c

Selamat

Senin, 17 November 2025

KULTURA

14 April 2022

14:43 WIB

Filosofi Di Balik Rias Pengantin Paes Ageng

Paes Ageng mengandung banyak filosofi yang berkaitan dengan doa dan harapan pengantin dalam membina rumah tangga.

Penulis: Tristania Dyah Astuti

Editor: Satrio Wicaksono

Filosofi Di Balik Rias Pengantin Paes Ageng
Filosofi Di Balik Rias Pengantin Paes Ageng
Paes ageng. Shutterstock/dok

JAKARTA - Tata rias pengantin khas Daerah Istimewa Yogyakarta yang dikenal dengan nama rias Paes Ageng, dewasa kini banyak dipilih dan digunakan untuk riasan pengantin. Sebab, riasan ini sangat anggun dan kental dengan nuansa budaya jawa.

Paes Ageng dulunya adalah tata rias yang hanya diperuntukan bagi keturunan dan kerabat dekat Keraton Yogyakarta, sifatnya pun wajib. Puteri-puteri keraton jika menikah harus menggunakan tata rias Paes Ageng, baik goresan make up, busana pengantin, hingga aksesoris yang digunakan.

Namun sejak kepemimpinan Sultan Hamengkunuwono ke IX, tata rias Paes Ageng diizinkan untuk digunakan oleh masyarakat luas. Hal ini berkaitan dengan pelestarian kebudayaan Jawa terutama dalam hal busana pengantin.

Walau begitu, pihak keraton mengimbau dalam pengaplikasian tata rias Paes Ageng diharapkan masyarakat tetap mengikuti pola riasan yang sudah ditetapkan. Pasalnya, di setiap polesan, dan ukiran make up memiliki filosofi yang mendalam.

Kepala Bagian Pelayanan dan Umum Paniradya Kaistimewaan D.I Yogyakarta, Ariyanti Luhur Tri Setyarini menjelaskan, dalam tata rias Paes Ageng mengandung banyak filosofi yang berkaitan dengan doa dan harapan pengantin dalam membina rumah tangga.

“Tata rias Paes Ageng itu punya doa dan harapan, seperti meminta keberkahaan kepada Allah agar pernikahan lancar,” kata Ariyanti dalam acara yang digelar secara daring, Kamis (14/4).

Riasan wajah, sanggul, busana dan perhiasan yang dikenakan sang pengantin memperlihatkan keindahan dan keanggunan perempuan, dan memiliki simbol-simbol doa dan harapan.

Ia menjelaskan, salah satu bagian tata rias yang memiliki filosofi adalah paes. Paes adalah riasan berbentuk runcing yang diukir di bagian atas dahi dan mengarah ke hidung, ini mengartikan bahwa perempuan harus rendah hati, memiliki tata krama, dan santun.

Keunikan lain yang paling mencolok dari tata rias Paes Ageng adalah bentuk dan jaitan alis yang dibuat menuju pelipis. Riasan seperti ini dimaksudkan bahwa perempuan harus memiliki pandangan yang luas dan tajam. Pada busana pengantin, juga menunjukan simbol kemakmuran dan kesuburan.

Ariyani berharap, simbol dan beragam filosofi inilah yang diharapkan dapat dipahami oleh masyarakat agar ketika mengenalan tata rias Paes Ageng, calon pengantin tidak merubah dan memodifikasi riasan sehingga tidak lagi melambangkan  filosofi.

“Perias harus memahami betul filosofi tata rias dan sanggulnya, sampaikan pada pengantin “ini harus begini karena filosofinya begini”, agar dapat makna yang utuh dari riasan itu,” tegas Ariyani.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar