12 Februari 2025
21:00 WIB
Fred Rogers Dan Inspirasinya Menyudahi Rasisme Di Amerika Serikat
Salah satu episode Mister Rogers' Neighborhood pada 1969 menjadi yang tak terlupakan. Fred McFeely Rogers membasuh kaki François Clemmons, aktor kulit hitam di salah satu scene acara itu.
Penulis: Rendi Widodo
Editor: Rikando Somba
Pemandu acara Anak Mister Rogers' Neighborhood. Sumber: misterrogers/Dok
JAKARTA - Pada 9 Mei 1865 Jenderal Robert E. Lee menyerah kepada Jenderal Ulysses S. Grant di Appomattox Court House, Virginia. Situasi ini pun menjadi penanda berakhirnya Perang Sipil Amerika Serikat (AS) yang berkecamuk cukup lama antara pihak Union (negara-negara bagian utara) dan Konfederasi (negara-negara bagian selatan).
Dipicu oleh isu utama perbudakan orang-orang kulit hitam, negara-negara Konfederasi di selatan yang secara ekonomi bergantung pada sektor pertanian dengan tenaga kerja budak, ingin mempertahankan sistem perbudakan yang sudah berjalan sangat lama. Sedang di sisi utara, dengan latar belakang industri dan teknologi yang lebih progresif, pihak Union cenderung menginginkan penghapusan sistem perbudakan.
Ketegangan antara dua kubu ini pun meningkat hingga akhirnya Perang Sipil AS pun meletus pada tahun 1861. Pihak Union yang terdiri dari New York, Pennsylvania, Ohio, Illinois, Michigan, Indiana, Massachusetts, Wisconsin, New Jersey dan California, berperang selama 4 tahun menghadapi pihak Konfederasi yang terdiri dari Virginia, Georgia, North Carolina, South Carolina, Mississippi, Alabama, Louisiana, Texas, Florida dan Tennessee.
Perang yang menewaskan sedikitnya 620.000 orang ini menyisakan kekalahan pahit untuk pihak Konfederasi, khususnya karena akhirnya sistem perbudakan dihapuskan. Kekalahan berimplikasitermasuk memberikan hak-hak yang sama bagi para mantan budak dan memastikan mereka mendapatkan akses ke pendidikan dan pekerjaan.
Kondisi orang-orang kulit hitam di negara-negara bagian Konfederasi pun tidak sekonyong-konyong membaik begitu saja. Situasi mereka sangat beragam dan masih menghadapi banyak tantangan.
Sekalipun diberlakukannya beberapa pasal di Amendemen Konstitusi yang mengembalikan hak sipil dan politik warga kulit hitam, namun banyak negara bagian yang mencoba menjegal penerapan hak ini lewat undang-undang, seperti poll taxes dan tes literasi. Dua undang-undang ini secara efektif mendiskriminasi masyarakat kulit hitam karena mereka hidup dalam kemiskinan dan minim pendidikan.
Banyak orang kulit hitam yang sulit memperbaiki taraf hidupnya karena hanya bergantung pada pekerjaan-pekerjaan yang tidak adil. Mereka sering kali bekerja sebagai sharecroppers atau buruh tani, di mana mereka menyewa lahan untuk dikelola dan harus membayar sebagian hasil panen mereka kepada pemilik lahan.
Di sisi yang lebih ekstrem, hadirlah kelompok seperti Ku Klux Klan (KKK), yang secara agresif melakukan banyak tindak kekerasan. Kelompok ini bertujuan membatasi akses hak-hak baru yang secara teori harus melekat pada masyarakat kulit hitam. Di masa ini, masyarakat kulit hitam harus benar-benar berjuang dan berani untuk sekadar mendapatkan pendidikan atau bekerja.
Masa kelam transisi ini berlangsung selama kurang lebih 12 tahun, di mana warga kulit putih di negara-negara selatan pun terus mengumpulkan kekuatan untuk lebih membungkam masyarakat kulit hitam. Hingga puncaknya pada tahun 1877, enam negara bagian yakni Alabama, Georgia, Louisiana, Mississippi, South Carolina, dan Texas mulai memberlakukan segregasi rasial yang dikenal sebagai Jim Crow Laws.
Segregasi Rasial Kulit Hitam
Berlakunya beleid Jim Crow Laws di tahun 1877 membuat masyarakat kulit hitam semakin terdiskriminasi. Warga kulit putih di negara-negara bagian yang memberlakukan undang-undang segregasi ini memisahkan diri dari orang-orang kulit hitam hampir di semua aspek kehidupan.
Di sektor pendidikan, sekolah-sekolah untuk anak-anak kulit hitam dan kulit putih dipisahkan. Pendidikan untuk anak-anak kulit hitam biasanya lebih kurang berdaya saing dibandingkan dengan sekolah-sekolah untuk anak-anak kulit putih.
Di sisi transportasi umum seperti bus dan kereta api, bisa digunakan oleh kulit putih maupun hitam. Tetapi, warga kulit hitam hanya boleh duduk di bangku-bangku yang khusus disediakan untuk mereka. Aktivitas sosial dan budaya juga diperbolehkan bagi orang kulit hitam dan kulit putih, namun tetap secara terpisah. Ini termasuk klub, restoran, dan tempat hiburan lainnya.
Akses pekerjaan tidak membaik, di mana umumnya warga kulit hitam hanya memiliki akses ke pekerjaan-pekerjaan kasar dan buruh serta dengan upah yang lebih rendah dibandingkan pekerja setara yang berkulit putih. Orang kulit hitam sering kali diperlakukan sebagai pekerja yang kurang berhak dan mendapatkan upah yang lebih rendah.
Tak terkecuali hak sipil. Masyarakat kulit hitam hampir tidak memiliki hak politik dan kewarganegaraan penuh selama masa undang-undang segregasi rasial ini berlaku.
Fred Rogers Dan Mister Rogers' Neighborhood
Kemudian, pada 91 tahun sejak berlakunya segregasi rasial terjadi di banyak negara bagian AS di selatan, lahirlah sebuah acara televisi edukasi berjudul Mister Rogers’ Neighborhood yang dibawakan oleh Fred McFeely Rogers. Rogers adalah seorang pemandu acara anak, produser, penulis, dan pendeta Gereja Presbyterian.
Rogers lahir pada 20 Maret 1928 di Latrobe, Pennsylvania. Dia dikenal karena pendekatannya yang lembut dan penuh kasih sayang terhadap anak-anak, membantu mereka memahami perasaan mereka dan belajar bagaimana berinteraksi dengan orang lain.
Dia menjadi pembawa acara Mister Rogers' Neighborhood sejak debut acara pada Februari 1968 hingga episode terakhir pada 31 Agustus 2001.
Selama setiap segmen setengah jam, Rogers berbicara langsung kepada pemirsa tentang berbagai topik, membawa pemirsa dalam tur pabrik, mendemonstrasikan eksperimen, kerajinan, dan musik, layaknya program variety show yang bisa dinikmati segala usia.
Rogers membahas berbagai topik selama bertahun-tahun di Mister Rogers' Neighborhood, dan serial ini tidak menghindar dari topik-topik yang justru dihindari oleh program anak-anak lainnya. Faktanya, konsep ini justru membuat Rogers sangat disayangi banyak orang.
Satu yang paling diingat banyak orang adalah sebuah episode di tahun 1969, setahun setelah Mister Rogers' Neighborhood memulai debutnya., Kala itu. Rogers mengundang François Clemmons, seorang aktor kulit hitam yang memerankan karakter Officer Clemmons sebagai seorang polisi di acara tersebut untuk duduk bersamanya di taman.
Dalam skenario, Rogers yang sedang menuangkan air ke dalam baskom kecil dan sudah merendam kakinya di dalam baskom dan berkata bahwa hari itu sangat panas, mengundang Officer Clemmons untuk melakukan hal yang sama. Officer Clemmons terkejut. Tapi kemudian ia tanpa ragu membuka sepatunya dan mencelupkan kakinya ke dalam air di baskom yang sama dengan kaki Rogers yang notabene adalah kulit putih.
Episode ini menjadi sangat kuat karena Mister Rogers' Neighborhood ingin menyampaikan pesan bagaimana seharusnya warga kulit putih dan kulit hitam menjalani kehidupan yang lebih baik lewat memandang semua orang setara.
Clemmons sendiri mengatakan di bahwa dia awalnya cukup khawatir dengan reaksi publik, karena sekalipun sejak tahun 1964 hingga 1968 sudah ada undang-undang Civil Rights Act, Voting Rights Act dan Fair Housing Act yang sedikit banyak menjadi tandingan undang-undang segregasi rasial kulit hitam, ia akhirnya menyadari betapa besarnya potensi adegan itu dalam memperbaiki situasi.
Menariknya, saking kuatnya pesan yang disampaikan dari skenario ini, adegan ini pun diulang 25 tahun kemudian di sebuah episode Mister Rogers' Neighborhood di tahun 1993. Saat itu aktor François Clemmons akan segera pensiun dari acara tersebut, dan Rogers ingin mengulangi adegan yang sama sebagai bentuk penghormatan pada persahabatan mereka di acara tersebut selama puluhan tahun.
Momennya ini juga menginspirasi banyak orang dan membantu mengubah persepsi masyarakat tentang ras dan keadilan.
Rogers meninggal karena kanker perut pada tahun 2003 di usia 74 tahun. Karyanya di televisi anak-anak telah dipuji secara luas, dan ia menerima lebih dari empat puluh gelar kehormatan dan beberapa penghargaan, termasuk Lifetime Achievement Emmy pada tahun 1997 dan Presidential Medal of Freedom pada tahun 2002.
Dia masuk menjadi salah satu tokoh di Television Hall of Fame pada tahun 1999. Rogers memengaruhi banyak penulis dan produser acara televisi anak-anak, dan siarannya memberikan pembelajaran yang baik selama banyak peristiwa tragis yang terjadi di Amerika Serikat.
Pencabutan Undang-undang Segregasi Rasial
Undang-undang segregasi rasial mulai dicabut secara bertahap pada pertengahan abad ke-20, terutama melalui berbagai keputusan penting Mahkamah Agung Amerika Serikat dan undang-undang hak sipil.
Dimulai dari putusan akhir kasus Brown v. Board of Education pada tahun 1954, di mana Mahkamah Agung Amerika Serikat menyatakan bahwa segregasi di sekolah-sekolah negeri adalah tidak konstitusional. Putusan ini menjadi langkah awal yang penting dalam mengakhiri segregasi rasial di berbagai fasilitas umum.
Berselang 10 tahun kemudian ditetapkannya Civil Rights Act (1964). Undang-undang ini melarang diskriminasi berdasarkan ras, warna kulit, agama, jenis kelamin, atau asal negara dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk pekerjaan, pendidikan, dan layanan umum.
Lalu ada Voting Rights Act yang menyusul di tahun 1965 yang melarang praktik-praktik diskriminatif yang menghalangi hak suara orang Afrika-Amerika dan kelompok minoritas lainnya. Terakhir, ada undang-undang Fair Housing Act pada tahun 1968 yang melarang diskriminasi dalam penjualan, penyewaan, dan pembiayaan perumahan berdasarkan ras, agama, asal negara, atau jenis kelamin.
Dengan diberlakukannya berbagai undang-undang ini, segregasi rasial secara hukum mulai berakhir di tahun 1968 setelah berlaku hampir seratus tahun sejak 1877.
Sayangnya, meskipun secara de jure segregasi rasial sudah terhapus dari tanah Amerika Serikat, hingga hari ini perilaku rasisme dan diskriminatif terhadap masyarakat kulit hitam dan minoritas tidak pernah bisa benar-benar hilang.