “Halo-Halo Bandung” bagaimanapun telah jadi milik bangsa Indonesia. Dalam pelajaran sejarah umum, misalnya menyitir penjelasan dalam buku Sejarah 3: SMP Kelas IX (2007) karangan Anwar Kurnia dan Moh Suryana, lagu ini adalah refleksi Ismail Marzuki tentang peristiwa Bandung Lautan Api.

Yang menarik, “Halo-Halo Bandung” menurut karangan di atas, sejatinya adalah lagu yang telah mengalami pergantian lirik hingga beberapa kali. Ada tiga versi lagu “Halo-Halo Bandung”, yaitu versi lirik berbahasa Sunda di masa sebelum Perang Dunia II, versi berbahasa Indonesia di masa pendudukan Jepang, serta versi gubahan terakhir ketika peristiwa Bandung Lautan Api.

Menariknya lagi, “Halo-Halo Bandung”, pertama kali diciptakan Ismail Marzuki bukanlah sebagai lagu perjuangan. Lagu ini diciptakan dalam lirik bahasa sunda, menggambarkan perasaan sentimental Ismail Marzuki akan Kota Bandung, kota di mana ia menemu tambatan hatinya, Eulis Zuraidah.

Nah di masa pendudukan Jepang, lirik lagu itu diubah ke dalam bahasa Indonesia, demi kampanye penguatan nasionalisme, sekaligus penghapusan sisa pengaruh Hindia Belanda. Versi kedua ini tidak mengalami perubahan signifikan secara makna yang dikandung lagu.

Barulah pada versi ketiga, setelah menyaksikan perjuangan pemuda Indonesia mempertahankan kemerdekaan, Ismail Marzuki menggubah lirik baru untuk lagu tersebut. Tepatnya ketika ia hendak meninggalkan Bandung pada 24 Maret 1946, sembari melihat pembumihangusan kota tersebut, dia membubuhkan lirik baru yang memberi nuansa perjuangan, berbunyi “Sekarang telah menjadi lautan api/ Mari bung rebut kembali!

 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar