c

Selamat

Kamis, 6 November 2025

KULTURA

01 November 2025

17:52 WIB

Dialog Lintas Budaya Dalam Pameran Pallete of Nations 2025

Pameran "Palette of Nations 2025" digelar oleh Indonesia Watercolor Summit (IWCS) di Museum Art:1, Jakarta pada 31 Oktober –10 November 2025.

Penulis: Arief Tirtana

Editor: Andesta Herli Wijaya

<p id="isPasted">Dialog Lintas Budaya Dalam Pameran Pallete of Nations 2025</p>
<p id="isPasted">Dialog Lintas Budaya Dalam Pameran Pallete of Nations 2025</p>

Pendiri Indonesia Watercolor Summit (IWCS) Silvia Zulaika bersama seniman asal Kanada Javid Tabai di pameran Palette of Nations 2025 di Museum Art:1, Jakarta, Jumat (31/10). Dok: Validnews/ Arief Tirtana.

JAKARTA - Cat air kerap dianggap sebagai sebuah media yang rapuh dan spontan. Namun sebenarnya salah satu media lukis ini merupakan alat yang tak kalah menariknya untuk menyampaikan berbagai ekspresi dalam sebuah karya lukisan.

Dari realisme atmosfer hingga ilustrasi pop surealis, dari lanskap monumental hingga potret intim, lukisan cat air bisa mengajak orang yang melihatnya untuk menjelajahi spektrum estetika yang menghubungkan dunia nyata dengan dunia imajinasi.

Hal itu diyakini betul oleh  Anna Sungkar, kurator dari pameran terbaru "Palette of Nations 2025" yang digelar oleh Indonesia Watercolor Summit (IWCS), di Museum Art:1, Jakarta, pada 31 Oktober – 10 November 2025.

Sesuai konsep dan tema yang diusung "A CelebratPalette of Nations 2025" yang digelar oleh Indonesia Watercolor Summit (IWCS), di Museum Art:1, Jakarta, pada 31 Oktober – 10 November 2025. ion of Art, Culture & Friendship", pameran ini dapat dibaca sebagai eksplorasi luas tentang bagaimana manusia, alam, dan simbol budaya saling terkait dalam bahasa visual yang cair. Menampilkan berbagai ekspresi dari sejumlah seniman cat air dari berbagai negara, dengan gayanya masing-masing

Seniman-seniman yang hampir 80% merupakan master dan mentor di negaranya, mulai dari Australia, Rusia, Kanada, Chile, India, Iran, Thailand, Turki, hingga Argentina, menampilkan ekspresi yang menunjukan berbagai nilai budaya, yang direkam dalam medium cat air.

Di antaranya mereka menampilkan pemandangan ruang kota bersejarah, seperti Istanbul, Isfahan, Venesia. Kota-kota ini dipilih tidak hanya karena keindahan visualnya, tetapi juga karena mereka adalah persimpangan peradaban, pusat perdagangan, migrasi, dan perpaduan budaya.

Para seniman bukan hanya menampilkan karya yang menggambarkan kebudayaan negara asal mereka, namun juga dari negara lain. Seperti misalnya pelukis asal Rusia, karya Irina Kulemina yang menampilkan lukisan "Old Jakarta". Karya ini menangkap tampilan Museum Fatahillah di Kota Tua Jakarta dengan langit abu-abu, menciptakan suasana romantis tetapi monumental.

"Kehadiran pohon dan orang yang lewat memberikan kesan bahwa bangunan ini adalah ruang hidup, bukan sekadar lanskap mati; kota ini adalah organisme yang bernapas," kata Anna Sungkar dalam catatan kuratorialnya.

Baca juga: "Art Fun for Children" Mendekatkan Seni Patung Dengan Anak-Anak

Ekspresi lintas budaya tersebut bisa terjadi karena sebelum pameran, para seniman luar negeri yang ikutserta diwajibkan untuk hadir langsung Indonesia. Para seniman peserta, termasuk yang berasal dari Indonesia, lebih dulu dibekali dengan program mentoring daring maupun lokakarya langsung bersama para maestro. Mereka juga diajak melakukan kunjungan ke situs budaya dan artefak bersejarah.

Rangkaian kegiatan tersebut bertujuan mempertemukan para peserta dengan keragaman budaya Indonesia, sehingga seni menjadi medium dialog lintas bangsa.

"Pameran ini menjadi ajang untuk menunjukkan bahwa kreativitas Indonesia bisa tumbuh dan dikenal tanpa harus berpindah ke luar negeri. Tujuannya sederhana, mempromosikan karya dan semangat berkesenian di dalam negeri, agar masyarakat Indonesia sendiri dapat menikmatinya," terang Silvia Zulaika selaku pendiri IWCS.

Ada beragam sajian menarik di pameran IWCS tahun ini. Bukan hanya karya lukisan cat air yang ditampilkan, melainkan juga berbagai karya lintas media lainnya. Mulai dari karya lukis cat minyak, akrilik, hingga karya seni rupa dari media resin polyester, hingga kayu dan metal.

"Melalui kegiatan ini, IWCS bukan hanya menjadi tempat untuk memamerkan karya, tetapi juga wadah belajar bersama. Dari teknologi yang digunakan, bahan-bahan seni yang dikembangkan, hingga cara membangun jaringan kreatif, semuanya diarahkan untuk memperkuat ekosistem seni di Indonesia," kata Silvia.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar