13 Oktober 2025
16:22 WIB
Dian Pelangi Dan Restu Anggraini Angkat Budaya Dan Karakter Wanita
Menutup IN2MOTIONFEST 2025, Dian Pelangi dan Restu Anggraini menampilkan karya yang terinspirasi dari nilai budaya, keanggunan dan kekuatan wanita Indonesia.
Penulis: Arief Tirtana
Editor: Satrio Wicaksono
| Peragaan busana IN2MOTIONFEST. Instagram/in2motionfest |
JAKARTA - Peragaan busana karya Dian Pelangi dan Restu Anggraini menjadi bagian dari penutup rangkaian ajang fesyen Indonesia International Modest Fashion Festival (IN2MOTIONFEST) 2025. Kedua desainer ini menampilkan karya yang terinspirasi dari nilai budaya, keanggunan dan kekuatan wanita Indonesia.
Dian Pelangi menghadirkan koleksi bertajuk Ethereal Loom, yang terinspirasi dari arsitektur rumah limas Palembang dan filosofi ketenangan wanita Sumatra Selatan. Koleksi ini mengeksplorasi bentuk-bentuk lembut, jatuh, dan flowy tanpa kehilangan struktur klasik songket.
Setiap potongan menonjolkan keanggunan alami perempuan tanpa membentuk tubuh secara ketat, namun tetap menonjolkan kesan feminin dan berkarakter.
Koleksi ini sepenuhnya menggunakan songket asli Palembang yang berpadu dengan bordir halus, taburan payet lembut, dan layering tipis, guna memberi efek transparan dan airy. Sentuhan modern juga dihadirkan melalui kombinasi bahan ringan, memberikan kesan lebih wearable untuk tampilan ready-to-wear deluxe.
Terdiri dari 8 looks, masing-masing menampilkan narasi visual berbeda dari transformasi songket. Mulai dari busana klasik berpotongan sederhana hingga interpretasi modern dengan konstruksi yang inovatif. Dalam bentuk flowy dresses, structured tunics, hingga long outerwear.
Palet warna yang digunakan dalam koleksi ini juga berfokus pada nuansa soft pastel. Seperti dusty lilac, baby blue, champagne beige, blush pink, ivory, sage green, soft gold, dan mauve grey. Warna-warna ini menciptakan kesan tenang, ethereal, dan timelessly elegant.
Identitas Wanita Indonesia
Sementara Restu Anggraini mempersembahkan koleksi terbarunya bertajuk Laras Jejak, sebuah eksplorasi tentang kekuatan, keanggunan, dan warisan perempuan Indonesia dalam konteks modern.
Laras Jejak terinspirasi dari ritme kehidupan perempuan, bagaimana mereka melangkah dengan keteguhan hati ke masa depan, sambil membawa jejak nilai, identitas, dan budaya yang melekat di dalam diri.
"Koleksi ini tidak hanya mencerminkan karakter perempuan yang kompleks dan berlapis, namun juga menunjukkan bagaimana identitas mereka dibentuk oleh keseimbangan antara kekuatan dan kehalusan," kata Restu dalam keterangannya.
Koleksi ini mengangkat konsep juxtaposition, perpaduan dua sifat yang kontras namun menyatu dalam harmoni (LARAS). Dengan dualitas sebagai narasi utama, mulai dari feminin dan maskulin, lembut namun tegas, struktur geometris berpadu dengan elemen organik, hingga kontemporer dan tradisional.
Sebagai simbol narasi kontemporer dalam tradisi, kain Tenun Baron digunakan sebagai elemen utama. Wastra modern hasil kreasi para perajin tekstil masa kini dengan ciri tekstur yang geometris dan ekspresif, memperkaya koleksi dengan sentuhan budaya yang segar dan kontekstual, mewakili semangat baru dalam wastra Indonesia.
Untuk bahan, Restu menggunakan material twill dan katun yang memiliki tekstur tegas diimbangi oleh kelembutan lace, guna menegaskan dialog antara kekuatan dan keanggunan. Siluet-siluetnya tampil tegas dan dinamis, menggambarkan karakter yang membumi, elegan, namun tetap modern dan progresif.
Koleksi ini didominasi oleh palet warna maskulin seperti abu-abu dan coklat tua, kemudian dikontraskan dengan nuansa terang seperti putih dan kuning gading. Perpaduan ini menciptakan kesan visual yang seimbang dan berkarakter.
Ada pula detail ornamen yang diperkuat melalui eksplorasi olah bahan, seperti manipulasi tekstil menjadi aksen tiga dimensi, aplikasi lace yang dibentuk ulang, dan teknik jahit dekoratif yang mempertegas garis desain.
Melalui koleksi Laras Jejak yang terdiri dari outerwear, piece blues, cape, wrap skirt, dan barrel pants, Restu Anggraini mencoba melanjutkan visinya dalam membawa wastra Indonesia, ke panggung mode global.
"Koleksi ini menjadi bentuk dialog antara masa lalu dan masa kini, antara budaya dan inovasi, dalam kerangka modest fashion yang elegan dan relevan," tegasnya.