21 Februari 2025
14:46 WIB
Arkeolog: Jaga Kelestarian Lukisan Prasejarah Di Sulawesi
Saat ini lagi ramai di medsos soal lukisan tertua di dunia yang terdapat di Leang Tedongnge, Pangkep, dan Leang Karampuang, Maros. Diharapkan, masyarakat menjaga, tidak merusaknya
Hasil pindai lukisan gua tertua di Indonesia, dengan usia 51.200 tahun yang ditemukan oleh Tim Peneliti BRIN) bersama Griffith University dan Southern Cross University, Australia di Leang Karampuang, Maros-Pangkep, Sulawesi Selatan. Antara/ BRIN
KENDARI - Peneliti di Pusat Kolaborasi Riset Arkeologi Sulawesi dan BRIN Basran Burhan mengimbau masyarakat yang berkunjung ke lokasi gambar prasejarah di sepanjang gugusan kars Kabupaten Maros hingga Pangkep, Sulawesi Selatan, agar menjaga kelestariannya.
Basran yang juga salah satu arkeolog penemu lukisan prasejarah di gugusan kars tersebut saat dihubungi di Kendari, Jumat, mengatakan pengunjung diharapkan menjaga kelestarian dan mematuhi aturan yang dikeluarkan Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) wilayah XIX, Makassar.
"Saat ini kan lagi ramai di medsos soal lukisan tertua di dunia yang terdapat di Leang Tedongnge, Pangkep, dan Leang Karampuang, Maros. Jadi kami harapkan masyarakat mengapresiasi lukisan tersebut dengan cara menjaga, tidak merusak lukisan itu, apalagi menambahi coretan di sekitar lukisan," katanya.
Dia menjelaskan, salah satu lukisan tertua berupa gambar babi Sulawesi dan cap tangan tersebut merupakan hasil temuannya bersama tim arkeolog Universitas Hasanuddin (Unhas) pada 2017 silam di Leang Tedonge, Pangkep, Sulawesi Selatan.
"Kami meneliti lukisan itu sejak ditemukan pada 2017 dan di tahun 2021 baru dipublikasikan ke masyarakat umum, dan diperkirakan umurnya berkisar 45.500 tahun," tuturnya.
Dia menjelaskan, hingga 2024 ditemukan ada 734 situs prasejarah yang ada di sepanjang gugusan Kars Maros-Pangkep tersebut. "Sekitar 70% dari 734 situs ini memiliki lukisan di dinding atau ada 454 situs bergambar, lukisan itu berupa gambar anoa, babi Sulawesi, cap tangan dari manusia," jelasnya.
Adapun juga lukisan berupa gambar burung yang ditemukan, tapi mereka menyakini umurnya lebih muda dibanding lukisan anoa dan babi. "Lukisan tertua yang kami temukan berumur sekitar 51.200 tahun bergambar babi dan sosok mirip manusia serta cap tangan di, Maros, dan mungkin masih ada lukisan yang lebih tua yang belum ditemukan," katanya.
Peran Strategis
Sebelumnya, Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon menyoroti temuan 702 lukisan purba di Maros yang berusia lebih dari 52 ribu tahun, yang menjadikannya lukisan purba tertua di dunia. Menurut dia, dengan banyaknya temuan ini maka Indonesia telah menjadi negara yang sangat penting dalam pengembangan ilmu paleoantropologi.
Fadli juga menekankan, Indonesia memegang peran strategis dalam memahami perjalanan panjang evolusi manusia. Ia berharap agar kolaborasi antara para ilmuwan dari berbagai disiplin ilmu, termasuk antropologi dan arkeologi, terus digalakkan untuk menjaga dan melestarikan situs-situs prasejarah di Indonesia, yang merupakan bagian integral dari jati diri dan sejarah bangsa.
"Ini menegaskan, Indonesia bukan hanya menjadi bagian kecil dalam sejarah evolusi manusia. Kita dapat memperkuat pemahaman dunia tentang warisan budaya kita, serta menggali lebih dalam peran Indonesia dalam evolusi manusia," kata Fadli Zon.