c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

KULTURA

26 Juli 2024

18:28 WIB

Asal-Usul Bakpia Dan Riwayat Kampung Pathuk Di Yogyakarta

Kampung Pathuk hingga kini dikenal sebagai sentra pengolahan bakpia yang menjadi kudapan dan oleh-oleh khas Yogyakarta.

Penulis: Siti Nur Arifa

Editor: Rendi Widodo

<p>Asal-Usul Bakpia Dan Riwayat Kampung Pathuk Di Yogyakarta</p>
<p>Asal-Usul Bakpia Dan Riwayat Kampung Pathuk Di Yogyakarta</p>

Kampung Bakpia Pathuk. Shutterstock/Winsartwork

JAKARTA - Siapa tak mengenal bakpia, selain gudeg, panganan satu ini jadi kudapan ringan khas Yogyakarta yang tak pernah sepi peminat dan selalu menjadi oleh-oleh wajib di kalangan wisatawan.

Kekinian, semakin banyak merek dan produksi bakpia yang bermunculan dan memberi variasi baru. Meski tetap saja, pusat pengolahan bakpia tradisional dan autentik hanya dapat ditemukan di Kampung Pathuk, yang berada di kawasan Jl KS Tubun, Ngampilan, dekat Kraton Yogyakarta.

Di sepanjang kawasan ini juga berdiri sentra pengolahan bakpia dengan berbagai merek yang dibedakan dengan ciri khas nomor berbeda, mulai dari bakpia 25, 75, 52, dan masih banyak lagi.

Asal-Usul Bakpia
Terlebih dulu menelusuri jejak awal bakpia, kudapan berbentuk bulat pipih dengan isian tebal ini sebenarnya merupakan makanan hasil akulturasi budaya Tionghoa dan Jawa.

Istilah bakpia sendiri berasal dari dialek Hokkian yakni kata "bak" yang berarti daging dan "pia" yang berarti kue. Awal mulanya, makanan ini memang berupa kue atau serupa roti yang berisikan daging.

Lebih tepatnya, dulu seorang pendatang asal Tiongkok yakni Kwik Sun Kwok, diketahui awal mula membuat bakpia dengan resep asli yang berisi daging dan minyak babi.

Berdasarkan penelitian Amelia Puspita Sari dari Universitas Gadjah Mada (UGM) berjudul "Bakpia Sebagai Bentuk Akulturasi Budaya Indonesia dan Tiongkok di Bidang Kuliner", Kwik Sun Kwok yang kemudian mengetahui jika masyarakat Yogyakarta kebanyakan tidak memakan olahan babi, berupaya untuk melakukan eksplorasi dan penyesuaian agar bakpia dapat dinikmati lebih banyak kalangan.

Sun Kwok disebutkan mengganti isi bakpia menggunakan kacang hijau. Untuk memanggang bakpia buatannya, Kwik selalu membeli arang dari temannya Liem Bok Sing, sesama perantauan dari China.

Ternyata, rasa kue bakpia buatannya dinilai cocok dengan lidah masyarakat Yogyakarta, sehingga makanan pendatang yang telah dimodifikasi ini mulai digemari banyak orang.

Sejak saat itu, Kwik Sun Kwok dan juga Liem Bok Sing, akhirnya mulai membuka usaha berjualan bakpia. Liem sendiri membuat resep baru yang kemudian menjadi cikal bakap Bakpia Pathuk 75, salah satu merek bakpia legendaris Kampung Pathuk.

Kampung Pathuk dan Penomoran Bakpia
Dalam buku "Jalan-Jalan Kuliner Aseli Jogja" karangan Suryo Sukendro (2009), dijelaskan jika awal mulanya produsen bakpia belum mengenal istilah merek dagang.

Alhasil sebagai pembeda atau ciri khas, mereka menggunakan nomor rumah, seperti Bakpia Pathuk 25 atau 75, hal ini yang di kemudian hari justru menjadi merek dagang. Meski kenyataannya sentra produksi atau beberapa toko penjualan dari setiap merek sudah membuka cabang di lokasi yang berbeda.

Salah satunya tentu saja bakpia Liem (75), yang pada tahun 1980-an berkembang pesat. Berhasil mempekerjakan banyak karyawan yang sebagian besar adalah warga kampung di sekitar tempat usahanya sepertu Ngampilan, Sanggrahan, Ngadiwinatan, dan Kampung Pathuk, maka sejak saat itu kawasan Pathuk dinobatkan sebagai Kampung Bakpia.

Jika berkunjung ke Kampung Pathuk, maka wisatawan dapat menemukan sentra produksi bakpia yang tersebar di empat RW, yakni RW 004, RW 005, RW 007, dan RW 008.

Jangan heran jika di sepanjang kanan dan kiri jalan terpasang plang merek bakpia, di mana beberapa menggunakan nama orang tapi masih lebih banyak yang menggunakan nomor rumah.

Salah satu merek yang terkenal selain Bakpia 75 adalah Bakpia 25. Ketika masuk ke dalam tempat pengolahannya, akan terlihat para pegawai yang duduk berhadapan mengelilingi meja. sambil bergerumul dengan adonan kulit dan isi bakpia berwarna ungu dan kuning terang yang menggunung di hadapan mereka.

Dengan lincah, jari-jari para karyawan membungkus isi dengan kulit bakpia. Warna ungu untuk adonan isi dari ubi ungu, sedangkan warna kuning terang sebagai adonan kacang hijau.

Selain itu, terdapat juga variasi isi yang banyak diminati seperti durian, keju, cokelat, kacang merah, dan lainnya.

Hingga kini Kampung Pathuk masih menjadi destinasi wajib yang dikunjungi bagi para wisatawan jika ingin mencari bakpia autentik sebagai oleh-oleh dari Yogyakarta.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar