11 Juli 2025
08:19 WIB
Awas! Polusi Berkaitan Erat dengan Peningkatan Kasus Pneumonia Balita
Setiap kenaikan 10 μg/m3 PM2.5 berhubungan dengan peningkatan prevalensi pneumonia hingga dua kali lipat pada balita di beberapa kecamatan di Jakarta.
Penulis: Gemma Fitri Purbaya
Editor: Andesta Herli Wijaya
Foto aerial kondisi polusi udara di kawasan Pelabuhan Muara Angke, Jakarta Utara, Rabu (13/12/2023). Antara Foto/Iggoy el Fitra.
JAKARTA - Polusi udara partikulat halus (PM2.5) berkaitan erat dengan meningkatnya kasus pneumonia pada balita di Jakarta. Ini ditemukan melalui studi yang dilakukan oleh Nafas Indonesia bekerja sama dengan DBS Foundation dan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) dalam white paper berjudul "Napas Terputus di Tengah Polusi: Dampak PM2.5 terhadap Pneumonia pada Balita di Jakarta".
Pneumonia sendiri dikenal sebagai silent killer, yang menjadi penyebab atas 14% dari seluruh kematian anak di dunia, dan merenggut lebih dari 800 ribu nyawa anak di bawah lima tahun setiap tahunnya. Studi ini dilakukan pada 2023 terhadap kurang lebih 275 ribu balita di sekitar 10 kecamatan di Jakarta.
Di Jakarta, rata-rata tahunan PM2.5 mencapai 35-40 μg/m3, tujuh kali lipat di atas ambang aman tahunan yang direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yaitu 5 μg/m3. Penelitian ini menyatakan bahwa tingginya kadar PM2.5 terkait erat dengan meningkatnya prevalensi kasus pneumonia, sehingga menempatkan ribuan anak-anak di Jakarta pada risiko kesehatan yang serius.
"White paper ini menunjukkan bahwa udara bersih bukan hanya isu lingkungan, tetapi juga menjadi isu kesehatan publik yang sangat mendesak. Pendekatan berbasis data yang kami terapkan, dikombinasikan dengan ketelitian akademik FKM UI, serta dukungan DBS Foundation sebagai mitra strategis, memperkuat urgensi untuk segera mengambil tindakan demi kesehatan anak-anak kita," ucap CEO Nafas Indonesia Nathaniel Roestandy dalam keterangan tertulisnya, Kamis (10/7).
Studi tersebut menemukan bahwa setiap kenaikan 10 μg/m3 PM2.5 berhubungan dengan peningkatan prevalensi pneumonia hingga dua kali lipat pada balita di beberapa kecamatan di Jakarta. Selain itu, 1 dari 20 balita di Jakarta juga terdiagnosis pneumonia sepanjang tahun 2023.
Baca juga: Studi Sebut Polusi Udara Picu Mutasi Kanker Paru
Kasus pneumonia pun cenderung meningkat pada musim kemarau, bersamaan dengan melonjaknya level PM2.5. Melihat temuan tersebut, perlu ada pemahaman menyeluruh tentang dampak polusi udara terhadap kesehatan anak yang mendorong aksi kolektif yang inklusif dalam mengatasi persoalan ini dari berbagai sektor.
"Temuan ini memperkuat apa yang sudah lama kami curigai, polusi udara adalah kontributor utama, namun sering diabaikan, terhadap infeksi saluran pernapasan pada anak-anak. Kami berharap bukti ini bisa menjadi dasar yang kuat untuk langkah pencegahan yang lebih strategis, serta intervensi kebijakan yang mampu melindungi kelompok rentan, khususnya balita," tutup Guru Besar Departemen Kesehatan Lingkungan FKM UI Prof. Budi Haryanto.