c

Selamat

Senin, 17 November 2025

KULTURA

13 Mei 2023

16:07 WIB

Asal-Usul Sarang Burung Walet Jadi Kuliner "Kelas Atas"

Dengan segala manfaatnya buat kesehatan, sarang burung walet mulai menjadi barang barter saat masa Dinasti Tang.

Penulis: Mahareta Iqbal

Editor: Satrio Wicaksono

Asal-Usul Sarang Burung Walet Jadi Kuliner "Kelas Atas"
Asal-Usul Sarang Burung Walet Jadi Kuliner "Kelas Atas"
Petani memperlihatkan sarang burung walet seusai panen di Desa Suak Timah, Samatiga, Aceh Barat, Aceh. Antara Foto/Syifa Yulinnas

JAKARTA - Pada umumnya burung akan membuat sarangnya dari ranting-ranting, daun-daun kering atau jerami, tetapi hal itu tidak berlaku bagi burung unik yang satu ini; walet. Sarang burung walet atau yang disebut juga dengan edible birds nest (EBN) ini terbuat dari air liurnya sendiri.

Uniknya lagi, burung dengan nama latin Apodidae ini membuat sarang di langit-langit gua atau plafon gedung dengan tujuannya untuk menghindari predator. 

Dilansir dari laman Byunest, burung walet akan membuat sarang maksimal tiga kali dalam setahun. Proses terbentuknya sarang pun terhitung sangat lama. 

Sarang burung walet dikenal sebagai sumber makanan yang kaya gizi dan aman dikonsumsi manusia. Sebanding dengan manfaatnya dan lama terbentuknya, harga yang ditawarkan pun bukan 'kaleng-kaleng'. 

Dengan ragam gizi yang terkandung dalam sarang burung walet, tentu terbersit sebuah pertanyaan. Sejak kapan manusia mulai mengonsumsi sarang burung walet?

Sejarah Sarang Burung Walet Jadi Kuliner

Seperti kebanyakan penemuan makanan pada umumnya, awal mula konsumsi sarang burung walet juga berasal dari ketidaksengajaan. Menurut sejarah, sarang burung walet mulai menjadi barang barter saat masa Dinasti Tang (618-907 M).

Hal ini menandai bahwa sarang burung walet dianggap sebagai barang komoditas yang berguna. Mulai saat itulah sarang burung walet mulai dikonsumsi manusia. 

Tempat yang dikenal sebagai pusat komoditas sarang burung walet pada masa itu adalah Borneo (sekarang Kalimantan), Brunei Darussalam dan Malaysia. 

Mereka menukarkan sarang burung walet dengan barang pecah belah dari Tiongkok seperti porselen, besi, kuningan, emas, manik-manik kaca dan juga barang non pecah belah seperti tekstil.

Dilansir dari laman Realfood, pada abad ke-17, Lin Bao yang diketahui merupakan sejarawan terkemuka pada zamannya yang berasal dari Melaka, menemukan beberapa catatan mengenai burung walet bisa dimanfaatkan sebagai makanan dengan mengambil ekstrak air liurnya.

Dalam catatan tersebut, diketahui bahwa bahwa Admiral Zheng He dan armada kapal yang sedang berlayar di laut sempat terjebak dalam badai topan yang membuat mereka kelaparan dikarenakan tidak adanya makanan dan minuman yang memadai.

Mereka kemudian mencari apa saja yang ada di sana, agar bisa menjadi makanan. Lalu, salah satu armada kapal Admiral Zheng He secara tidak sengaja menemukan sarang burung walet yang cukup banyak berada di dinding gua.

Tanpa pikir panjang, mereka kemudian mengambilnya dan berencana untuk memasak sup sarang walet untuk pertama kalinya di dunia. Khasiatnya terasa pada keesokan harinya karena tubuh mereka lebih fit dan segar. 

Dari sinilah mulai ditemukan salah satu manfaat sarang burung walet untuk kesehatan karena bisa menambah stamina dan kekebalan tubuh.

Maka dari itu, Admiral Zheng He memutuskan untuk mencari peruntungan melalui sarang burung walet dan menjadi hadiah pertama yang dipersembahkan kepada Raja Dinasti Ming (1368-1644 AD), Raja Ming Chengzu. 

Tak heran, jika kepopuleran sarang burung walet meluas di kalangan kerajaan Tiongkok dengan begitu cepat pada masanya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar