c

Selamat

Senin, 17 November 2025

KULTURA

04 Desember 2024

20:09 WIB

BRIN: Pelestarian Koleksi Ilmiah Penting Untuk Ilmu Dan Budaya Yang Maju

Koleksi ilmiah, baik biodiversitas flora, fauna, mikroba, hingga koleksi arkeologi, manuskrip, dan geologi, merupakan kekayaan bangsa yang tidak memiliki batas masa retensi.

Editor: Rendi Widodo

<p>BRIN: Pelestarian Koleksi Ilmiah Penting Untuk Ilmu Dan Budaya Yang Maju</p>
<p>BRIN: Pelestarian Koleksi Ilmiah Penting Untuk Ilmu Dan Budaya Yang Maju</p>

Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko. ANTARA/Sean Filo Muhamad

JAKARTA -  Pelestarian koleksi ilmiah dan penggalian sejarah menjadi bagian penting dalam mendukung pemajuan ilmu pengetahuan dan budaya bangsa. Hal ini disampaikan Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko.

"Koleksi ini bukan milik BRIN, tetapi kekayaan negara dan umat manusia. Tugas kami adalah memastikan koleksi ini terawat selamanya dan menjadi sumber ilmu pengetahuan yang tidak akan habis," katanya dikutip dari Antara, Rabu (4/12).

Handoko menekankan koleksi ilmiah, baik biodiversitas flora, fauna, mikroba, hingga koleksi arkeologi, manuskrip, dan geologi, merupakan kekayaan bangsa yang tidak memiliki batas masa retensi.

Oleh sebab itu, lanjutnya, Direktorat Pengelola Koleksi Ilmiah Deputi Bidang Infrastruktur Riset dan Inovasi BRIN bertanggung jawab atas pengelolaan koleksi ini, termasuk koleksi yang berasal dari kebun raya, artefak, hingga ekofak.

"Koleksi tersebut harus dirawat dengan standar yang tinggi dan didukung oleh infrastruktur modern, seperti peralatan untuk penelitian tanpa merusak sampel," ujarnya.

BRIN, kata Handoko, berencana melakukan ekskavasi besar-besaran di berbagai wilayah Indonesia, termasuk di Barus, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, untuk mengungkap sejarah peradaban Islam dan maritim di Indonesia.

Ia menekankan pentingnya kerja sama dengan komunitas lokal, mahasiswa, dan akademisi untuk memastikan proses ekskavasi berjalan tuntas, yang dapat memakan waktu hingga 10 tahun.

"Ekskavasi ini tidak hanya untuk menemukan artefak, tetapi juga untuk meneliti dan memahami detail sejarahnya, seperti usia, asal-usul, dan konteksnya. Hasil riset yang tuntas akan menjadi dasar pelestarian budaya lokal dan pendidikan, misalnya melalui pendirian museum atau integrasi ke dalam kurikulum sekolah," ungkapnya.

Selain ekskavasi, Handoko juga berharap kegiatan ini dapat mendorong regenerasi arkeolog di Indonesia.

Ia juga menyampaikan apresiasi dukungan dari berbagai pihak, seperti Yayasan Matauli, Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Barus, dan pemerintah daerah, dalam melestarikan budaya dan sejarah di Tapanuli Tengah.

"Dengan dukungan komunitas dan pemangku kepentingan, ekskavasi ini akan memperkuat identitas budaya kita dan memberikan manfaat luar biasa bagi bangsa," tutur Laksana Tri Handoko.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar