c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

KULTURA

27 Oktober 2025

18:53 WIB

Banda Neira Jadi Model Laboratorium Hidup Pembangunan Berkelanjutan

Kekayaan eskosistem laut yang ada di kawasan Banda Neira menjadikannya sebagai laboratorium hidup pembangunan berkelanjutan yang terintegrasi. 

Editor: Satrio Wicaksono

<p>Banda Neira Jadi Model Laboratorium Hidup Pembangunan Berkelanjutan</p>
<p>Banda Neira Jadi Model Laboratorium Hidup Pembangunan Berkelanjutan</p>

Pemandangan gunung api di pulau Banda Neira, Laut Banda. Shutterstock/Riana Ambarsari.

JAKARTA - Banda Neira ditetapkan sebagai model integrasi antara konservasi laut, arkeologi, dan budaya maritim melalui program Laut untuk Kesejahteraan (Lautra). Kawasan ini diproyeksikan menjadi laboratorium ekonomi pesisir yang menyeimbangkan aspek ekologi, ekonomi, dan sosial budaya masyarakat pesisir.

"Program Lautra menempatkan Banda Neira sebagai kawasan prioritas karena memiliki kekayaan ekosistem laut sekaligus nilai sejarah dan budaya yang tinggi. Kami ingin membangun model pengelolaan laut yang tidak hanya lestari, tetapi juga mensejahterakan," kata Direktur Jenderal Pengelolaan Kelautan, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Koswara dalam keterangannya, Senin (27/10).

Koswara menyebutkan, program Lautra mencakup 11 provinsi, 20 kawasan konservasi, dan 3 wilayah pengelolaan perikanan dengan total area mencapai 8,3 juta hektare.

Melalui empat komponen utama yakni penguatan kelembagaan konservasi, pembangunan ekonomi lokal, pembiayaan berkelanjutan (blue financing), dan manajemen proyek terpadu, KKP menargetkan lebih dari 75 ribu penerima manfaat langsung, termasuk 30% kelompok perempuan pesisir.

Banda Neira dinilai sebagai pusat pengembangan ekonomi pesisir berkelanjutan yang memadukan alam dan budaya.

KKP bersama mitra akademik mendorong pengembangan lima pilar utama, yakni diversifikasi ekowisata bertema sejarah dan bahari, pembentukan koperasi wisata maritim, pembangunan infrastruktur ekonomi lokal seperti dermaga wisata dan museum budaya laut, hingga pelatihan masyarakat menjadi storyteller dan pemandu wisata budaya bersertifikat.

Direktur Jasa Bahari Ditjen Pengelolaan Kelautan KKP, Enggar Sadtopo menyampaikan, pendanaan program dilakukan melalui tiga skema hibah, mulai dari micro grant senilai Rp150 juta hingga matching grant sebesar Rp1,25 miliar.

"Kami ingin memastikan ekonomi tumbuh tanpa merusak laut," ujarnya.

Rektor Universitas Banda Neira, Muhammad Farid menyebut, Banda Neira sebagai 'laboratorium hidup' pembangunan berkelanjutan yang membutuhkan kolaborasi lintas sektor.

Sementara itu, Kastana Sapanli dari IPB University, menekankan potensi Banda Neira sebagai bagian dari coral triangle dan spice islands, yang ideal untuk pengembangan eco-diving, heritage spice tourism, dan agrowisata pala.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar