c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

KULTURA

21 November 2024

13:38 WIB

Catat! Bahaya Kontaminasi Mikroplastik Di Jajanan Anak Itu Nyata

Plastik secara umum mengandung 16.000 bahan kimia aditif yang tidak terikat secara kovalen dengan polimer induk, sehingga dapat dengan mudah terlepas dan menempel di makanan atau minuman

<p>Catat! Bahaya Kontaminasi Mikroplastik Di Jajanan Anak Itu Nyata</p>
<p>Catat! Bahaya Kontaminasi Mikroplastik Di Jajanan Anak Itu Nyata</p>

Tangkapan layar - Manajer Program PPLH Bali Ni Made Diyah Darma Yanti (kiri) dalam diskusi Aliansi Zero Waste Indonesia dipantau daring di Jakarta, Kamis (21/11/2024). ANTARA/Prisca Triferna

JAKARTA – Kekhawatiran orang tua terhadap jajanan anak di lingkungan sekolah terbukti. Setidaknya, dalam pengujian yang dilakukan Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) Bali, ditemukan kandungan mikroplastk dalam makanan yang dijual di kantin dua sekolah. Hal ini memperlihatkan potensi paparan anak terhadap mikroplastik yang berdampak pada kesehatan.

Manajer Program PPLH Bali Ni Made Diyah Darma Yanti dalam diskusi Aliansi Zero Waste Indonesia yang dipantau daring di Jakarta, Kamis (21/10), mengatakan, pihaknya mengambil sampel di dua sekolah di Bali yang masih menggunakan wadah plastik sekali pakai untuk makanan dan minuman yang dijual di kantin.

Pihaknya kemudian membawa makanan dan minuman yang menggunakan wadah plastik tersebut, termasuk yang dibungkus wadah mika, kertas minyak, plastik bening, saset dan botol, untuk diuji di Laboratorium Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Udayana, Januari 2024.

"Yang kita dapatkan, semua sampel yang kita teliti itu semuanya mengandung mikroplastik. Dari sampel yang kita ambil, kertas minyak mengandung fiber, di nasi goreng dan sosis juga mengandung mikroplastik dengan jenis fiber dan fragmen," jelasnya.

Fiber sendiri adalah jenis mikroplastik yang merupakan degradasi dari kain sintetik akibat pencucian atau kain yang sudah rusak. Sementara fragmen yang dimaksud di sini adalah pecahan dari plastik yang sudah dikeraskan seperti kemasan saset, tutup botol dan sejenisnya.

Pihaknya memperkirakan mikroplastik fiber itu masuk dalam kontaminasi proses produksi. Sedangkan jenis fragmen adalah kontaminasi dari kemasan yang membungkus makanan-makanan tersebut.

Untuk itu dia merekomendasikan beberapa langkah demi mewujudkan serendah mungkin potensi kontaminasi mikroplastik. Termasuk memastikan pengawasan proses produksi bersih dan steril, menghindari kontaminasi yang kemungkinan berasal dari kain atau lap yang digunakan saat proses pembuatan makanan.

"Kita juga harus menghindari pengemasan dan penyimpanan makanan langsung di bawah sinar matahari. Lalu, ketika kita menggunakan plastik yang masih bisa digunakan beberapa kali seperti polipropilen, sebisa mungkin kita memasukkan makanan jangan dalam kondisi masih panas," jelasnya.

Dalam diskusi yang sama, Kepala Laboratorium Mikroplastik Ecoton Rafika Aprillianti memperingatkan, agar menghindari penggunaan wadah plastik sekali pakai untuk makanan dan minuman karena potensi cemaran mikroplastik.

Dia menjelaskan, plastik secara umum mengandung 16.000 bahan kimia aditif yang tidak terikat secara kovalen dengan polimer induk, sehingga dapat mudah lepas. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan lepasnya mikroplastik dalam kemasan wadah sekali pakai itu termasuk karena faktor suhu, kualitas bahan plastik, serta tekanan dan gesekan kepada wadah.

"Dia sangat mudah lepas menjadi mikroplastik dan 16 ribu senyawa kimianya juga mudah lepas menempel di minuman dan makanan. Jadi hati-hati kalau makanan dan minuman dibungkus plastik, apalagi plastik yang tipis itu sangat mudah rontok plastiknya," jelas Rafika.

Makan Bergizi Gratis
Rafika pun menyarankan, penerapan Program Makan Bergizi Gratis perlu perlu menghindari penggunaan wadah plastik sekali pakai untuk menghindari potensi mikroplastik masuk ke dalam tubuh anak-anak.

"Pemerintah perlu menyusun baku mutu mikroplastik dan mendorong industri tidak menggunakan wadah makanan dan minuman yang terbuat dari bahan plastik sekali paka, khususnya dalam Program Makan Bergizi Gratis," ujarnya.

Dia mengatakan, penggunaan wadah plastik sekali pakai berarti meningkatkan potensi masuknya mikroplastik dalam makanan dan minuman tersebut. Pada akhirnya, hal tersebut dapat masuk ke tubuh anak dan dalam jangka panjang bisa berdampak kepada kesehatan mereka.

"Kita lihat plastik sangat lentur kalau dipegang dan itu ada senyawa plasticizer yang merupakan senyawa pengganggu hormon dalam tubuh manusia dan hewan," tuturnya.
 
Secara umum, penumpukan mikroplastik di tubuh dapat mengganggu kerja sistem pencernaan, pernapasan dan peredaran darah. Mikroplastik juga dapat menjadi vektor penyebaran bakteri dan mengikat polutan berbahaya di lingkungan yang bisa masuk ke dalam tubuh manusia.

Hal itu didasarkan pada kandungan plastik yang berpotensi terlepas dari wadah plastik sekali pakai. Terutama jenis Polietilena tereftalat (PET) dan High density polyethylene (HDPE) yang lebih tipis dan jika terkena panas akan terdegradasi.

Tidak hanya panas, dia memperingatkan sejumlah faktor lain yang dapat menyebabkan terlepasnya mikroplastik dari wadah sekali pakai. Termasuk sinar UV, perubahan pH atau derajat keasaman, waktu kontak paparan, kualitas bahan plastik serta faktor fisik, termasuk tekanan dan gesekan.

Penelitian yang dilakukan oleh Ecoton juga menemukan mikroplastik pada sampel air minum dalam kemasan pada 2024, termasuk banyak jenis minuman manis yang sering dikonsumsi oleh anak-anak. Hal ini memperlihatkan bahaya ganda untuk kesehatan, yakni dari pemanis buatan yang mendorong obesitas dan diabetes, serta dampak tidak langsung dari mikroplastik.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar