29 Desember 2020
09:10 WIB
Editor: Agung Muhammad Fatwa
JAKARTA – Mengakses konten pornografi saat ini bukan hal yang sulit. Konten porno bertebaran mulai dari melalui situs mesin pencari hingga sosial media. Jika dilakukan dengan sering, ternyata kebiasaan menonton porno membawa dampak negatif.
Sebuah eksperimen yang dilakukan oleh Dr. Valerie Voon dari Universitas Cambridge menemukan, orang-orang dengan perilaku seksual kompulsif menunjukkan pola aktivitas otak yang berbeda ketika melihat gambar erotis ketimbang orang normal. Pola tersebut sama dengan orang-orang yang mengalami kecanduan narkoba.
Penelitian mengenai dampak negatif dari pornografi terhadap otak bukan pertama kalinya dilakukan oleh Voon. Sebelumnya, dalam jurnal JAMA Psychiatry di 2014 menunjukkan adanya penurunan di banyak area dalam otak akibat secara rutin menonton porno. Para peneliti pun menyimpulkan, pornografi ‘membajak’ otak dan mengalihkan fungsinya.
Kendati demikian, penelitian terkait pornografi masih mendulang kontroversi, terutama yang berhubungan dengan kecanduan akan pornografi. Beberapa ada yang menyebutkan kalau pornografi bisa menyebabkan seseorang kecanduan, namun ada pula yang membantahnya.
“Yang kami tahu dengan pornografi adalah ada beberapa yang kecanduan, tetapi ada juga yang tidak. Kami membutuhkan penelitian epidemiologi yang lebih besar agar bisa mengetahui dengan jelas,” ujar Voon, dikutip dari Sciencefocus.
Buku Diagnostic And Statistical Manual of Mental Disorders juga menyebutkan, tidak ada kategori diagnostik untuk kecanduan pornografi.
Meskipun begitu, Voon percaya mengonsumsi pornografi secara berlebihan dalam jumlah banyak bisa menjadi suatu kebiasaan. Artinya, mereka yang menonton rutin akan menginginkan sesuatu yang lebih untuk ditonton.
Selain itu, Voon juga yakin kecanduan pornografi lebih ke arah perilaku seksual kompulsif di mana kegiatan menonton film porno dilakukan secara berlebihan dapat menyebabkan mereka kesulitan dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu berdampak negatif untuk otak, penelitian yang dilakukan di 2015 menunjukkan bahwa pornografi online membuat orang-orang justru mencari gambar porno yang lebih ‘hardcore’.
“Bagi beberapa orang ini memicu untuk melihat sesuatu yang lebih ‘hardcore’. Kami tidak tahu mengenai gangguan ini, tetapi tidak diragukan lagi kalau banyak orang yang menderita,” kata Voon.
Penelitian lainnya pada 2009 juga menemukan tingginya kaitan antara menonton film porno dengan perilaku kekerasan secara konsisten dari berbagai studi dari 1980-an hingga 2008.
Meskipun begitu, tidak semua pornografi memiliki dampak negatif. Dr. Nicole Prause, mantan ahli saraf di UCLA mengatakan meskipun pornografi bisa berakibat buruk bagi seseorang, namun ada juga dampak positifnya seperti menambah ‘bumbu’ saat di ranjang.
“Jadi kami ada bukti bahwa terkadang dengan menonton porno bisa meningkatkan kecenderungan seseorang untuk melakukan seks oral. Erotika bisa memberikan dampak positif dan negatif, itu tergantung pada siapa dan kapan,” jelasnya.
Peneliti tidak menemukan kaitan antara pornografi dengan menurunnya libido atau menyebabkan impotensi. Hal itu berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Prause dalam jurnal Sexual Medicine di 2015 lalu. (Gemma Fitri Purbaya)