11 November 2025
14:48 WIB
Efektivitas Vaksinasi Pneumonia Pada Anak
Anak menjadi kelompok paling rentang terkena pneumonia. Oleh karena itu, vaksinasi menjadi solusi seiring cita-cita nol kematian akibat pneumonia pada anak pada tahun 2023.
Penulis: Annisa Nur Jannah
Editor: Satrio Wicaksono
Ilustrasi Vaksin Pneumonia. Shutterstock/MargJohnsonVA
JAKARTA - Menyambut Hari Pneumonia Sedunia yang diperingati setiap 12 November, masyarakat kembali diingatkan akan pentingnya perlindungan terhadap pneumonia, terutama bagi anak-anak yang merupakan kelompok paling rentan. Pneumonia sendiri merupakan infeksi saluran pernapasan bawah yang umum terjadi, dan menjadi salah satu penyebab utama kematian balita di dunia, termasuk di Indonesia.
Menurut UNICEF, setiap tahunnya penyakit ini menelan nyawa lebih dari 725.000 anak di bawah usia lima tahun di seluruh dunia. Dari jumlah tersebut, sekitar 190.000 bayi baru lahir termasuk kelompok yang sangat rentan terhadap infeksi.
Di Indonesia, data BPJS Kesehatan mencatat, pada tahun 2023 total biaya pengobatan yang dikeluarkan mencapai Rp 8,7 triliun. Jumlah ini menggambarkan besarnya beban kesehatan untuk penanganan pneumonia tidak bisa dianggap remeh.
Menyikapi hal tersebut, Dokter Anak Konsultan Respirologi FKUI RSCM, dr. Wahyuni Indawati, menegaskan, vaksinasi adalah hak dasar setiap anak sekaligus langkah penting untuk menjaga kesehatan masyarakat.
Menurutnya, melengkapi imunisasi sesuai rekomendasi pemerintah dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merupakan bentuk perlindungan krusial terhadap bahaya pneumonia. Penanggulangan penyakit ini harus dilakukan secara holistik, mulai dari perlindungan dan pencegahan, hingga pengobatan yang tepat bila infeksi terjadi.
"Pemberian vaksin PCV menjadi langkah perlindungan yang efektif bagi bayi dan anak-anak," ujar dr. Wahyuni saat Media Session World Pneumonia Day 2025 yang digelar MSD Indonesia, Senin (10/11).
Vaksin Pneumonia Gratis
Berdasarkan data Global Burden of Disease (GBD), kematian akibat pneumonia pada anak dapat mendekati nol pada, 2030 jika upaya pencegahan dan pengendalian dilakukan secara menyeluruh. Termasuk, memastikan cakupan vaksin Pneumococcal Conjugate Vaccine (PCV) di atas 90% untuk mencegah infeksi bakteri penyebab utama pneumonia.
Dokter Wahyuni menjelaskan, dampak vaksinasi tidak hanya dirasakan oleh individu. Penggunaan vaksin PCV secara luas membantu menurunkan penularan bakteri Streptococcus pneumoniae, memberikan perlindungan tidak hanya bagi anak yang divaksinasi, tetapi juga bagi anak-anak dan orang dewasa yang belum mendapat vaksin.
IDAI sendiri merekomendasikan imunisasi PCV pada usia 2, 4, dan 6 bulan, dengan booster di usia 12–15 bulan. Bagi anak yang belum mendapat vaksin sesuai jadwal, PCV tetap dapat diberikan dengan penyesuaian dosis sesuai usia, termasuk satu dosis untuk anak berisiko tinggi di atas lima tahun.
Pada jadwal imunisasi 2024, vaksin PCV15 diperkenalkan dengan cakupan lebih luas terhadap 15 serotipe, termasuk 22F dan 33F yang belum tercakup dalam PCV13. Pemerintah Indonesia telah memasukkan PCV dalam Program Imunisasi Nasional, memastikan jutaan anak mendapat perlindungan dari pneumonia.
Artinya, vaksin PCV tersedia gratis di fasilitas kesehatan pemerintah, seperti puskesmas dan rumah sakit yang menjalankan program imunisasi. Namun, bagi orang tua yang ingin menggunakan vaksin jenis tertentu atau fasilitas swasta, biasanya ada biaya tambahan.
Tantangan
Tantangan saat ini adalah memastikan setiap anak, tanpa terkecuali, menerima dosis lengkap sesuai jadwal. Selain itu, meski vaksin sudah tersedia, rendahnya kesadaran orang tua, maraknya misinformasi, dan keterlambatan deteksi tetap menjadi tantangan utama.
Dalam hal ini, kewaspadaan terhadap gejala awal pneumonia sangat penting. Dokter Spesialis Anak, dr. Kanya Ayu Paramastri, mengingatkan bahwa gejala pneumonia kerap disalahartikan sebagai batuk pilek biasa.
"Jangan menunda membawa anak ke fasilitas kesehatan jika batuk dan demam disertai kesulitan bernapas atau tarikan dinding dada. Deteksi dini adalah kunci untuk mencegah komplikasi berat, termasuk gagal napas dan kematian," tegas dr. Ayu.
Selain itu, peran ibu sebagai sumber informasi juga sangat penting. Pencegahan pneumonia berawal dari pengetahuan yang benar.
"Saat seorang ibu memahami langkah pencegahan yang tepat, ia dapat menjadi inspirasi dan pembawa pesan positif bagi keluarga dan lingkungannya. Setiap ibu yang mengerti dan bertindak tepat adalah pahlawan sejati bagi anaknya," jelasnya.
Dengan vaksinasi yang tepat, deteksi dini, dan kesadaran orang tua, langkah-langkah sederhana ini dapat membantu menekan angka pneumonia pada anak, memastikan mereka tumbuh sehat, dan terlindungi dari ancaman penyakit yang dapat mengancam nyawa.