c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

KULTURA

03 Juni 2022

09:49 WIB

BTS Dan Seberapa Parah Diskriminasi Anti-Asia Di Amerika Serikat

Pada kenyataannya Amerika Serikat tak pernah lepas dari berbagai isu kebencian dan diskriminasi yang berkaitan dengan ras sekalipun dijual sebagai negara yang menghargai kebebasan.

Penulis: Arief Tirtana

Editor: Rendi Widodo

BTS Dan Seberapa Parah Diskriminasi Anti-Asia Di Amerika Serikat
BTS Dan Seberapa Parah Diskriminasi Anti-Asia Di Amerika Serikat
Ilustrasi anti-asia. Pixabay

JAKARTA – Sebagai bagian dari perayaan Asian American, Native Hawaiian, and Pacific Islanders Heritage Month, Boy Band Kpop BTS (Bangtan Boys) mengunjungi Gedung Putih dan bertemu dengan Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, pada Selasa (31/5).

Dalam pertemuannya, Boyband yang dipimpin oleh Rap Monster (RM) tersebut melakukan diskusi dengan Joe Biden mengenai banyak hal. Mulai dari inklusi, representasi, dan keragaman Asia, hingga menyoroti kasus kebencian dan diskriminasi anti-Asia yang beberapa tahun ini semakin terasa di Amerika Serikat.

Salah satu personel BTS, Jimin berharap dengan pertemuan dan diskusi yang mereka lakukan, bisa membantu menghentikan perkembangan kebencian dan diskriminasi Anti-Asia.

"Kami terkejut dan hancur oleh gelombang kejahatan kebencian baru-baru ini terhadap orang Asia. Dengan harapan membantu menghentikan kejahatan semacam ini, kami ingin menggunakan kesempatan ini dengan menggunakan suara kami untuk berbicara," kata Jimin dalam pernyataannya di pertemuan tersebut.

Kebencian dan Diskriminasi Anti-Asia Di Amerika Serikat
Sebagai sebuah negara demokrasi dan selama ini terkenal menghargai kebebasan setiap individu, pada kenyataannya Amerika Serikat tak pernah lepas dari berbagai isu kebencian dan diskriminasi yang berkaitan dengan ras.
 
Seperti isu Anti-Asia misalnya, sudah mengakar kuat bahkan sebelum Asian Exclusion Act (undang-undang yang melarang semua imigrasi pekerja China datang ke Amerika Serikat) ditanda tangani pada tahun 1882, atau lebih dari satu abad tahun yang lalu.

Dengan pasang surutnya, isu kebencian dan diskriminasi Anti-Asia di Negeri Paman Sam kembali melambung pasca munculnya Pandemi Covid-19 secara global di awal tahun 2020 lalu. Akibat munculnya sentimen bahwa virus Covid-19 berasal dari Asia, tepatnya dari Wuhan, China.

Dengan begitu, banyak warga negara Amerika Serikat yang dengan sengaja menjauhi warga keturunan Asia, memecat karyawan mereka yang keturunan Asia, melemparkan umpatan, meludahi, bahkan hingga mengancam nyawa mereka.

Awal Mei lalu contohnya, seorang pria bersenjata datang ke sebuah salon rambut milik warga keturunan Korea di bagian Koreatown di Dallas, Texas. Melepaskan tembakan yang melukai setidaknya tiga wanita keturunan Korea yang ada di sana.
 
Dalam level lainnya, tak sedikit warga keturunan Asia yang mendapatkan umpatan hingga diludahi oleh orang yang tidak mereka kenal yang ada di jalan. Sehingga kemudian membuat banyak dari mereka yang terpaksa menutupi wajah dan menyembunyikan identitas agar lebih terlindungi saat di luar rumah.

Stop AAPI Hate, sebuah organisasi nirlaba nasional di Amerika Serikat yang melacak insiden kebencian terhadap penduduk Asia Amerika dan Kepulauan Pasifik, mengatakan kepada GBH News bahwa setidaknya ada 329 insiden serupa telah terjadi di Massachusetts pada periode Maret 2020 hingga 31 Desember 2021.
 
Sementara itu Biro Penyidik Federal FBI, yang memiliki satu-satunya data secara keseluruhan di Amerika Serikat. Menemukan fakta bahwa setidaknya 20% dari total kejahatan yang ada di 15 kota, terjadi dengan motif kebencian dan diskriminasi anti-Asia.

Bahkan di New York–kota yang memiliki jumlah warga Amerika keturunan Asia paling banyak di Amerika Serikat–menyumbang hampir separuh dari insiden anti-Asia sepanjang tahun 2021. Di mana pada kuartal pertama 2021, ada 42 insiden yang terjadi di kota tersebut. Meningkat 223 persen dibanding periode yang sama tahun lalu, dalam 13 insiden.
 
Menurut survei nasional oleh AAPI Data and Momentive, sejak tahun 2021 setidaknya 1 dari 6 warga negara keturunan Asia di Amerika Serikat dilaporkan mengalami kejahatan kebencian anti-Asia. Angka itu naik dari tahun sebelumnya yang hanya 1 banding 8 kasus.
 
Dalam tiga bulan pertama tahun 2022, angka tersebut memang kembali mengalami penurunan mencapai 1 banding 12. Namun seiring terus berlanjut dan meningkatnya kebencian dan diskriminasi anti-Asia belakangan ini, bukan tak mungkin angkanya semakin meningkat dalam waktu ke depan.
 
Kekhawatiran tersebut salah satunya bisa dilihat dari laporan terbaru Indeks STAATUS 2022 yang menunjukkan bahwa masih ada 1 dari 5 orang Amerika Serikat percaya bahwa orang keturunan Asia bertanggung jawab atas pandemi covid-19 di negara mereka. Angka itu meningkat dari tahun lalu yang hanya 1 dari 10 warga Amerika Serikat percaya dengan asumsi tersebut. 

Dalam survei yang sama, 1 dari 3 warga negara Amerika Serikat juga percaya bahwa orang keturunan Asia lebih setia kepada negara asal mereka daripada ke Amerika Serikat itu sendiri. Jumlah tersebut juga meningkat dari tahun lalu, dalam perbandingan 1 dari 5 orang.

Tak mengherankan jika kemudian selain berbagai kebencian dan sikap diskriminatif anti-Asia yang ditunjukkan nyata lewat perbuatan tidak terpuji, banyak warga negara Amerika Serikat juga yang kini lebih memilih untuk menyebut virus corona sebagai "virus Cina" atau "virus Wuhan".

 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar