12 Desember 2024
14:02 WIB
Budaya Antardaerah Sering Mirip, Ini Sebabnya
Kemiripan bahkan kesamaan budaya antardaerah disebabkan karena interaksi antarkelompok pada masa lalu yang terjalin secara luas, sebelum adanya konsep administratif wilayah di era kolonial.
Editor: Satrio Wicaksono
Sejumlah mama-mama merajut noken saat mengikuti pameran di halaman Kantor Majelis Rakyat Papua (MRP) , Jayapura, Papua. ANTARA FOTO/Indrayadi TH
JAKARTA - Indonesia memiliki keragaman budaya yang luar biasa sebagai identitas masing-masing daerah dari Sabang sampai Merauke. Meski demikian, ada beberapa daerah yang memiliki kemiripan satu dengan lainnya. Tak hanya itu, kadang antar negara yang berdekatan di satu kawasan pun juga memiliki kemiripan.
Antropolog lulusan Universitas Indonesia (UI), Hilman Handoni menyebutkan, kemiripan budaya antara satu daerah dan daerah lainnya disebabkan karena konsep batas administratif belum muncul di masa lalu. Hal inilah yang kemudian menyebabkan interaksi antarkelompok masyarakat terjalin secara luas.
Hilman mencontohkan fenomena tersebut dengan membandingkan desain perahu tradisional antara masyarakat Maluku, Maluku Utara, dan Papua.
"Ada kemiripan perahu Maluku Utara dengan perahu di Maluku dan jangan lupa, jangan-jangan perahu Maluku juga terpengaruh dengan perahu-perahu lesung bercadik dari Papua. Jadi saling mempengaruhi," kata Hilman, dikutip dari Antara, Kamis (12/12).
Ia menjelaskan, batas administratif wilayah merupakan konsep modern yang muncul karena pengaruh kolonialisme bangsa Eropa yang kemudian dilanjutkan oleh Republik Indonesia. Dia membandingkan dengan kondisi masyarakat di masa lalu yang bersifat kosmopolitan, di mana mereka memiliki interaksi erat dengan berbagai orang dari wilayah-wilayah lain.
"Orang-orang Bajau yang kita kira itu adalah pengelana laut bukan orang terpinggirkan terluar, mereka sangat kosmopolit. Pada abad ke-19 ada seorang pelaut Bajau ditangkap di Brunei, ketika ditanya dia mau membeli sepatu buat istrinya di Singapura artinya itu sangat kosmopolit," paparnya.
Sementara itu, peneliti dari Pusat Riset Arkeologi Lingkungan, Maritim, dan Budaya Berkelanjutan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Lucas Wattimena menerangkan, terjadinya pertukaran budaya antar wilayah yang kemudian mempengaruhi kebudayaan suatu masyarakat, disebabkan oleh posisi geografis Indonesia yang berada di jalur perdagangan strategis.
"Posisi kita secara kawasan itu sangat strategis karena di Asia Pasifik ada Australia ada India dan kita di bagian Asia Tenggara sehingga jalur-jalur itu harus kita pikirkan karena jalur perdagangan," imbuhnya.