30 Agustus 2025
17:45 WIB
Anak Muda Jadi PNS, Antara Prestise Atau Jaminan Ekonomi?
Dengan berbagai alasan, PNS masih sangat diminati oleh generasi muda. Menjadi salah satu pekerjaan yang prestise, paling aman, dan nyaman bagi banyak orang.
Penulis: Arief Tirtana
Editor: Rikando Somba
Petugas melayani verifikasi administrasi sebelum mengikuti tes Seleksi Kompet ensi Dasar (SKD) Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) 2024 di Gedung HM Arsjad Thalib Lubis, Medan, Sumatera Utara, Rabu (23/10/2024). Antara Foto/Fransisco Carolio
JAKARTA - Tak lama setelah lulus kuliah, sekitar 12 tahun lalu, Rizki mencoba peruntungan ikut seleksi penerimaan Pegawai Negeri Sipil (PNS). Sayang, rezekinya bukan di sana. Dia gagal jadi abdi negara.
Disaat bersamaan, dia juga melamar ke berbagai perusahaan, selayaknya kebanyakan pencari kerja lainnya. Pulung pun didapat, satu perusahaan menerimanya. Tanpa pikir panjang, dia memutuskan untuk memulai karier sebagai pegawai swasta di bidang IT, sejalan dengan jurusan kuliahnya.
Sejak saat itu, tak pernah terbesit kembali dalam benak Rizky untuk menjajal kembali seleksi PNS. Meski kariernya tak melesat cepat, ia cukup nyaman dengan apa yang didapat. Setidaknya dia merasa gajinya lebih dari cukup seraya kenaikan jabatan yang diterimanya. Toh, dia juga bukan orang yang terlalu ambisius mengejar karier.
"Karena memang sesuai jurusan kuliah dulu, gue nyaman-nyaman saja jalani pekerjaan. Toh dulu juga daftar PNS memang kan intinya sebatas ingin dapat pekerjaan yang bagus saja," terangnya kepada Validnews, Senin (25/8).
Namun seiring berjalannya waktu, kehidupan pribadinya berkembang, ia menikah dan memiliki dua orang anak. Rizki mulai merasa apa yang ia dapat sebagai pegawai swasta, mulai tak bisa memenuhi kebutuhan hidup dirinya dan keluarga. Pendapatannya tak bisa mengejar pengeluarannya yang kian deras. Terlebih di tengah gejolak ekonomi yang semakin kian tak pasti dalam beberapa tahun belakangan ini.
Ia mulai khawatir. Didera kondisi perekonomian yang tidak baik-baik saja, pemecatan bisa saja menyasar dirinya. Sama seperti yang dialami banyak pekerja swasta di Indonesia belakangan ini. Itu yang kerap ada di benaknya, belakangan ini.
Karena itu ketika ada pengumuman seleksi penerimaan CPNS Oktober tahun 2024, Rizki kembali menjajal peruntungannya. PIkirnya sederhana, selain gaji, PNS bisa mendapatkan berbagai tunjangan. Satu lagi, ada jaminan 'aman' lantaran PNS tak mungkin dipecat begitu hanya karena kondisi perekonomian negara.
Selain itu, kesempatan ini merupakan peluang terakhir, mengingat usianya yang akan menginjak 35 tahun di 2025 ini. Usia ini adalah batas terakhir usia yang diterima untuk bisa mendaftar PNS untuk formasi umum.
"Iya, waktu itu daftar karena sudah hampir dibatas usia maksimal. Apalagi saat itu juga dengar-dengar tahun 2025 nggak akan pembukaan seleksi PNS," katanya.
Sayang Dewi Fortuna lagi-lagi belum berpaling kepadanya. Sama seperti belasan tahun lalu, dia kembali gagal. Kini harapannya jangan sampai nasib buruk menimpanya.
"Ya amit-amit sampai mengalami pemecatan. Soal keuangan masih bisa diatur, dijaga biar nggak boros-boros amat," keluhnya.
Rasa Aman jadi PNS
Mirip seperti Rizki, Yahya (29) yang kini juga berstatus pegawai swasta, punya pandangan akan rasa aman ketika menjadi PNS. Meski secara karier dia sudah ada di kondisi yang cukup baik sebagai KOL (key opinion leader) brand specialist peralatan kebersihan luar negeri, pandangan sama masih ada. Begitupun dari segi ekonomi, tidak ada tuntutan berarti, sebab ia masih melajang dan tak harus menanggung ekonomi keluarga sepenuhnya sendiri.
Dalam pikirannya, PNS masih menjadi sesuatu yang menarik karena sejumlah alasan.
Berkaca pada kondisi saat ini di mana banyak pemutusan hubungan kerja (PHK), rasa aman untuk bisa menghindari kemungkinan buruk itu menjadi satu yang diimpikannya.
"Kalau di PNS kan istilahnya lebih terjamin, agak susah untuk di-PHK kan," imbuhnya saat berbincang dengan Validnews.
Selain itu, Yahya mengaku masih mewarisi pemikiran orang tuanya yang memandang PNS sebagai status yang membanggakan. Punya prestige tersenidir di masyarakat. Pemikiran uniknya lagi, kala menyadang status sebagai PNS, bisa lebih mudah meraih kepercayaan orang tua calon pasangannya.
Salah satu yang mendasari ambisinya menjadi PNS karena keinginan dari almarhum Ayahnya. Dia bercerita kalau Ayahnya dulu ingin agar salah satu anaknya ada yang bisa menjadi PNS. Karena itu dia menjadi 'pelanggan' tes CPNS. Sudah enam kali dia ikut seleksi, sejak tahun 2017.
"Memang pada dasarnya sih keinginan almarhum bapak gue yang ingin anaknya satu jadi PNS gitu. Gue juga masih ikut apa kata orang tua dulu. Ya pokoknya PNS kayak pekerjaan yang gampang aja gitu buat dapetin anak orang dan segala macam," tuturnya.
Dengan pemikiran tersebut, Yahya mengaku siap untuk kembali mengikuti seleksi CPNS ketika kelak dibuka lagi. Berbekal pengalaman berulang kali, dia meyakini lebih siap, apa lagi dengan gelar S2 yang kini telah disandangnya. Pikirnya, peluang akan lebih terbuka.
PNS Pekerjaan Terpandang
Sosiolog dari Universitas Padjadjaran (Unpad), Yusar Muljadi menjelaskan, pandangan masyarakat atas membanggakannya pekerjaan sebagai PNS memang masih terjadi hingga saat ini. Walau sebenarnya PNS sendiri terdiri dari beberapa lapisan strata, di mata masyarakat tertentu, menjadi abdi negara masih diidentikan sebagai seorang pejabat.
"Itu secara nilai. Sedangkan dari sisi jaminan hidup, menjadi PNS berarti memiliki penghasilan yang stabil, aman dari pemecatan, dan tentu saja memiliki pensiun," jelas Yusar Muljadi kepada Validnews.
Pemahaman ini masih mengakar kuat di masyarakat karena terbentuk sejak masa feodal atau bahkan masa pra-feodal. Terus diwarisi hingga ke generasi-generasi saat ini.
Di masa feodal dulu, banyak rakyat jelata yang ingin menjadi hulubalang atau punggawa kerajaan, sebab kehidupannya relatif terjamin dibanding dengan rakyat jelata. Demikian pula pada masa modern ini, paradigma tersebut masih terbawa pada masyarakat Indonesia.
Menjadi PNS juga diartikan dekat dengan kekuasaan dan pemerintah. Sedangkan pemerintah bagi masyarakat Indonesia adalah istilah yang menunjuk pada hierarki tertinggi dalam struktur masyarakat.
"Hal ini karena kultur orang Indonesia yang terbiasa sebagai rakyat jelata, yang memandang tinggi pegawai negeri, birokrat, ataupun pejabat sejak masa feodal," terangnya.
Yusar mengamini, baik baby boomer, Generasi X, Generasi Y, ataupun Generasi Z dan Alpha masih merasakan kebanggaan sebagai PNS. Selain pendapat stabil, anggapan dekat dengan penguasa, PNS sekarang tingkat kesejahteraannya jauh lebih tinggi daripada masa sebelumnya. Meski dengan derajat intensitas pekerjaan yang lebih tinggi dan tuntutan profesionalitas yang juga semakin ketat.
Gen Z Masih Tertarik?
Dalam beberapa laporan, ketertarikan generasi Milenial muda dan Gen Z jadi PNS mulai terkikis. Umumnya mereka lebih menginginkan bekerja di sektor swasta atau berbisnis. Alasannya, lebih sesuai dengan minat serta menjanjikan untuk pengembangan karier profesional. Tapi ada alasan lain, banyak juga yang merasa tidak nyaman dengan sistem kerja di lingkungan pemerintahan.
Pandangan itu secara umum tercermin dari jumlah Pendaftaran Seleksi Calon Aparatur Sipil Negara (CASN) yang mengalami penurunan. Pada tahun 2021 misalnya, hanya ada sekitar 4 juta orang pendaftar, turun dari tahun 2020 yang mencapai sekitar 4,2 juta orang.
Angka ini belum mencapai target Badan Kepegawaian Negara (BKN) sekitar 5 juta pendaftar CASN, yang terdiri dari pegawai negeri sipil (PNS) dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK).
Jumlah yang sama juga tercatat pada seleksi CPNS 2024, yang hanya mencapai 3.963.832 orang, dengan 2.855.597 individu yang dinyatakan Memenuhi Syarat (MS) setelah seleksi administrasi.
Meski demikian, angka tersebut tak serta merta bisa dibaca sebagai turunnya minat anak muda untuk menjadi PNS. Peneliti Lembaga Riset dan Kajian Strategis Pemerintahan, Institut Pemerintahan Dalam Negeri, Adfin Rochmad Baidhowah dalam tulisan yang dimuatnya di theconversation.com menilai, sebenarnya minat anak muda untuk jadi PNS masih sangat tinggi, atau cenderung stabil.
Jumlah total pendaftar CPNS umum mungkin memang cenderung menurun. Namun jika melihat lebih dalam, pendaftar di instansi dengan gaji yang tinggi justru menunjukkan peningkatan. Misalnya, jumlah pendaftar CPNS umum untuk Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang merupakan instansi dengan gaji bersih PNS tertinggi kedua di Indonesia, menunjukan tren kenaikan, dari 50.528 orang pada tahun 2019 menjadi 52.946 orang pada tahun 2021. Juga pada pendaftar sekolah kedinasan yang mengalami kenaikan.
Pendaftar di tahun 2020 berjumlah 204.823 dan meningkat cukup drastis menjadi 286.287 pada tahun 2021.
Tingginya minat Gen Z menjadi PNS ini diperkuat penuturan Hasta Adhistra. Dia menceritakan kalau banyak temannya yang benar-benar mendambakan sebagai seorang PNS. Sementara Hasta sendiri mengaku sampai hari ini belum memiliki ketertarikan itu.
Menurutnya, alasan teman-temannya ingin menjadi PNS tidak lain karena masalah kepastian gaji dan tunjangan. Selain itu, kata dia, masih banyak yang merasakan kebanggaan jika bisa menjadi PNS.
Tapi tidak bagi Hasta. Dalam pandangannya, PNS bukan sebagai capaian tertinggi, justru menurutnya ketika bisa bekerja di perusahaan multi-nasional, hal itu bisa menjadi sesuatu yang membanggakannya. Itulah targetnya kelak.
"Iya masih bangga banget, apa lagi ditaruh di LinkedIn," kata pemuda yang kini bekerja sebagai fotografer itu.
Idealisnya sebagai anak muda, membuat dia lebih ingin meng-explore diri. Menjajal segala sesuatu yang baru sebagai bagian dari membangun pengalaman. Termasuk mencoba berbisnis kecil-kecilan bersama sang pacar, berjualan pasmina secara online.
Meski dia mengaku tak menutup mata jika memang takdir membawanya ke sana. "Untuk sekarang lebih suka bisnis sih. Karena juga kebetulan lagi ada bisnis kecil-kecilan yang udah jalan dari pas abis lulus, jadi itu pengen dikembangin lebih jauh lagi," kata lulusan Teknik Geofisika Institut Teknologi Sumatera (ITERA) itu.
Sudut Pandang Orang Tua
Selain jaminan ekonomi dan prestige, keputusan generasi muda menjadi PNS juga banyak yang dipengaruhi orang tua mereka. Seperti dikatakan Yusar Muljadi, bagaimanapun orang tua Gen Z bisa berasal dari baby boomer ataupun Generasi X.
Kedua generasi tersebut mewarisi paradigma bahwa “menjadi PNS adalah pilihan terbaik” karena penghasilan yang stabil, aman dari pemecatan, dan adanya kepastian jaminan hidup. Orang tua para Gen Z tentu saja mengharapkan yang terbaik bagi anak-anaknya salah satunya adalah dengan menjadi PNS.
"Dalam hal ini, sangat mungkin para Gen Z melamar menjadi PNS untuk memenuhi ekspektasi orang tuanya. Dan mungkin juga setelah Gen Z menjadi PNS dan menikmati kemudahan-kemudahan sebagai PNS, mereka berharap anak-anaknya akan menjadi PNS di masa yang akan datang," yakinnya.
Ini pun yang sempat dialami oleh Hasta. Dia bercerita kalau orang tuanya sangat mengingingkannya menjadi PNS. Beruntung orang tua bisa menerima alasannya untuk bekerja sesuai dengan passion-nya.
Lebih jauh Yusar menilai, banyaknya Gen Z tertarik untuk melamar menjadi PNS ini bisa dipandang dari banyak sudut, atau multidimensi. Tidak hanya dimensi ekonomi semata. Bisa jadi karena tidak ada pekerjaan di sektor swasta yang mengakomodir profesi sesuai latar belakang pendidikannya.
"Kita mungkin bisa menelusuri latar belakang pendidikan Generasi Z tersebut dengan lapangan pekerjaan yang ditawarkan; bisa saja sektor swasta tidak membuka lapangan sesuai latar belakang pendidikan si Generasi Z, namun pemerintahan (baik pusat maupun daerah) membukanya," kata Yusar.
Pada akhirnya, apapun pekerjaannya, baik di bidang swasta ataupun menjadi PNS, selama itu dipilih dengan penuh kesadaran tentu bisa menjadi sesuatu yang positif bagi dirinya.