30 September 2023
08:00 WIB
Penulis: Gemma Fitri Purbaya
Editor: Satrio Wicaksono
JAKARTA - Pada tahun 2050, diperkirakan akan ada empat juta orang dengan demensia (ODD) di Indonesia. Padahal, Alzheimer's Indonesia (ALZI) dan Alzheimer's Disease International (ADI) menyebut kasus demensia sebenarnya dapat ditunda atau berpotensi bisa dihindari dengan menangani 12 faktor risiko.
Demensia sendiri adalah kondisi ketika seseorang kehilangan kemampuan kognitifnya, seperti berpikir dan mengingat. Hal ini dapat mempengaruhi perkembangan dan produktivitas sehari-hari. Pada beberapa kasus, ODD bahkan tidak mampu mengontrol emosinya sehingga terjadi perubahan perilaku.
Disampaikan oleh Direktur Eksekutif Alzheimer Indonesia, Michael Maitimoe, demensia umumnya terjadi pada usia 65 tahun ke atas. Namun, bukan berarti orang usia produktif tidak bisa terdiagnosis demensia. Mereka yang berusia lebih muda bisa mengalami demensia.
"Tanda-tanda awalnya itu seperti pikun dan lupa jalan pulang, tetapi sering kali itu masih dianggap sebagai hal yang normal. Padahal itu adalah demensia. Maka dari itu, disarankan untuk mengenali 10 gejalanya dari sekarang dan menerapkan gaya hidup sehat supaya bisa mencegah terjadinya demensia," ungkap Michael dalam keterangannya.
Selain dua hal itu, gejala lainnya pada demensia meliputi gangguan daya ingat seperti lupa akan kejadian yang baru terjadi atau lupa janji, dan menanyakan dan menceritakan hal yang sama berulang kali. Kemudian disorientasi, semisal bingung akan waktu dan tidak tahu bagaimana bisa sampai di sana, hingga gangguan komunikasi dengan kesulitan berbicara dan menemukan kata yang tepat.
Mereka juga cenderung menaruh barang pada tempatnya dan sering curiga seseorang mencuri atau menyembunyikan barangnya.
Untuk itu, Michael berharap masyarakat dapat hindari 12 faktor risiko demensia. Sebab, kebanyakan faktor risiko demensia dapat dikendalikan oleh individu. Seperti merokok, konsumsi alkohol berlebih, kurangnya aktivitas fisik, jarangnya kontak sosial, cedera kepala, dan kondisi seperti diabetes, gangguan pendengaran, depresi, obesitas, dan hipertensi.
Sementara untuk faktor risiko lainnya seperti polusi udara dan terbatasnya akses terhadap pendidikan usia dini, menjadi tanggungjawab pemerintah untuk mengatasinya. Michael juga berharap pemerintah bisa menyediakan layanan untuk membantu meningkatkan kehidupan ODD, seperti akses kesehatan yang terjangkau, perawatan jangka panjang, serta layanan kesehatan mental.
Tujuannya adalah untuk mencegah sebanyak mungkin kasus demensia. Apalagi hingga saat ini masih belum adanya pengobatan atau penyembuhan untuk demensia. Perawatan yang dilakukan saat ini pasca diagnosis hanya dilakukan guna meningkatkan kualitas hidup ODD saja.