c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

KULTURA

16 April 2025

12:58 WIB

Autisme Virtual, Gejala Mirip Autisme Yang Datang Dari Paparan Gawai

Autisme virtual menyebabkan anak mengalami gangguan kesulitan komunikasi sosial, perilaku repetitif, dan perilaku yang tidak lazim.  

Editor: Rendi Widodo

<p>Autisme Virtual, Gejala Mirip Autisme Yang Datang Dari Paparan Gawai</p>
<p>Autisme Virtual, Gejala Mirip Autisme Yang Datang Dari Paparan Gawai</p>

Ilustrasi anak bermain gawai. Unsplash

JAKARTA - Dokter Spesialis Anak, Amanda Soebadi mengungkapkan, anak usia 1-3 tahun yang sering menggunakan gawai secara berlebihan bisa menyebabkan pola perilaku yang mirip autisme, namun bukan autisme, atau yang disebut autisme virtual.

“Ini istilah betulan yang ada di literatur, pola perilakunya mirip autisme,” kata dokter spesialis anak lulusan FK UI ini dikutip dari Antara, Selasa (15/4).

Autisme virtual menyebabkan anak mengalami gangguan kesulitan komunikasi sosial, perilaku repetitif dan perilaku yang tidak lazim. Meskipun intensitas gejala autisme virtual bisa sampai memenuhi kriteria diagnosis autisme, kondisi ini berbeda dengan autisme.

Jika paparan gawai dikurangi, gejala bisa membaik secara cepat, seperti kontak mata saat berkomunikasi dan menunjukkan ekspresi wajah.

Amanda menambahkan bahwa anak usia 1-3 tahun yang terpapar gawai bisa mengalami kekurangan pengalaman komunikasi dan pengalaman sosial yang sebenarnya.

“Dia bisa menunjukkan perilaku autisme kalau misalnya dipanggil tidak merespon, kontak matanya kurang, ekspresi wajah kurang atau tidak sesuai. Itu karena kurang atau salah stimulasi,” ujar Amanda.

Jika anak dengan autisme virtual menunjukkan perubahan setelah mengurangi penggunaan gawai, kondisi yang berbeda terjadi pada anak dengan autisme. Dia memiliki preferensi terhadap sifat berulang yang ada pada permainan gawai sehingga bisa memuaskan kecenderungan keinginan melakukan hal yang berulang atau repetitif.

Meskipun penggunaan gawai sudah dikurangi, sifat autistik tersebut tetap ada.

“Perilaku autistik masih akan tetap ada walau gawai itu sebagai faktor lingkungan bukan sebagai modifier (pengubah). Bisa saja anak dengan autisme ini mungkin perilaku ada perbaikan sedikit, tapi, sifat autistik masih akan tetap ada,” kata Amanda.

Amanda juga mengatakan faktor genetik berperan penting sebagai penyebab autisme. Seseorang memiliki risiko sembilan kali lebih besar ketika dia memiliki saudara kandung yang mengalami gangguan spektrum autisme (GSA).


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar