02 September 2021
09:23 WIB
Penulis: Dwi Herlambang
Editor: Satrio Wicaksono
JAKARTA – Dikenal sebagai salah satu masyarakat adat yang masih menjunjung tinggi nilai-nilai leluhur dan menjaga keasrian alamnya, urang Kanekes atau Suku Adat Baduy juga memiliki pusaka dalam bentuk alat musik tradisional. Adalah Angkung Buhun, sebuah alat musik peruksi dari bambu yang dibentuk sedemikian rupa agar bisa menghasilkan nada-nada yang harmonis.
Angklung Buhun sendiri adalah alat musik dan kesenian asli warisan dari leluhur, yang lahir bersama dengan hadirnya orang Baduy di Kabupaten Lebak, Banten. Dinamakan Buhun karena alat musik usiaya sangat tua dan dipercaya memiliki nilai sakral dan kekuatan gaib yang menyertainya. Atas dasar itulah, sampai era modern ini, Angklung Buhun tidak pernah dilakukan modifikasi.
Makna yang terkandung didalamnya merupakan ajakan, pemberitahuan, peringatan, aba-aba, penerangan, dan larangan untuk para petani. Juga meningkatkan persatuan, kebersamaan, ketahanan dalam setiap langkah serta gerak untuk menuju kesejahteraan, dan menjadi salah satu alat kesenian penyambung amanat untuk mempertahankan generasi orang Baduy dari masa ke masa.
Baca juga: Bantai Adat, Upacara Sedekah Anak Negeri Merangin Jambi
Berbeda dengan angklung lainnya, Angklung Buhun lebih sederhana dan lebih banyak berfungsi sebagai alat musik instrumental. Mengutip data Kemendikbud, Angklung Buhun terdiri dari lima buah angklung yang ukurannya lebih panjang dari angklung pada umumnya dan di bagian atas terdapat hiasan merumbai.
Karena terbatas jumlahnya, angklung ini hanya bisa digunakan untuk mengiringi lagu-lagu khusus yang sesuai dengan notasinya.
Karena sudah menjadi benda pusaka, pertunjukan Angklung Buhun tidak sembarang waktu dapat dimainkan. Dalam satu tahun hanya satu kali, yaitu pada bulan ketujuh dari kalender masyarakat Baduy, tepatnya pada upacara Ngaseuk.
Upacara ngaseuk adalah upacara yang dimaksudkan untuk mengawinkan Nyi Pohaci Sanghiang (dewi sri/dewi padi) dengan guru bumi atau tanah. Proses penggarapan ngahuma dilakukan dengan sembilan tahap, yaitu; Nawaras (merintis), Nyacar (membabat, memangkas), Nukuh (mengeringkan), Ngduruk (membakar), Ngaseuk (menugal), Ngirab sawan (membuang sampah), Ngo’red (memberihkan lahan dari rerumputan), Dibuat (menuai padi, memanen), Ngujal ngakut (mengangkut).
Baca juga: Tatah Sungging, Seni Membuat Wayang Kulit
Upacara adat yang diiringi dengan pertunjukan Angklung Buhun ini diharapkan agar proses penanaman padi hingga panen dapat berjalan lancar dan diberi berkah dengan hasil panen melimpah. Dalam perkembangan selanjutnya Angklung Buhun juga dimainkan dalam upacara Seren Tahun (panen padi) dan upacara Seba Baduy. Di mana masyarakat Suku Baduy akan menghadap pimpinan pemerintahan yang sah yaitu Bupati Lebak dan Gubernur Banten.
Pertunjukan Angklung Buhun ini diawali dengan ritual khusus seperti pembacaan doa dan pemberian sesajen oleh seorang kuncen atau pawang. Dalam pertunjukannya, pemain membuat formasi melingkar sambil memainkan alat musiknya, juga diiringi gerakan-gerakan oleh para pemain sambil tetembangan lirih.
Di tengah-tengah pemain, seorang kuncen menghadap kemenyan dan sesajen sembari membacakan doa. Dalam pertunjukan ini juga diselingi oleh suatu atraksi adu kekuatan oleh dua orang pemain yang saling mengadukan badan hingga salah satunya jatuh. Hal ini dilakukan secara berulang sampai mereka kelelahan.
Baca juga: Bale Lumbung Dan Dalam Loka, Rumah Adat NTB Yang Tetap Lestari
Setelah salah satu pemain menyerah maka menandakan acara berkahir. Di akhir acara, para pemain bergabung bersama kuncen dan penonton memuja ke salah satu ladang dengan diiringi tabuhan angklung dan bedug. Kemudian kuncen menggali tanah dan menguburkan sesajen sambil memberitahukan kepada warga bahwa ladang sudah bisa ditanami.
Sementara itu, pemain angklung buhun diharuskan seorang laki-laki yang jumlahnya adalah 12 orang. Terdiri dari sembulang orang pemain angklung dan tiga orang pemain bedug. Pada saat pertunjukan mereka akan menggunakan pakaian adat khasa Baduy yaitu baju lengan panjang dan celana pendek berwarna hitam serta ikat kepala dari kain yang memiliki warna biru kehitaman.