c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

KULTURA

17 April 2025

08:21 WIB

Anak Sering Main Gawai Sejak Kecil, Awas Autisme Virtual

Melihat anak-anak menggunakan gawai bahkan dalam waktu yang lama mungkin jamak ditemui dan seakan lumrah. Tapi hati-hati, kondisi ini dapat menyebabkan yang disebut autisme virtual.

<p>Anak Sering Main Gawai Sejak Kecil, Awas Autisme Virtual</p>
<p>Anak Sering Main Gawai Sejak Kecil, Awas Autisme Virtual</p>

Ilustrasi cyber grooming. Shutterstock/SB Arts Media

JAKARTA - Mendapati anak-anak yang sedang menggunakan gawai sepertinya menjadi hal yang lumrah. Bahkan, memberikan gadget kepada anak yang sedang rewel, jadi trik buat orang tua. Tapi di balik ini semua, ada bahaya yang menghantui.

Anak usia 1-3 tahun yang sering menggunakan gawai secara berlebihan, bisa menyebabkan pola perilaku yang mirip autisme. Bukan autisme seperti umumnya, namun sebuah kondisi yang disebut dengan autisme virtual.

"Ini istilah betulan yang ada di literatur, pola perilakunya mirip autisme,” kata dokter spesialis anak dr. Amanda Soebadi, dikutip dari Antara.

Autisme virtual menyebabkan anak mengalami gangguan kesulitan komunikasi sosial, perilaku repetitif dan perilaku yang tidak lazim. Meskipun intensitas gejala autisme virtual bisa sampai memenuhi kriteria diagnosis autisme, namun, ia berbeda dengan autisme.

Jika paparan gawai dikurangi, gejala bisa membaik secara cepat, seperti kontak mata saat berkomunikasi dan menunjukkan ekspresi wajah. Amanda menambahkan bahwa anak usia 1-3 tahun yang terpapar gawai bisa mengalami kekurangan pengalaman komunikasi dan pengalaman sosial yang sebenarnya.

“Dia bisa menunjukkan perilaku autisme kalau misalnya dipanggil tidak merespon, kontak matanya kurang, ekspresi wajah kurang atau tidak sesuai. Itu karena kurang atau salah stimulasi,” ujar dr. Amanda.

Jika anak dengan autisme virtual menunjukkan perubahan setelah mengurangi penggunaan gawai, kondisi yang berbeda terjadi pada anak dengan autisme. Dia memiliki preferensi terhadap sifat berulang yang ada pada permainan gawai sehingga bisa memuaskan kecenderungan keinginan melakukan hal yang berulang atau repetitif.

Meskipun penggunaan gawai sudah dikurangi, sifat autistik tersebut tetap ada.
“Perilaku autistik masih akan tetap ada walau gawai itu sebagai faktor lingkungan bukan sebagai modifier (pengubah). Bisa saja anak dengan autisme ini mungkin perilaku ada perbaikan sedikit, tapi, sifat autistik masih akan tetap ada,” katanya.

Lebih lanjut dikatakan, faktor genetik berperan penting sebagai penyebab autisme. Seseorang memiliki risiko sembilan kali lebih besar ketika dia memiliki saudara kandung yang mengalami gangguan spektrum autisme (GSA).


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar