c

Selamat

Kamis, 6 November 2025

KULTURA

05 November 2025

20:00 WIB

Andrew Kalaweit, Aktivis Gen Z Berdarah Asing Yang Menjaga Hutan Kalimantan

Kisah Andrew Kalaweit, aktivis Gen Z berdarah Prancis–Dayak yang menggunakan YouTube untuk menginspirasi generasinya menjaga hutan Kalimantan dengan cinta dan aksi nyata.

Editor: Rikando Somba

<p>Andrew Kalaweit, Aktivis Gen Z Berdarah Asing Yang Menjaga Hutan Kalimantan</p>
<p>Andrew Kalaweit, Aktivis Gen Z Berdarah Asing Yang Menjaga Hutan Kalimantan</p>

Andrew bergelantungan di atas hutan hujan, bertumpu pada seutas tali. Instagram/andrewkalaweit.

Tahun 2025 ini menjadi tahun penting buat  beberapa sosok yangh mewakili Generasi Z atau Gen Z dalam kompetisi di bursa kerja, baik di dunia, bahkan di Indonesia sendiri. Di era ketika kebanyakan Gen Z menghabiskan waktu di dunia digital, seperti doom scrolling media sosial, hunting hidden gem kuliner viral, juga membangun persona di dunia maya, ada satu sosok yang malah memanfaatkan ruang digital yang sama dengan tujuan yang berbeda. Andrew Kalaweit justru hadir sebagai pengecualian di tengah generasinya.

Andrew menggunakan kamera bukan untuk mengejar popularitas semata. Dia menggunakannya untuk tujuan lebih mulia, guna menunjukkan denyut kehidupan hutan Kalimantan yang terus terancam.

Namanya akhir-akhir ini sering muncul dalam perbicangan soal konservasi hutan, satwa liar, dan pengaruh kreator muda di era digital. Sebagai seorang aktivis lingkungan dan content creator YouTube yang memiliki darah campuran Prancis-Dayak, Andrew memilih jalan hidup yang tak biasa. Dia memilih kemudahan kota untuk hidup dekat hutan dan menjadikan pengalaman lapangan sebagai materi edukasi juga advokasi. 

Walhasil, belakangan ini nama “Andrew Kalaweit” kini identik dengan kombinasi aksi konservasi langsung dan kemampuan menjangkau publik luas melalui sebuah video, sebuah format yang membuat isu lingkungan menjadi relevan bagi generasi muda.

Kombinasi  “Maut” Anak Berdarah Campuran
Nama aslinya adalah Andrew Ananda Brule.Namun dia lebih dikenal oleh publik dengan persona Andrew Kalaweit, lahir pada 29 Januari tahun 2004. Andrew tumbuh dalam keluarga yang memiliki keterikatan kuat dengan konservasi gibbonb atau owa, sejenis kera kecil dan hutan tropis. 

Dia merupakan keturunan campuran. Dia berasal dari keluarga Kalaweit dari ayahnya Aurélien Brulé yang dikenal sebagai Chanee Kalaweit, aktivis asal Prancis yang mengabdikan hidupnya untuk menyelamatkan gibbon dan habitatnya di Indonesia, dan ibu bernama Nur Pradawati yang memiliki keturunan asli Dayak. Keluarga ini membangun organisasi konservasi yang dikenal sebagai Kalaweit Project, beroperasi di beberapa lokasi seperti di Kalimantan dan Sumatra.

Sejak kecil, Andrew sudah terbiasa dengan kehidupan di hutan. Dia menghabiskan waktu di kawasan konservasi dan lapangan bersama tim Kalaweit. Perpaduan darah Prancis dan akar Dayak memberikannya perspektif ganda, yaitu keterbukaan budaya barat sekaligus pemahaman mendalam terhadap kearifan lokal dan ketergantungan masyarakat Dayak pada hutan. Kombinasi “maut” inilah yang membentuk identitasnya sebagai aktivis yang mengedepankan konservasi berbasis komunitas.

Andrew hidup terbiasa tumbuh dikelilingi suara dan suasana hutan yang diiringi kicauan burung, lolongan primata, serta riak air. Pengalaman sejak kecil di lingkungan tersebut bukan sekadar branding semata, tetapi itu menjadi pendidikan non-formal yang intensif. Besar dengan melihat langsung bagaimana pekerjaan penyelamatan satwa, rehabilitasi, patroli anti-perambahan, dan juga kegiatan komunitas yang bertujuan membangun kesadaran lokal. Hal ini menumbuhkan rasa tanggung jawab Andrew sejak dini, menjadikan hutan tak hanya sekadar lanskap, melainkan tempat hidup yang harus dilindungi.

Berpendidikan formal, Andrew lebih senang menempuh pendidikan homeschooling. Dia tetap menempuh pendidikan walaupun berada di dalam hutan belantara. Pendidikan tersebut menjadi modal yang membuatnya paham bagaimana menjembatani bahasa konservasi dengan audiens urban serta global. 

Keputusan Andrew tetap kuat, dia memilih menempatkan upaya dan waktunya pada konservasi lapangan dan media digital untuk advokasi.


Bersama keluarga, Kalaweit menjelajahi keindahan Laos dengan mobil 4x4. Instagram/andrewkalaweit.

Kalaweit Project: Dari Ayah ke Anak
Organisasi Kalaweit berdiri atas inisiatif Chanee (Aurélien Brulé). Organisasi ini bermula sejak 1998 dengan fokus pada penyelamatan gibbon serta perlindungan habitatnya di Indonesia. Mereka mengelola pusat rehabilitasi, kawasan pelepasliaran, dan program edukasi komunitas. Andrew sebagai bagian dari keluarga ini mewarisi misi tersebut, sekaligus juga membawa pendekatan yang baru. Dia memanfaatkan platform digital untuk menyebarkan pesan konservasi secara lebih luas dan efektif.

Kalaweit memiliki beberapa fasilitas operasi di Kalimantan dan Sumatra, serta pernah menjalankan program radio komunitas untuk menyampaikan pesan konservasi kepada masyarakat lokal. Tradisi aksi lapangan yang dimiliki Kalaweit menjadi awal mula panggung bagi Andrew untuk belajar langsung dari pengalaman nyata, bukan sekadar teori belaka.

Perbedaan terbesar antara aktivis lainnya dengan Andrew terdapat pada penggunaan media sosial dan YouTube secara aktif. Kanal YouTube bernama Andrew Kalaweit (atau di beberapa konten terkait dengan Kalaweit Project.red) menjadi media utamanya untuk mendokumentasikan perjalanan ke pedalaman, interaksi dengan satwa, upaya penyelamatan, hingga refleksi tentang kondisi hutan. Kontennya memiliki dua fungsi utama. Pertama mendokumentasikan fakta di lapangan, kedua mendidik audiens luas, terutama generasi muda, keduanya menyampaikan pesan betapa pentingnya konservasi.

Keunggulan strategi Andrew merupakan jangkauan, cerita yang dibingkai secara visual dan personal lebih mudah menumbuhkan empati. Andrew memadukan footage lapangan, narasi langsung, dan gaya penyampaian yang akrab sehingga pesan konservasi tidak terasa menggurui, tetapi lebih mengajak audiens. 

Platform digital juga membantu menggalang dukungan finansial berupa donasi dan relawan, serta menghubungkan Kalaweit Project dengan komunitas global yang peduli lingkungan.

Melalui kanal YouTube-nya, Andrew mengubah aksi lapangan menjadi cerita yang menggugah jutaan penonton di dalam dan luar negeri, menjadikan isu lingkungan lebih dekat dengan generasinya. Keberhasilannya diakui luas, mulai dari liputan media internasional hingga kolaborasi dengan lembaga kredibel. Hal itu membuktikan bahwa advokasi hutam bisa lahir dari semangat muda dan teknologi yang dipakai dengan nurani.

Cerita Lapangan dan Konservasi Terukur
Menilai pencapaian Andrew tak dapat hanya dengan angka, karena konservasi adalah kerja dengan waktu, sebuah “benda” linear yang tak dapat diulang dan cepat, persis seperti maraton ketimbang lomba sprint

Bersama dengan keluarga serta tim Kalaweit, Andrew berpesan dalam penyelamatan serta rehabilitasi ratusan owa dan satwa liar lainnya di fasilitas konservasi yang mereka kelola di Kalimantan. Tak hanya di sana, mereka juga mengamankan lahan-lahan kritis agar tak jatuh ke tangan industri sawit dan tambang, menjadikannya benteng hidup bagi ekosistem lokal.

Yang membuat kisahnya semakin kuat dan didengar adalah kedekatannya dengan para pekerja teknis konservasi, mulai dari patroli hutan, dokumentasi bukti perambahan, rehabilitasi satwa, hingga advokasi di tingkat lokal. Dengan video di lapangan tersebut, Andrew menampilkan kondisi nyata yang tak tergapai oleh banyak media, visual kebakaran hutan, tumpukan kayu hasil penebangan liar, atau gibbon yang diselamatkan, menjadi vista yang sulit disangkal. Pendekatan transparan semacam itu sering mengundang perhatian media dan publik karena fakta hadir di depan mata, bukan opini belaka.

Kredibilitas tersebut semakin solid karena mundul dari multi-generasi. Andrew tak berdiri sendiri, tetapi menjadi bagian sejarah panjang keluarga Kalaweit yang telah lama bergerak di lapangan. Konteks ini menjadi sebuah warisan kuat, bahwa setiap tindakan mereka bukan permainan Public Relation, tetapi komitmen kuat yang turun temurun dan dirawat dalam keseharian.

Di balik cerita heroik yang terpampang di layar, pekerjaan konservasi di Kalimantan sejatinya perjuangan yang penuh risiko dan tekanan. Andrew Kalaweit beserta tim menghadapi ancaman nyata dari perambahan dan konversi lahan yang didorong oleh kepentingan ekonomi, seperti sawit, tambang, sampai ekspansi industri, kerap menempatkan konservasi dalam posisi terdesak. 

Di lapangan, pendanaan menjadi kebutuhan berkelanjutan untuk menjaga pusat rehabilitasi dan melindungi lahan, sebuah tantangan dalam keseharian mereka, sementara keselamatan para aktivis yang berani mengungkat praktik ilegal tak selalu terjamin.

Dalam situasi serba salah tersebut, Andrew berupaya menavigasi antara idealisme dan realitas. Keduanya dikemas dengan pengalaman keras di lapangan yang menjadi narasi edukatif jujur tetapi tetap menghargai komunitas lokal, sebuah keseimbangan yang tak mudah dijaga di medan konservasi yang sering kali menjadi arena konflik kepentingan. Dengan gaya bicaranya yang lugas dan apa adanya, Andrew menjembatani dunia digital dan konservasi dengan cara yang tak biasa dilakukan generasinya.

Di aktivitas ini, dia tak seperti aktivis yang sering berpidato panjang mengenai perubahan iklim, atau menjejalkan data ilmiah kepada audiens yang belum tentu paham. Tetapi Andrew bercerita, dengan gaya yang seperti “orang cengengesan”, tetapi narasinya berat mengenai satwa yang kehilangan rumah, keterancaman hutan adat, dan rapuhnya keseimbangan alam, semua diperlihatkan bagaikan prasmanan yang siap disantap oleh siapa pun.

Melalui narasi personal, Andrew mengubah isu lingkungan dari hanya sebuah statistik menjadi pengalaman emosional yang mudah diterima dan dipahami oleh masyarakat. Tak heran, banyak penontonnya yang mengaku benar-benar baru memahami makna dari deforestasi setelah menonton videonya. 

Dari ruang maya, edukasi menjelma menjadi gerakan. Orang mulai berdonasi, membuat kampanye kecil, bahkan ada yang turun langsung menjadi relawan. Di tangan Andrew, media sosial menjadi taman bermain untuk para pejuang di panggung hiburan, sebuah jembatan nyata untuk menuju kesadaran ekologis yang nyata.

Pada tengah derasnya arus informasi digital, Andrew juga memahami betul kekuatan sebuah “kata” dalam setiap penyampaiannya. Dia sering menutup pesannya dengan ajakan singkat namun bermakna dalam, tak sekadar jargon ilmiah, tetapi seruan hati untuk peduli, bertindak, dan tidak tinggal diam ketika alam hutan membisu, hati manusia seharusnya bergetar. Frasa-frasa khas Andrew mengikat pesan besar dalam narasi ringan, menjadikannya relevan bagi generasi muda yang haus akan makna di tengah kebisingan dunia maya.

Ragam liputan dan wawancara menegaskan hal yang sama, Andrew bukan hanya berbicara tentang pelestarian hutan, tetapi dia menanamkan kesadaran bahwa perubahan dimulai dari langkah kecil, dari niat tulus generasinya sendiri.

Dampak dan Warisan Gerakan Konservasi Andrew Kalaweit
Perjalanan hidup dan kiprah Andrew Kalaweit masih menjadi prolog, belum sampai ke epilog. Gerakannya memunculkan serangkaian nilai yang menjelma menjadi fondasi gerakan konservasinya. Hal itu pantas dijadikan teladan bagi generasi muda dan menunjukkan keberanian moral dengan menyoroti praktik perusakan hutan yang kerap disembunyikan, sekaligus menegaskan bahwa kepedulian lingkungan menuntut konsistensi, tidak menjadi euforia sesaat.

Dalam tangan Andrew, teknologi menjadi alat perubahan. YouTube dan media sosial yang digunakannya bukan hanya sensasi, melainkan edukasi. Andrew juga memahami pentingnya menghormati kearifan lokal masyarakat Dayak, menggabungkan ilmu modern dengan tradisi agar konservasi tak sekadar diterima, tetapi dijalankan bersama. Melalui dokumentasi jujur dari lapangan, Andrew membangun transparansi dan kepercayaan, menjadi bukti perjuangan lingkungan lahir dari ketulusan dan keterbukaan.

Model konservasi yang dijalankan Andrew menghadirkan ilmu penting bagi gerakan lingkungan modern. Istilah Gen Z “ilmu daging”, bahwa aksi lapangan perlu disertai komunikasi relevan dengan zaman, menjadi hal yang disajikan. Dengan kawinnya antara kerja nyata dan narasi digital membuat isu hutan tak lagi terasa jauh dari keseharian. 

Belakangan, banyak organisasi kini meniru pendekatan ini, menggunakan konten dengan visual menggugah, storytelling personal, dan gaya komunikasi akrab dengan audiens muda. Andrew menunjukkan bahwa aktivisme dapat menjadi gerakan yang berakar dari empati, namun menjalar lewat kreativitas. Dia membuktikan bahwa keberanian untuk turun ke lapangan, dengan kombinasi kemampuan bercerita, lahirlah perubahan nyata sekaligus menginspirasi generasi baru penjaga bumi.

Namun, seperti halnya dengan public figure yang vokal, langkah Andrew tak selalu mulus. Kritik datang berbagai arah, ada yang menilai penyajiannya terlalu teatrikal, ada pula yang mempertanyakan pendekatannya terhadap isu ekonomi lokal. Andrew dan tim biasanya menanggapi dengan bukti lapangan, transparansi proses, serta keterbukaan dialog dengan pihak terkait. 

Dalam konteks yang lebih luas, dinamika ini memperlihatkan bahwa konservasi bukan hanya soal penyelamatan alam, tetapi juga bagaimana menjaga kepercayaan publik dan integritas moral. Warisan keluarga Kalaweit kepada Andrew, dengan paduan semangatnya dengan digitalisasi, membentuk sebuah fondasi baru bagi konservasi Indonesia. Gerakan yang tak hanya menyelamatkan hutan, tetapi juga menanamkan kesadaran kolektif bahwa masa depan bumi bergantung pada keberanian, konsistensi, dan kejujuran generasi yang tumbuh hari ini.

Dari apa yang dilakukannya, jelas stigma bahwa Gen Z adalah generasi yang cuek atau pemalas seperti sering distereotipkan, tak bisa digeneralisir. Andrew dan sosok-sosok seangkatannya justru tumbuh dengan keberanian untuk bersuara di tengah ketidakadilan, termasuk saat alam diperlakukan semena-mena. 

Mereka mungkin berbicara dengan gaya lugas dan ekspresif, tapi di balik itu ada kepedulian yang nyata dan cara berpikir yang tajam. Gen Z tidak diam, mereka bergerak, menyuarakan keresahan lewat media sosial, aksi lapangan, dan kreativitas digital. Dari mereka kita bisa berpikir, mungkin bukan Gen Z yang kehilangan arah. Sebaliknya, bisa jadi kita yang perlu belajar memahami cara mereka memperjuangkan masa depan dengan cara yang berbeda.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar