23 September 2025
20:07 WIB
BRIN Kaji Potensi Jamur Endofit Jadi Bahan Obat
Berbagai senyawa bioaktif dari jamur endofit memiliki aktivitas biologis penting, mulai dari antibakteri, antijamur, hingga antidislipidemia.
Cendawan (jamur) endofit, Penicillium sp. PTN AK 09 hasil penelitian Dr Suryo Wiyono dari Departemen Proteksi Tanaman IPB. ANTARA/Suryo Wiyono
JAKARTA - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) tengah mengkaji lebih dalam potensi jamur endofit untuk dimanfaatkan sebagai sumber bahan obat-obatan baru. Jamur endofit merupakan mikroorganisme yang hidup dalam jaringan tumbuhan tanpa menimbulkan efek negatif bagi inangnya.
"Jamur endofit juga dapat menghasilkan beragam metabolis sekunder bioaktif," kata Peneliti Pusat Riset Bahan Baku Obat dan Obat Tradisional BRIN, Ahmad Fathoni, Selasa (23/9).
Disebutkan, berbagai senyawa bioaktif dari jamur endofit memiliki aktivitas biologis penting, mulai dari antibakteri, antijamur, hingga antidislipidemia. "Terdapat senyawa seperti episitoskirin dari jamur endofit yang berfungsi sebagai antibakteri dan antikanker, serta senyawa mikafungin yang berfungsi sebagai antijamur," katanya.
Selain itu, jamur endofit juga mampu menghasilkan senyawa simvastatin yang bermanfaat untuk terapi dislipidemia.
"Kehadiran jamur endofit menciptakan hubungan simbiosis dengan tumbuhan inang yang memberikan manfaat penting seperti perlindungan terhadap stres lingkungan, serangan patogen, maupun gangguan herbivora," ujar Fathoni, dikutip dari Antara.
Penelitian yang dilakukannya hingga tahun 2021 menunjukkan, terdapat 1.832 isolat jamur endofit yang berhasil dikoleksi dari berbagai daerah seperti Sumba, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Barat. Dari isolat tersebut ditemukan aktivitas biologis meliputi anti-Mycobacterium tuberculosis, anti-Mycobacterium smegmatis, hingga aktivitas antikanker.
Selain kemampuan memproduksi metabolit sekunder, jamur endofit juga berperan dalam biotransformasi senyawa dari inangnya. Proses ini memungkinkan modifikasi molekul bioaktif menjadi turunan baru dengan sifat farmakologis lebih baik.
"Keunggulan utama proses ini terletak pada pemanfaatan reaksi enzimatik yang berlangsung dalam kondisi ringan, ramah lingkungan, hemat energi, dan tidak memerlukan penggunaan larut toksik," katanya.
Ia menambahkan, kajian ini juga dilatarbelakangi oleh meningkatnya kebutuhan senyawa antibakteri, antimikobakteri, dan antijamur akibat resistensi terhadap obat yang ada. Selain itu, jamur endofit dinilai berpotensi menjadi sumber antioksidan alami yang dibutuhkan untuk mencegah penyakit degeneratif maupun sebagai bahan suplemen kesehatan.
"Jamur endofit tidak hanya berfungsi sebagai pabrik alami namun juga sebagai agen bioteknologi yang mampu menghasilkan sinyal bioaktif inovatif untuk mendukung pengembangan obat-obat baru yang lebih efektif dan berkelanjutan," tutur Fathoni.