10 Desember 2021
11:13 WIB
Penulis: Kevin Sihotang
Editor: Satrio Wicaksono
JAKARTA – Tahun ini, Australia sedang disibukkan dengan kegiatan produksi film dan serial. Ketika industri film dunia perlahan bangkit dari keterpurukan, Australia merupakan negara yang paling banyak diburu para produsen film. Pasalnya, Australia dinilai sebagai lokasi yang aman karena rendahnya tingkat penularan covid-19.
Dikutip dari Screen Daily, negeri kangguru itu sudah menghabiskan anggaran sebesar AU$ 1,9 miliar atau setara dengan Rp 19,6 triliun (kurs Rp 10.307) untuk memproduksi drama lokal dan internasional baik untuk layar lebar (film) maupun layar kecil (serial).
Semua pengeluaran tersebut tertuang dalam Drama Report 2020/21 yang disusun oleh tim Screen Australia dan dirilis pada 8 Desember lalu. Screen Australia merupakan lembaga perfilman yang dibentuk pemerintah Australia dalam rangka mendukung proses produksi, promosi, dan distribusi film-film di Australia. Biasanya pemerintah memberikan bantuan berupa investasi atau diskon pajak bagi para produsen film.
Angka jumbo itu lebih besar dua kali lipat dari pengeluaran tahun lalu dan 53% lebih besar dari biaya rata-rata pengeluaran pembuatan film selama lima tahun terakhir.
Dari total AU$ 1,9 miliar tersebut, sebesar 55%-nya atau AU$ 1,04 miliar digunakan untuk membuat karya drama internasional. Dirinci, ada 10 proyek film dan serial drama yang melingkupi 3 features drama, 2 drama televisi, dan 5 drama online. Proyek-proyek ini menggunakan Australia sebagai lokasi syuting yang menghabiskan anggaran sekitar AU$ 793 juta.
Kemudian ada 53 proyek lainnya yang direkam atau dikerjakan di beberapa lokasi di Australia lainnya yang menghabiskan dana sekitar AU$ 246 juta, khususnya untuk pengerjaan post-production pada efek visual (VFX).
Sebagian dari total anggaran tersebut juga masih dibelanjakan para produsen film hingga sekarang. Hal ini dikarenakan semua pengeluaran yang terkait dengan pengerjaan sebuah proyek dihitung sejak tahun dimulainya pengambilan gambar pertama. Sedangkan untuk biaya atau pengeluaran terkait urusan pasca produksi, hanya dihitung pada tahun ketika kegiatannya terjadi.
Anggaran sebesar AU$ 1,01 miliar dihabiskan dalam pembuatan feature film yang besarannya kurang lebih sama dengan besarnya anggaran dalam penggarapan film dan VFX internasional. Film-film yang dimaksud adalah Thor: Love and Thunder besutan sutradara Taika Waititi, Blacklight besutan Mark Williams, serta Thirteen Lives karya Ron Howard. Ketiganya dijadwalkan tayang pada tahun 2023 mendatang dan menyumbangkan pengeluaran sebesar AU$ 319 juta di Australia.
Kemudian anggaran sebesar AU$ 874 juta dihabiskan untuk pengerjaan semua drama Australia. Dari jumlah tersebut, sebesar AU$ 500 juta dihabiskan untuk 42 film/serial drama lokal. Sumber dana tersebut berasal dari investor internasional sebesar 47%, pemerintah Australia sebesar 42%, dan sisanya berasal dari industri serta investor swasta Australia. Selanjutnya, sebesar AU$ 24 juta dihabiskan di luar negara Australia.
Belum Pernah Terjadi
Kepala Eksekutif Screen Australia, Grame Mason mengatakan, poduksi film dengan biaya jumbo ini belum pernah terjadi sebelumnya. Terlebih ketika Australia memiliki 10 proyek produksi film internasional besar. Proses syuting sebagian besar dilakukan di Australia serta melibatkan banyak tenaga kreatif dari Australia.
“Dari Chris Hemsworth yang membintangi Thor: Love and Thunder dan Escape from Spiderhead, hingga Bruna Papandrea, Nicole Kidman, dan (bintang) lainnya yang membintangi film adaptasi karya Liane Moriarty, Nine Perfect Strangers ke Australia, perpaduan bakat dan finansial lokal dan global yang mendorong hasil yang luar biasa ini,” kata Mason dikutip dari Screen Daily, Jumat (10/12).
“Australia memperkuat reputasinya sebagai destinasi utama untuk produksi (film) internasional pada 2020/21, terima kasih tidak hanya aktor, kru, dan lokasi kelas dunia milik kami yang menakjubkan dan tingkat (penularan) covid-19 yang lebih rendah di Australia, tetapi juga untuk insentif dan investasi yang didukung oleh pemerintah federal, negara bagian, dan teritori,” pungkas Mason.
Didukung Pemerintah
Sebagai informasi, pemerintah Australia memang aktif dalam mendukung industri perfilman dan serial di sana. Hal itu sudah dilakukan pemerintah Australia selama lebih dari 30 tahun terakhir. Beberapa keterlibatan pemerintah meliputi dukungan dana, dukungan distribusi dan penyiaran, serta merangkul pihak swasta untuk turut serta dalam investasi perfilman.
Sejak tahun 1995/96, sebesar 25-30% pendanaan untuk film lokal Australia berasal dari pemerintah. Salah satu lembaga perfilman yang didirkan di Australia adalah Film Finance Corporation (FFC) yang pada tahun 2008 bergabung dengan Australian Film Commision dan Film Australia untuk akhirnya membentuk sebuah badan yang disebut Screen Australia.
Dalam Screen Australia, masih terdapat film-film besar yang sumber dananya juga masih berasal dari Hollywood. Namun, untuk film-film independen Australia, pemerintah memberikan proporsi dukungan dana yang jauh lebih tinggi.
Pada tahun 2007 lalu, pemerintah Australia secara resmi memperkenalkan sebuah program bernama Austalian Screen Produciton Incentive. Program tersebut merupakan sebuah paket insentif pajak yang dirancang pemerintah untuk mendorong investasi swasta dalam penggarapan film, acara televisi, dan film dokumenter produksi Australia.