c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

KULTURA

18 Juni 2025

11:31 WIB

Gejala Anemia Pada Bayi

Anemia bisa terjadi pada bayi dan anak. Penyebabnya beragam, dari kekurangan persediaan zat besi dalam tubuh hingga akibat proses kelahiran.

<p>Gejala Anemia Pada Bayi</p>
<p>Gejala Anemia Pada Bayi</p>

Ilustrasi ibu menggendong bayi. Freepik

JAKARTA - Bayi dapat mengalami anemia. Hal ini terjadi karena empat penyebab, yakni persediaan zat besi dalam tubuh yang kurang akibat berat badan lahir rendah (BBLR), bayi lahir kembar, ibu hamil telah terkena ADB dan ibu mengalami pendarahan fetus.

Selain itu, anemia pada bayi akibat masukan zat besi yang kurang karena tidak mendapatkan makanan tambahan dan jenis makanan yang dikonsumsi kurang mengandung zat Fe-Heme.  

Tentu saja, kondisi tersebut bisa membuat proses tumbuh kembang berjalan tidak optimal.

"Anemia itu kadar hemoglobinnya rendah sesuai usia maupun rasnya, dan itu terjadi karena produksi eritrosit yang berlebihan sehingga terjadi hemoglobin yang berkurang," kata Anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Hematologi Onkologi IDAI Prof. Harapan Parlindungan Ringoringo.

Pertumbuhan bayi yang cepat dan infeksi akut berulang turut menjadi beberapa pemicu anemia pada bayi. Penyebab lainnya yakni bayi terkena enteritis atau peradangan usus, malnutrisi dan sindrom malabsorbsi.

Gejala Anemia Anak

Bayi yang mengalami ADB akan mengalami gejala klinis berupa iritabel atau merengek, lesu, dada berdebar-debar, sakit kepala sampai dengan tidak lincah saat berlari.

Tanda lainnya yaitu nafsu makan berkurang, bayi tampak pucat, lesu dan kadang-kadang menderita penyakit.

"Tandanya tentu ada pucat, tapi tidak ada pendarahan. Ini bisa kita lihat di kelopak mata bagian dalamnya, itu ada kelihatan warna putih, di selaputnya juga pucat. Yang paling jelas di telapak tangan atau kaki atau bibir," ujarnya, dikutip dari Antara.

Lebih lanjut salah satu gejala khas dari bayi anemia yang Parlin sebutkan dapat terlihat pada permukaan lidah yang mulus dan kuku lentik. "Bulu mata boleh lentik ya, tapi kalau kuku tidak boleh lentik," kata dia.

Adapun efek anemia pada bayi adalah gangguan perkembangan motorik, kemampuan koginitif yang menurun, gangguan perilaku, pendengaran, penglihatan hingga gangguan mielinisasi.

Prof. Parlin menekankan, anemia tidak boleh dibiarkan karena dapat berdampak pada masyarakat. Sebab, kemampuan dan prestasi anak di masa depan dapat menurun.

Anemia juga dapat memengaruhi tingkat produktivitas dan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Oleh karenanya, IDAI sejak tahun 2011 sudah mengeluarkan rekomendasi untuk memberikan suplemen besi pada semua anak dengan prioritas usia balita 0-5 tahun, terutama usia 0-2 tahun.

Dia melanjutkan ada sejumlah upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah anak terkena ADB sejak dini, di antaranya memberikan ASI selama mungkin sejak bayi lahir, memberikan Pengganti ASI (PASI) yang telah diperkaya dengan Fe, memberikan makanan fortifikasi yang kaya Fe dalam bentuk makanan padat, hindari peningkatan badan yang berlebihan.

Makanan yang diberikan juga diharapkan dapat meningkatkan absorpsi Fe seperti buah-buahan, ikan dan hati hingga melakukan penyuluhan makanan banyak yang mengandung Fe.

Sementara pencegahan sekunder dapat dilakukan melibatkan skrining, diagnosis dan pengobatan ADB.

Dalam kesempatan itu, Parlin turut menyampaikan bahwa Akademi Pediatri Amerika Serikat (AAP) telah merekomendasikan skrining laboratorium universal untuk menangani ADB pada usia sekitar 1 tahun untuk anak yang sehat.



KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar