25 Juni 2024
12:11 WIB
Fakta Dan Manfaat Daun Kratom Si Tanaman Surga Dari Kalimantan
Memiliki sejumlah manfaat kesehatan, efek dari dosis konsumsi yang berlebihan menjadi kendala. Pemerintah tengah mendalami potensi daun kratom.
Penulis: Annisa Nur Jannah
Editor: Rendi Widodo
Daun kratom yang memiliki sejumlah manfaat dan tantangan kesehatan. Wikimedia/Uomo Vitruviano
JAKARTA - Beberapa waktu lalu, ramai diperbincangkan mengenai daun kratom. Di Indonesia sendiri, daun kratom sebenarnya dipakai sebagai tanaman herbal yang memiliki potensi manfaat medis sekaligus risiko penyalahgunaan tinggi.
Daun kratom belum mendapatkan legalitas sebagai tanaman yang diakui secara resmi untuk penggunaan medis di Indonesia. Surat Edaran BNN Nomor B/3985/X/KA/PL.02/2019/BNN tanggal 31 Oktober 2019 menegaskan kebijakan total pelarangan penggunaan daun kratom dalam suplemen makanan dan obat tradisional mulai tahun 2022. Ini terjadi setelah kratom ditetapkan sebagai narkotika golongan I oleh Komite Nasional Perubahan Narkotika dan Psikotropika.
Namun, beberapa waktu lalu pemerintah mengadakan rapat terbatas untuk membahas peraturan terkait tata kelola, niaga, dan legalitas tanaman tersebut untuk meningkatkan daya ekonomi masyarakat. Lantas, apa itu daun kratom dan apakah benar memiliki manfaat kesehatan?
Menurut laman Science Direct, daun kratom memiliki nama ilmiah yang dikenal Mitragyna speciosa merupakan tanaman yang tumbuh di Afrika, Pulau Kalimantan bagian utara dan tengah, hingga di selatan Thailand. Daun kratom dimanfaatkan sebagai tanaman obat tradisional untuk meningkatkan energi dan meredakan nyeri.
Daun ini juga dapat meningkatkan mood dan potensi antidepresan. Karena daun ini mampu menurunkan kadar kortikosteron yang pada umumnya berkaitan dengan kondisi depresi.
Bahkan, daun ini dapat mengatasi diare dengan sifat antispasmodik yang dimilikinya, sehingga membantu meredakan kejang otot di saluran pencernaan dan efektif dalam mengurangi frekuensi keparahan diare. Daun kratom sering digunakan untuk menambah nafsu makan karena efek stimulan dari kratom dapat meningkatkan keinginan untuk makan.
Secara tradisional, daun kratom biasanya dikonsumsi dengan cara dikunyah saat masih segar atau kering. Beberapa orang juga menyeduhnya menjadi teh, atau mengolahnya menjadi kapsul, tablet, dan ekstrak.
Di beberapa daerah di Kalimantan, kratom yang dikenal sebagai daun surga sering digunakan sebagai pereda nyeri. Sementara itu, di Amerika Serikat, daun ini digunakan sebagai obat rekreasional dan pengganti opioid dalam bentuk ekstrak, bubuk, dan suplemen.
Bahkan, di beberapa negara tertentu, serbuk kratom dicampur ke dalam smoothie, jus, brownies, dan makanan ringan lainnya untuk mengurangi rasa pahitnya. Daun kratom diketahui memiliki kandungan aktif yaitu alkaloid mitragynine dan 7-hydroxymitragynine.
Kedua bahan aktif ini memiliki efek sebagai obat analgesik atau pereda rasa sakit. Senyawa aktif mitragynine yang terkandung dalam kratom inilah yang berpotensi menimbulkan kecanduan layaknya mengonsumsi narkotika.
Dari segi dosis, efek kratom juga bervariasi. Menurut beberapa penelitian, dosis rendah mulai dari 1-5 gram cenderung memberikan efek stimulan, sedangkan dosis tinggi 5-15 gram memiliki efek sedatif dan analgesik. Oleh karena itu, perlu dilakukan lebih banyak studi untuk memahami profil keamanan konsumsi daun kratom.
Pemakaian yang berlebihan ini sebenarnya memicu perdebatan mengenai tanaman herbal ini. Para pendukung kratom menyoroti manfaatnya dalam mengelola nyeri dan sebagai alternatif untuk obat-obatan opioid, sementara pihak yang menentang mengkhawatirkan efek samping dan risiko kecanduan.
Di sisi lain, daun ini juga menawarkan potensi ekonomi yang menggiurkan karena diminati di pasar internasional. Bayangkan saja, harga untuk 1 kg daun kratom kering yang dibeli dari petani berkisar antara Rp30-35 ribu. Namun, jika diekspor ke Amerika dan Eropa, harga tersebut melonjak menjadi sekitar U$22-25 per kilogram atau sekitar Rp330-400 ribuan.
Terkait khasiat daun kratom tersebut, pemerintah tengah mendalami lebih jauh potensi manfaat yang dapat diperoleh dari tanaman kratom. Saat ini, hasil riset lanjutan dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) sedang ditargetkan selesai pada Agustus mendatang.