c

Selamat

Senin, 17 November 2025

KULTURA

20 Mei 2025

12:51 WIB

Dieng Jadi Geopark, Petani Diminta Pilih Pertanian Tak Merusak Lahan

Di Dieng, sektor pertanian hortikultura merupakan salah satu mata pencaharian masyarakat yang sebagai petani.

Editor: Rikando Somba

<p>Dieng Jadi Geopark, Petani Diminta Pilih Pertanian Tak Merusak Lahan</p>
<p>Dieng Jadi Geopark, Petani Diminta Pilih Pertanian Tak Merusak Lahan</p>

Pengunjung memadati Dieng Culture Festival. Shutterstock/BanGhoL

BANJARNEGARA- Dataran Tinggi Dieng kini menyandang status geopark nasional berdasarkan Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor 172.K/GL.01/MEM.G/2025. Pemerintah Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, bersyukur karena penetapan tersebut, dan meminta semua pihak mendukung.  Salah satu pihak, yakni petani, diharap juga mendukung dengan mengembangkan pertanian yang tidak merusak lingkungan sebagai bagian dari upaya konservasi lahan. Di Dieng, sektor pertanian hortikultura merupakan salah satu mata pencaharian masyarakat.

 "Alhamdulillah Dieng menjadi salah satu geopark nasional, telah ditetapkan. Ini menjadi kebanggaan kita semua dan mudah-mudahan menjadi motivasi kami terutama dalam menjaga kelestarian lingkungan, cagar budaya, dan budaya di sana," kata Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Dinparbud) Kabupaten Banjarnegara Tursiman di Banjarnegara, Selasa (20/5).

Dia meyakini, penetapan ini membuat semakin banyak masyarakat yang berminat untuk datang ke Dieng. Karena selain sebagai destinasi wisata, juga telah menjadi geopark nasional. 

"Kami nanti akan bersama-sama dengan Pemkab Wonosobo tentunya akan menginformasikan kepada seluruh masyarakat bahwa geopark Dieng merupakan ketetapan nasional," katanya menegaskan.

Lima Wilayah
Geopark Dieng diketahui berluas 319,36 kilometer persegi dengan rincian 161,25 kilometer persegi berada di wilayah Banjarnegara dan 158,11 kilometer persegi masuk wilayah Wonosobo.

Dalam geopark Dieng terdapat lima tema geotrail yang terdiri atas Geotrail 1 (The meaningful agro-geo experience) berupa Telaga Menjer, Wisata Alam Seroja, Kebun Teh Panama, Situs Lesung, Edukasi Kopl, Air Terjun Sikarim, dan Wisata Alam Bukit Cinta.

Selanjutnya, Geotrail 2 (Celebrate local wisdom and culture) berupa Tuk Bimo Lukar, Watu Kelir, Kompleks Candi Dieng, Telaga Balai Kambang, Bima Temple, Sikadang Crater, dan Telaga Warna Dieng.


Sedang Geotrail 3 (Immerse into unique natural beauty) berupa Bukit Sikunir, Telaga Cebong, Desa Wisata Sembungan, Sikarim View Spot, dan Kompleks Gunung Pakuwaja. Dan, Geotrail 4 (Learning and engage with nature) berupa Basecamp Gunung Bismo, Telaga Merdada. Curug Sirawe, Bilingan Hotspring, Sektor Graben Pagerkandang, Silen Crater, dan Geo Dipa Energi WP 7.

Sementara Geotrail 5 (Unique geo-diversity and environment) berupa Kawah Sikendang, Kawan Candradimuka, Telaga Diringo, Sumur Jalatunda, dan Curug Merawu.

Baca juga: Jadi Tren Di 2025, Ini Rekomendasi Noctourism Di Indonesia 

                   Carica, Si Kuning Manis Kebanggaan Masyarakat Dieng


Soal Kartu Kuning
Terkait pengelolaan geopark,  Kementerian Pariwisata memanggil pengelola Geopark Kaldera Toba untuk memberikan penjelasan soal peringatan kartu kuning yang diberikan oleh UNESCO dalam rapat UNESCO Global Geopark di Maroko pada 4-5 September 2023 lalu.

“Gubernur Sumatera Utara sudah memberi atensi yang tinggi untuk mengembalikan posisi Geopark Kaldera Toba kembali ke green card," kata GM Badan Pengelola Kaldera Toba UNESCO Global Dr. Azizul Kholis dalam keterangan resmi di Jakarta, Jumat.

Dikutip dari Antara,  Azizul menyatakan pihaknya butuh waktu dua bulan untuk berbenah, dengan asesmen baru yang disampaikan pihak UNESCO yang akan dilakukan pada 15 Juli 2025 mendatang. Tetapi, dia  optimistis bahwa ini akan terselesaikan dengan kolaborasi semua pihak mulai dari pemerintah pusat sampai ke daerah

Menanggapi hal itu, Deputi Destinasi dan Infrastruktur Kemenpar Hariyanto memastikan Kementerian Pariwisata telah mengambil langkah-langkah konkret untuk memastikan bahwa rekomendasi UNESCO dapat segera dipenuhi.

Beberapa rekomendasi utama dari UNESCO untuk perbaikan agar bisa kembali ke kartu hijau adalah mencakup beberapa hal. Diperlukan perbaikan mencakup warisan geologi dan interpretasinya yang diversifikasi cerita geologi dan memperluas survei, warisan alam, budaya, dan buatan terkait identifikasi dan inventarisasi lebih lanjut, visibilitas dan kemitraan soal peningkatan panel interpretasi dan visibilitas geopark serta jejaring dan pelatihan untuk meningkatkan kerja sama dengan geopark Indonesia lainnya.

Kementerian Pariwisata menegaskan, akan terus berkoordinasi dengan Badan Pengelola Kaldera Toba UNESCO Global Geopark, pemerintah daerah dan pihak-pihak terkait lainnya untuk memfasilitasi penyusunan siteplan pada Geosite yang akan dilakukan pada 2026.

"Penyusunan siteplan ini menjadi langkah penting dalam memperkuat struktur dan manajemen Geopark Kaldera Toba sesuai dengan pedoman UNESCO," ujarnya.

Juga, akan dibangun panel interpretasi di berbagai geosite dalam Geopark Kaldera Toba untuk meningkatkan pemahaman pengunjung mengenai nilai geologi dan warisan alam yang ada di kawasan ini.

Di sisi dana, Kementerian Pariwisata turut memberikan dukungan berupa Dana Alokasi Khusus (DAK) tahun 2024 sebesar Rp56,6 Miliar serta kegiatan peningkatan kapasitas sumber daya manusia, koordinasi teknis, dan revitalisasi geosite seperti Monkey Forest Sibaganding dan Geosite Pulau Sibandang.

Sebelumnya, rapat UNESCO Global Geopark di Maroko pada 4-5 September 2023, memutuskan  kawasan Geopark Kaldera Toba mendapat kartu kuning dari UNESCO. Geopark lain yang juga mendapat kartu serupa yakni Gua Zhijindong di Tiongkok, Taman Nasional Regional Luberon di Prancis, Madonie di Italia, dan Colca y Volcanes de Andagua di Peru.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar