c

Selamat

Kamis, 28 Maret 2024

KULTURA

01 April 2022

09:25 WIB

Bantai Adat, Upacara Sedekah Anak Negeri Merangin Jambi

Upacara Bantai Adat di Merangin, Jambi sebagai pembuka rangkaian Ruwatan Bumi - Ruwatan Nusantara dalam rangka pertemuan menteri kebudayaan G20.

Penulis: Andesta Herli Wijaya

Editor: Satrio Wicaksono

Bantai Adat, Upacara Sedekah Anak Negeri Merangin Jambi
Bantai Adat, Upacara Sedekah Anak Negeri Merangin Jambi
Rangkaian acara pembukaan Bantai Adat: Sedekah Anak Negeri di Jambi. Sumber foto: Kemdikbudristek.

JAKARTA – Kemdikbudristek mengangkat upacara tradisional masyarakat Jambi, Bantai Adat, ke dalam even nasional bertajuk Bantai Adat: Sedekah Anak Negeri. Kegiatan ini berkolaborasi dengan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jambi serta Sanggar Seni Budayo Tabir di wilayah Kabupaten Merangin, Jambi.

Upacara Bantai Adat merupakan salah satu upacara sedekah dengan memotong kerbau untuk dibagikan kepada masyarakat. Tradisi yang hidup di masyarakat Rantau Panjang, Kecamatan Tabir Kabupaten Merangin, biasanya dilaksanakan seminggu menjelang Ramadan.

Upacara Bantai Adat di Merangin, Jambi, dibuka pada 28 Maret lalu, dan dijadikan pembuka bagi rangkaian Ruwatan Bumi - Ruwatan Nusantara yang digagas Kemdikbudristek dalam rangka puncak pertemuan menteri bidang kebudayaan G20. Ruwatan massal akan diselenggarakan pada 13 September mendatang di kawasan Borobudur.

Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid mengatakan, pelaksanaan upacara ruwatan dinilai tepat karena semua negara di dunia saat ini sedang berupaya bangkit bersama-sama dari pandemi Covid-19. Narasi yang coba dibangun yaitu bahwa melalui upacara adat, termasuk seperti Bantai Adat, bisa dipakai sebagai kontrol sosial, interaksi dan komunikasi antar warga masyarakat.

Baca juga: Angklung Buhun, Kesenian Pusaka Suku Baduy

Bahkan, upacara adat dianggap sangat relevan untuk memupuk kedekatan antar masyarakat, antar bangsa bahkan antar warga negara.

“Dan terpenting sesuai dengan tema G20 ‘Recover Together, Recover Stronger’ menjadi sebuah aksi nyata dimana kita perlihatkan semangat gotong royong yang ditonjolkan dalam ruwatan bumi,” ungkap Hilmar dalam keterangan resmi, Kamis (31/3).

Kegiatan Bantai Adat dibarengi dengan berbagai agenda seni budaya lainnya, mulai dari pameran produk-produk UMKM hingga pertunjukan kesenian tradisional. Dalam Bantai Adat kali ini, sebanyak 120 ekor kerbau dikurbankan dan dibagikan kepada masyarakat sekitar wilayah Merangin.

Dalam kegiatan ini terjadi interaksi dan komunikasi antar masyarakat sekitar wilayah Merangin, sebab seluruh lapisan masyarakat terlibat dan secara gotong-royong ikut membantu kelancaran pelaksanaan upacara. Karena itulah, tradisi ini pada akhirnya dianggap relevan sebagai ruang untuk mempererat hubungan antar masyarakat.

Baca juga: Tatah Sungging, Seni Membuat Wayang Kulit

Gubernur Jambi, Al Haris, menyebutkan jika kegiatan bantai adat sejatinya telah menjadi kegiatan rutin menjelang Ramadhan bagi masyarakat. Kedepannya, kegiatan tradisonal ini pun akan dijadikan sebagai salah satu even terdepan di negeri Tanah Pilih Pusako Betuah tersebut.

Bahkan menurutnya lagi, pemerintah Jambi bersama masyarakat terus berusaha melestarikan tradisi ini. Kedepannya bantaian adat direncanakan untuk diajukan menjadi tradisi dan Warisan Budaya Takbenda Indonesia.

"Tradisi ini akan terus dilestarikan sehingga menjadi Warisan Budaya Takbenda, dan akan masuk kalender tahunan Provinsi Jambi,” terang Al Haris.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentar Login atau Daftar





TERPOPULER