03 September 2025
12:57 WIB
Gerhana Bulan dan Fenomena Langit Lain di Bulan September
Gerhana bulan total terjadi ketika Matahari, Bumi, dan Bulan berada pada satu garis lurus sempurna. Gerhana akan terjado pada 7 - 8 September 2025, dimulai dari pukul 23.35 WIB.
Penulis: Annisa Nur Jannah
Editor: Andesta Herli Wijaya
lustrasi gerhana matahari. Pixabay.
JAKARTA - Langit malam Indonesia akan kembali dihiasi dengan fenomena langka, yakni Gerhana Bulan Total atau yang akrab disebut blood moon. Peristiwa ini akan berlangsung mulai malam 7 September hingga dini hari 8 September 2025.
Gerhana bulan total terjadi ketika Matahari, Bumi, dan Bulan berada pada satu garis lurus sempurna. Pada momen itu, Bumi menutupi cahaya Matahari yang seharusnya menerangi Bulan.
Meski demikian, sebagian cahaya masih menembus atmosfer Bumi, kemudian dipantulkan ke Bulan dengan bias merah. Inilah yang membuat wajah Bulan tampak memerah seperti darah di langit malam.
Melansir laman Instagram Observatorium Bosscha, gerhana kali ini akan melalui beberapa tahapan. Dimulai dari fase penumbra, saat bayangan luar Bumi mulai menyentuh Bulan, lalu berlanjut ke fase gerhana sebagian ketika piringan Bulan mulai tertutup.
Puncak peristiwa terjadi pada fase totalitas, ketika Bulan sepenuhnya masuk ke bayangan inti Bumi dan bersinar merah pekat. Setelah itu, Bulan perlahan kembali terang hingga akhirnya terbebas dari bayangan Bumi.
Fenomena ini hanya bisa terjadi saat fase purnama. Namun, karena orbit Bulan sedikit miring terhadap orbit Bumi, tidak semua purnama menghasilkan gerhana. Itulah sebabnya Blood Moon dianggap istimewa dan selalu dinanti oleh para pengamat langit.
Masyarakat bisa menyaksikan gerhana ini dengan mata telanjang dari mana saja di Indonesia. Meski begitu, penggunaan teleskop akan memberi pengalaman yang lebih mendalam, karena detail permukaan Bulan terlihat lebih jelas.
Satu hal yang perlu diperhatikan adalah mencari lokasi dengan langit cerah dan minim polusi cahaya. Gerhana bulan total ini akan dimulai pada 7 September pukul 22.28 WIB dengan fase penumbra, disusul gerhana sebagian pada 23.35 WIB.
Fase totalitas dimulai pukul 01.11 WIB dan berlangsung hingga 02.33 WIB, sebelum Bulan perlahan kembali terang pada 03.39 WIB. Seluruh rangkaian peristiwa berakhir pada pukul 03.55 WIB.
Setelah momen ini, masyarakat Indonesia harus menunggu cukup lama, karena gerhana bulan total berikutnya baru akan kembali terjadi pada tahun 2033.
Baca juga: Mengenal Sejarah Hari Asteroid Sedunia
Fenomena Langit Lain di Bulan September
Selain gerhana bulan total, bulan September juga akan menghadirkan dua peristiwa astronomi lain yang menarik untuk diikuti.
Pada 13 September, Merkurius akan berada dalam posisi konjungsi superior. Artinya, planet ini berada sejajar dengan Matahari dan Bumi dengan Matahari tepat berada di tengah. Saat itu, Merkurius tidak dapat diamati karena terlalu dekat dengan silau Matahari dan berada pada jarak terjauh dari Bumi, sekitar 1,38 AU.
Fenomena ini sekaligus menandai berakhirnya penampakan Merkurius di langit fajar, sebelum muncul kembali di langit senja beberapa minggu kemudian.
Sementara itu, pada 23 September akan terjadi ekuinoks September. Pada momen ini, Matahari melintas tepat di atas garis khatulistiwa sehingga siang dan malam di seluruh dunia memiliki durasi hampir sama, sekitar 12 jam.
Di belahan Bumi utara, peristiwa ini menandai awal musim gugur, sedangkan di belahan Bumi selatan disebut ekuinoks musim semi. Tahun ini, ekuinoks akan terjadi pukul 01.20 WIB ketika Matahari berada di rasi Virgo.