c

Selamat

Selasa, 18 November 2025

KULTURA

04 Juni 2024

15:54 WIB

Dialog Budaya Irandia-Indonesia, Rupa-rupa Batik Karya Vania Gracia

Seniman Vania Gracia menampilkan eksplorasi motif batik Indonesia yang berpadu dengan simbol serta narasi dari khazanah folklor Irlandia.

Penulis: Andesta Herli Wijaya

Editor: Satrio Wicaksono

<p>Dialog Budaya Irandia-Indonesia, Rupa-rupa Batik Karya Vania Gracia</p>
<p>Dialog Budaya Irandia-Indonesia, Rupa-rupa Batik Karya Vania Gracia</p>

Karya-karya Vania Gracia dalam pameran “Irish Legends Through Indonesian Eyes” di lobi World Trade Center 2, Jakarta Pusat, Senin (03/6). Dok: Validnews/ Andesta.

JAKARTA – Seniman Vania Gracia memamerkan sederet karya seni tekstil terbarunya. Karya-karya tersebut menampilkan eksplorasi motif batik Indonesia berpadu dengan simbol serta narasi yang diambil dari khazanah folklor Irlandia.

Ini adalah perayaan atas hubungan diplomatik Indonesia dengan Irlandia yang telah berjalan 40 tahun. Vania menciptakan seri karya istimewa untuk pameran yang diinisiasi Kedutaan Irlandia untuk Indonesia di Jakarta ini.

Pameran bertajuk "Irish Legends Through Indonesian Eyes" digelar di lobi World Trade Center 2, Jakarta Pusat. Dalam pameran ini, Vania memamerkan enam karya batik di kain sutra yang masing-masing berdimensi 180x70 cm.

Sang seniman menyelami berbagai cerita rakyat dari Irlandia, yang kemudian dia ceritakan ulang dalam bentuk visual melalui ekspresi batik warisan budaya Indonesia yang dibanggakan. Folklor dengan beragam tema dan pesan, masing-masing dituangkan dalam rupa dengan paduan ekspresi batik yang mengusung makna-makna tertentu.

Dalam karya “The Children of Lir” (2024), Vania menggambarkan legenda Raja Lir yang terkenal di seantero Irlandia. Ada visual empat orang anak Raja Lir dari pernikahannya dengan Putri Aoibh, yang dalam legenda mereka dikutuk oleh ibu tiri mereka, Aoife, menjadi angsa putih.

Legenda ini membawa pesan-pesan tentang ketabahan, tentang bagaimana anak-anak Raja Lir bertahan dalam kutukan selama berabad-abad, sebelum akhirnya kembali menjadi manusia dan menemukan kebahagiaan.

Pesan-pesan itu disampaikan oleh Vania dengan padu-padan simbol dari khazanah budaya Indonesia maupun Irlandia. Dia menghadirkan motif batik Sido Mukti di latar belakang untuk mengungkapkan harapan akan kebahagiaan berkelanjutan. Di Jawa, Batik Sido Mukti umumnya digunakan oleh calon pengantin dalam pernikahan.

Ada pula motif batik Plumpungan yang digunakan untuk melambangkan pulau berbatu tempat terakhir anak-anak Lir menjalani hidup sebagai angsa, sehingga membawa makna tentang tumbuhnya harapan. Selain itu, seniman juga mengusung simbolisme Irlandia lewat lambang Simpul Tritunggal Celtic yang bermakna cinta, keabadian dan keutuhan keluarga.

Begitulah karya-karya Vania Gracia. Karya lainnya yakni “Fion and the Salmon of Knowledge” (2024) yang bercerita tentang mitologi Fionn yang dihormati, simbol kebijaksanaan di Irlandia. Legenda ini divisualisasi dengan ditambah hiasan motif batik Kawung, Lidah Api serta Semen Kagok yang ketiganya memuat filosofi terkait kebijaksanaan, tekad dan juga ketabahan.

Universalitas Simbol

Vania Gracia yang ditemui di sela acara peluncuran pameran, Senin (03/6), mengatakan bahwa batik Indonesia memiliki spektrum ekspresi yang amat luas, dengan motif-motif yang sangat beragam. Karena itu, ia memilih batik sebagai representasi ‘mata Indonesia’ dalam melihat warisan budaya Irlandia.

Menurutnya, tidak sulit menemukan kecocokan pada filosofi-filosofi batik dengan muatan nilai dan tema dari cerita-cerita rakyat Irlandia.

Praktik padu padan simbol oleh Vania agaknya juga mempertegas sifat universal pada ekspresi seni tradisional. Bahwa apa yang dibicarakan dalam suatu motif batik, ternyata juga menjadi nilai bagi masyarakat di belahan bumi lainnya.

“Di karya-karya ini, pemilihan batiknya itu aku menyesuaikan dengan cerita Irlandia. Jadi cerita Irlandia dulu, baru aku masukin batik, tapi karena batik banyak banget aku fleksibel banget,” ungkap Vania.

Karya-karya Vania lainnya yang dipamerkan yakni “The Hero Cu Chullain” (2024) yang menceritakan kisah ketangguhan dan keberanian Prajurit Sang Cullan. Kisah itu digambarkan dengan padu-padan motif batik Peksi Sikatan dan Parang dengan salah satu simbol keberanian Celtic, yaitu Triskelion.

Karya “Saint Patrick, 2024” (yang menceritakan tentang Santo Pelindung Irlandia melalui motif batik Banji, Alas-alasan serta motif renda Irish Crochet. Lalu karya “Queen Maeve” (2024) yang merujuk ratu pejuang tangguh dari Connacht, lambang perempuan berdaya di Irlandia. Yang terakhir ini disimbolisasi lewat motif batik Ksatrian dan Mahkota Siger, serta simbol Dara Knot dari Irlandia.

Karya terakhir yaitu “Saint Brigit” (2024), juga santa pelindung Irlandia yang digambarkan melalui simbolisme Irish Crochet, dipadupadankan dengan motif batik Tambalan dan Tuntrum.

Pameran Irish Legends Through Indonesian Eyes dipresentasikan oleh ISA Art Gallery. Pameran ini akan berlangsung hingga  14 Juni 2024 di gedung.

Acara pembukaan pada Senin malam dihadiri oleh Duta Irlandia Untuk Indonesia, Padraig Francis serta Menteri Parekraf Sandiaga Uno. Dalam kesempatan itu, Sandiaga menyampaikan apresiasinya atas kolaborasi kreatif yang tercipta antara Indonesia dan Irlandia.

“Ada batik yang ceritakan sosok-sosok yang legendaris dalam cerita di Irlandia, ini cara yang sangat inovatif dalam menggabungkan kedua negara yang sangat berbeda dan juga berjauhan. Mudah-mudahan kedepan hubungan yang lebih erat kedua negara bisa menghasilkan kemajuan lebih signifikan,” ucap Sandiaga.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar