c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

KULTURA

07 Mei 2025

19:16 WIB

Dikembangkan Diagnosis Malaria Berbasis AI

BRIN tengah mengembangkan sistem diagnosis malaria dengan menggunakan kecerdasan buatan atau AI. Pengembangan inovasi ini untuk mempercepat penanganan khususnya di daerah. 

<p>Dikembangkan Diagnosis Malaria Berbasis AI</p>
<p>Dikembangkan Diagnosis Malaria Berbasis AI</p>

Ilustrasi pencegahan malaria. Shutterstock/dok

JAKARTA - Malaria masih menjadi salah satu permasalahan kesehatan di Indonesia. Salah satu kendalanya adalah belum meratanya fasilitas yang cepat dan akurat di Puskesmas yang merupakan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) di masyarakat.

Karena sampai dengan saat ini, penanganan kasus malaria umumnya menggunakan pemeriksaan mikroskopis dan Rapid Diagnostic Test (RDT).  

Berdasar kondisi itu, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) tengah mengkaji penerapan kecerdasan buatan atau AI dalam upaya meningkatkan sensitivitas diagnosis malaria di Indonesia.

"Pendekatan mikroskopis berbasis kecerdasan buatan (AI) akan membantu meningkatkan sensitivitas dan akurasi diagnostik, yang merupakan prasyarat untuk eliminasi malaria," kata Peneliti Ahli Utama, Pusat Riset Biologi Molekuler Eijkman BRIN, Puji Budi Setia Asih, dikutip dari Antara.

Puji menyebutkan, sistem diagnosis malaria merupakan hal yang sangat krusial untuk menentukan penanganan ke tahap selanjutnya, seperti penentuan pengobatan dan tingkat keparahan penyakit.

Oleh karena itu, lanjutnya, dengan adanya teknologi baru yaitu pengembangan kecerdasan buatan diharapkan dapat membantu secara signifikan dalam menurunkan kasus malaria melalui early diagnosis and prompt treatment khususnya di daerah terpencil di Indonesia.

Puji menjelaskan, pengembangan riset kecerdasan buatan atau (AI) untuk deteksi malaria ini dilakukan bersama dengan Pusat Riset Riset Kecerdasan Artifisial dan Keamanan Siber (PRKAKS) BRIN.

"Tantangannya sangat besar karena belum ada standarisasi pewarnaan yang tepat untuk gambar yang akan dianalisis, dan saat ini pengembangannya juga ditambah dengan AI," jelasnya.

Sementara, Kepala Pusat Riset Kecerdasan Artifisial dan Keamanan Siber (PRKAKS) BRIN, Anto Satriyo Nugroho menjelaskan, sistem diagnosis malaria menggunakan AI, dirancang secara otomatis menentukan status infeksi malaria pasien melalui analisis mendalam microphotograph sediaan darah tipis dan tebal.

Ia memaparkan data yang digunakan dalam pengembangan ini berasal dari berbagai pelosok Indonesia, memungkinkan sistem untuk mengenali beragam spesies parasit malaria.

"Pengembangan sistem ini memanfaatkan ekstraksi fitur morfo-geometris yang memungkinkan AI untuk mengidentifikasi karakteristik ukuran dan bentuk sel darah yang terinfeksi," ungkapnya.

Anto mengakui adanya tantangan dalam pengembangan sistem diagnosis malaria, salah satunya berupa adanya perubahan morfologi parasit malaria selama siklus hidup nyamuk tersebut.

"Kami di BRIN sangat optimis bahwa penelitian dan pengembangan AI yang berkelanjutan akan mampu menciptakan alat diagnosis yang sangat penting dan berkontribusi signifikan dalam upaya pemberantasan malaria di Indonesia," ucap Anto Satriyo Nugroho.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar