07 Juni 2023
08:00 WIB
Penulis: Annisa Nur Jannah
Editor: Satrio Wicaksono
JAKARTA - Baru-baru ini para astronom menyadari ada sebuah quasi moon atau bulan palsu yang telah mengikuti bumi mengelilingi matahari sejak 100 SM. Benda langit itu dinamai 2023 FW13, kira-kira jaraknya 14 juta kilometer dari bumi. Ditemukan pertama kali pada Maret lalu menggunakan observatorium Pan-STARRS yang terkenal di Hawaii.
Para ilmuan pertama-tama melihat asteroid tersebut mengelilingi bumi yang artinya adalah bulan kedua. Setelah diperiksa lebih lanjut, diketahui bahwa sebenarnya benda tersebut telah mengorbit Matahari yang menjadikan asteroid ini Bulan palsu.
Seperti dilansir Sky and Telescope, batu besar itu secara kebetulan menempuh jalur dan kecepatan yang kira-kira sama dengan planet Bumi mengelilingi Matahari. Terungkap bulan palsu sudah mengelilingi matahari selama kurang lebih 2.121 tahun.
Ini yang menjadi pertanyaan seluruh pecinta astronomi, karena hal ini di luar dari prediksi. Akhirnya, Alan Harris seorang ilmuan yang mengkhususkan diri pada objek dekat Bumi di Space Science Institute, mengatakan bumi pada dasarnya tidak berperan dalam pergerakannya.
"Itu tidak terkait sama sekali dengan bumi secara kebetulan dan inilah yang menjadikan 2023 FW13 dijuluki quasi-moon alias bulan palsu," ujar Harris.
Biasanya Bulan palsu mengikuti Bumi hanya beberapa dekade saja. Namun, 2023 FW13 sangat berbeda karena para astronom menghitung bahwa asteroid tersebut telah berada di sekitar planet kita sejak 100 SM, yang merupakan tahun kelahiran Julius Cesar seorang mantan ditaktor Romawi.
Teleskop lain juga telah mengonfirmasi keberadaan asteroid tersebut. Menurut Space.com dan Minor Planet Center di International Astronomical Union, secara resmi telah mendaftarkan bulan palsu sebagai objek yang diketahui pada bulan April lalu.
Asteroid itu panjangnya sekitar 20 meter dan menjaga jaraknya dari planet Bumi, tepatnya sembilan juta mil di titik terdekat dari jalurnya. Sebagai referensi, Bulan yang kita semua kenal berjarak sekitar 238.855 mil. Oleh karena itu, menurut Harris kecil kemungkinan Bulan palsu itu akan menabrak bumi.
"Kabar baiknya adalah orbit seperti itu tidak menghasilkan lintasan yang berdampak secara tiba-tiba," jelasnya.
Temuan ini bukan yang pertama, karena pada tahun 2016 observatorium Pan-STARRS menemukan bahwa satelit batuan itu bisa jadi merupakan pecahan dari bulan asli kita atau satelit besar yang dapat dilihat di langit.