07 Agustus 2025
13:56 WIB
BRIN Temukan Potensi Sesar Aktif Di Semarang, Seberapa Besar Ancamannya?
Ekspedisi BRIN menemukan potensi sesar aktif di Semarang yang bisa memicu bencana gempa. Meski masih diteliti, temuan sementara menunjukkan kemungkinan patahan ini lebih panjang dari sesar Lembang.
Editor: Andesta Herli Wijaya
Tim ahli Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melakukan ekspedisi untuk meneliti potensi sesat aktif di Semarang dan sekitarnya. Dok: BRIN.
JAKARTA - Semarang selama ini termasuk kawasan yang jarang dilanda gempa besar. Posisinya yang berada di sisi utara pulau Jawa, membuat kota ini relatif lebih aman karena kebanyakan sumber gempa berada di selatan Jawa.
Namun bukan berarti sepenuhnya aman dari bencana gempa. Kawasan ini sejatinya berada di atas garis sesar atau celah dua lempeng bumi. Sesar di bawah Kota Semarang teridentifikasi aktif dan menyimpan potensi gempa.
Hal ini terungkap dalam penelitian terbaru tim ahli dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Riset Kebencanaan Geologi. Ekspedisi ini menghasilkan temuan menarik berupa jejak morfologi unik antara pantai utara Jawa dan kota Semarang, yang menunjukkan adanya batas morfologi mencolok antara area datar di utara dan area yang lebih tinggi di selatan.
"Sesar di Semarang ini sudah pasti ada dan sudah pasti aktif karena ditemukan batuan ataupun endapan yang jadi indikatornya," ujar Sonny Aribowo, periset bidang Paleoseismologi, dilansir dari laman BRIN, Kamis (7/8).
Ekspedisi BRIN menyusuri tiga zona utama, yaitu Zona Timur (Demak), Zona Kota (Semarang), dan Zona Barat (Kendal). Di Zona Timur, ditemukan gawir sesar berupa lereng curam setinggi 1 meter di atas endapan aluvial muda yang diperkirakan merupakan hasil dari satu kejadian gempa, dan lokasi ini dinilai sangat cocok untuk survei geolistrik serta pemetaan lanjutan menggunakan LiDAR. Survei geolistrik merupakan metode untuk melihat struktur bawah permukaan tanah dengan menggunakan listrik.
Di Zona Kota, struktur serupa muncul di area Taman Makam Pahlawan dengan ketinggian gawir mencapai 4 meter, namun pelacakan lebih lanjut dengan geolistrik masih perlu dilakukan, mengingat kawasan tersebut merupakan daerah perkotaan yang landscape-nya sudah banyak modifikasi oleh manusia.
Sementara itu, Zona Barat di kawasan Bendungan Juwero memiliki jejak gawir sesar antara 0,5-3 meter dan singkapan sesar aktif yang menunjukkan aktivitas tektonik Holosen, yaitu pergerakan kerak bumi selama periode 11.700 tahun yang lalu hingga sekarang. Bahkan beberapa bagian sesar terangkat hingga 20 meter di atas sungai, menjadi bukti nyata pergerakan kerak bumi dalam skala waktu geologis.
Sonny mengatakan, Semarang memiliki patahan panjang, yang masih diteliti lebih lanjut untuk memastikan apakah berasal dari satu segmen sesar yang sama atau terdiri dari beberapa segmen berbeda. Jika berasal dari satu sesar utuh, maka potensi magnitudo gempa yang dihasilkan akan lebih besar. Menariknya, bagian paling panjang dari patahan tersebut berada di utara Semarang, bahkan lebih panjang dari Sesar Lembang, sehingga menandakan potensi gempa yang bisa lebih kuat.
"Kalau dari permukaan, sesarnya terlihat putus-putus, jadi bisa jadi berbeda segmen. Tapi nanti di ekspedisi bulan Agustus/September akan dilakukan trenching di lokasi tersebut, untuk melihat berapa periode ulang gempa yang terjadi," tambah Sonny.
Baca juga: Tsunami Besar Selatan Jawa Bisa Terulang 200 Tahun Lagi
Menindaklanjuti temuan ini, tim BRIN masih akan melakukan ekspedisi lanjutan di bulan Agustus mendatang, untuk analisis lanjutan dan publikasi ilmiah yang lebih kompeherensif tentang potensi kegempaan di Semarang dan sekitarnya.
Sonny menambahkan, sesar aktif yang ditemukan di Semarang dan sekitarnya menyimpan informasi penting terkait potensi gempa bumi. Dengan dokumentasi dan pemetaan yang akurat, hasil riset ini dapat menjadi dasar ilmiah untuk mitigasi bencana, perencanaan tata ruang, dan edukasi masyarakat terhadap risiko geologi yang tersembunyi.