08 Agustus 2024
15:18 WIB
BKKBN Anjurkan Ibu Menyusui Tetap Pakai KB
Ibu yang menyusui anaknya secara eksklusif selama 0-6 bulan, selain mencegah anak stunting juga bisa menekan hormon kesuburan, sehingga bisa menjadi kontrasepsi alami untuk mencegah kehamilan
Ilustrasi pemberian ASI pada anak. dok.Shutterstock/mrvirgin
JAKARTA - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo menganjurkan, ibu menyusui tetap memakai alat kontrasepsi atau KB.
"Ibu-ibu yang baru melahirkan ini kan sering ada yang bilang, 'nanti saja lah KB-nya.' Maka hati-hati, meskipun menyusui, KB-lah, misalnya pakai kondom, atau sekarang ada suntik dan pil KB yang tidak mengurangi air susu. Kemudian juga ada susuk yang bisa langsung dipasang setelah melahirkan, semuanya bisa gratis," ujar Hasto dalam keterangan resmi di Jakarta, Kamis (8/8).
Hal tersebut disampaikan Hasto pada acara kelas tim pendamping keluarga yang andal, berempati dan bersahabat (TPK hebat) yang diselenggarakan secara hibrida pada Selasa (6/8). Di acara tersebut, ia menyebutkan, ibu yang menyusui anaknya secara eksklusif selama 0-6 bulan selain mencegah anak stunting juga bisa menekan hormon kesuburan, sehingga menyusui juga bisa menjadi kontrasepsi alami untuk mencegah kehamilan.
"KB pascapersalinan itu penting sekali. Hati-hati ibu bapak kalau tidak sering menyusui secara eksklusif aktif itu sering mudah hamil. Jadi, salah satu kepentingan menyusui itu adalah mencegah kehamilan," serunya.
Ia menjelaskan, apabila air susu produktif maka akan menekan hormon kesuburan. Follicle stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH) yang dikeluarkan otak, akan ditekan oleh hormon yang keluar ketika menyusui, yakni oksitosin dan prolaktin.
Rutin Menyusui
Ia melanjutkan, menyusui pun harus rutin dilakukan karena semakin sering ibu menyusui, produksi ASI akan semakin bagus. "Sebaiknya saat menyusui dilakukan bergantian dari payudara kanan dan kiri. Apabila hanya satu payudara, kiri atau kanan saja, akan merangsang radang atau infeksi karena air susu pada payudara sisi lain tidak keluar dan tertampung terus," ucapnya.
Oleh karena itu, ia berpesan kepada para tim pendamping keluarga (TPK) untuk selalu mendekati dan memberi konseling para ibu yang baru saja melahirkan, agar menyusui dengan sukses dan ber-KB. Para penuluh juga perlu menjadi organisasi pembelajar.
“Kita harus sadar betul untuk terus belajar, apalagi penyuluh komunitasnya besar. Kalau tidak pernah belajar, bagaimana kita ada perubahan? Jadi harus bersinergi dan berkompetisi. Harapan saya penyuluh adalah organisasi pembelajar, sehingga perdebatannya tentang ilmu,” ujar Hasto.
“Harapan saya nanti ada abstrak-abstrak penelitian yang dilakukan. Misalnya, BKKBN bekerja sama dengan lembaga-lembaga, sehingga menambah wawasan," serunya.
Ia juga berpesan kepada seluruh penyuluh untuk belajar soal demografi. “Anda harus paham terkait demografi, karena Anda adalah penyuluh kependudukan dan keluarga berencana, ditambah stunting. Demografi itu adalah, rasio ketergantungan, jumlah orang usia produktif dibandingkan dengan yang tidak produktif," paparnya.
Menurutnya, rasio ketergantungan paling rendah dalam upaya meraih bonus demografi tercatat secara nasional terjadi pada tahun 2022, di mana angkanya 44,33. Artinya, setiap 100 orang bekerja hanya menanggung 44 orang tidak produktif. "Kalau masyarakat mau sejahtera, kesempatannya ya sekarang," tutur Hasto.
Gizi Seimbang
Sementara itu, Spesialis Gizi Rumah Sakit Akademik Universitas Gajah Mada (UGM) DI Yogyakarta Yusmiyati mengemukakan, pemenuhan gizi seimbang sangat penting bagi ibu menyusui.
"Pertama, semakin beragam jenis pangan yang dikonsumsi maka akan memenuhi kebutuhan gizi. Kedua, banyak makan sayuran dan cukup buah-buahan, anjuran konsumsi sayur dan buah 400 gram sehari, bisa dengan 250 gram sayur atau setara dua porsi sayur, dan 150 gram buah atau setara tiga buah pisang ukuran sedang," paparnya.
Kemudian, lanjut dia, ibu perlu membiasakan mengkonsumsi lauk pauk yang mengandung protein tinggi. Anjuran konsumsi lauk hewani yakni 2-4 porsi dan protein nabati 2- 4 porsi.
"Biasakan mengkonsumsi aneka ragam makanan pokok. Contoh sumber karbohidrat adalah beras, jagung, singkong, ubi, talas, garut, sorgum, jewawut, sagu," tuturnya.