c

Selamat

Senin, 17 November 2025

KULTURA

13 November 2020

21:00 WIB

Berbagi Pangan Kepada Kaum Rentan

Kesengsaraan pada masa lalu, melatari semangatnya saat ini untuk berbagi makanan dan pertolongan bagi golongan tak mampu

Berbagi Pangan Kepada Kaum Rentan
Berbagi Pangan Kepada Kaum Rentan
Ilustrasi Wida Septarina Wijayanti

JAKARTA – Pagi itu, lengkap dengan seragam putih biru, 14 murid TK Islam Nurul Iman, berkumpul di halaman SDN Johar Baru 10 Pagi. Mereka berjajar acak dalam dua lapisan. Sesekali, masing-masing saling meluruskan agar barisan rapi. Tak ada celetuk maupun candaan dari mulut anak-anak itu. Hanya senyum khas bocah, yang kadang tersembul dari balik masker melorot.

Beberapa jenak kemudian, satu per satu anak maju, untuk mengambil jatah makan pagi. Setelahnya, mereka tak langsung pulang, melainkan bergegas menuju satu ruangan. Tepatnya, di sebelah kiri dari tempat berbaris tadi. Ditemani para ibunya, sekotak nasi berlauk ikan laut olahan serta sayur bayam, disantap lahap.

Bagi-bagi makanan kepada siswa-siswi TK itu dilakukan oleh sekelompok relawan dari Foodbank of Indonesia atau FOI. Sebuah komunitas yang bertekad menebarkan hidangan bergizi untuk anak-anak Indonesia.

Bongkahan Kisah Pilu
Adalah Wida Septarina Wijayanti, sosok pendiri FOI. Baginya, FOI merupakan rajutan dari keping pengalaman pahit yang pernah mewarnai perjalanan hidupnya.

Dia menceritakan sebuah kisah pedih yang memantiknya menggagas gerakan sosial itu.

Suatu malam, usai perempuan kelahiran 17 September 1971 itu kongkow bersama teman-temannya di salah satu mal bilangan Depok, disaksikannya anak-anak mengais isi tempat sampah. Perasannya terkoyak saat mengetahui mereka berebut sisa-sisa daging ayam yang dibuang oleh petugas restoran.

"Saya sedih kalau ingat kisah anak mencari makanan sisa ditempat sampah, karena itu bukan suatu hal yang wajar," cerita Wida kepada Validnews.

Peristiwa itu sontak mengingatkannya akan masa kecilnya. Meski tak sama, dia juga pernah mengalami kepiluan serupa. 

Bermula dari tahun 1980-an, ketika Wida meninggalkan kota kelahirannya, Madiun. Salah satu penyebabnya adalah keretakan hubungan orang tua. Dia, ibu dan saudara-saudaranya memilih pindah ke Yogyakarta.

Keadaan serba berkecukupan yang pernah dialami Wida dan keluarga rasakan, telah berakhir. Kondisi perekonomian keluarganya terpuruk. Bisnis rumah makan yang dibangun orang tuanya bangkrut. Kehidupan berbalik sedemikian rupa.

Tinggal di daerah baru dengan tanggungan tak ringan, membuat ibunya harus membanting tulang. Hingga suatu saat, dia tak pulang ke rumah sampai beberapa waktu. Wida sendiri tak tahu keberadaannnya.

Sial bagi Wida dan saudara-saudaranya. Perut mereka keroncongan. Sementara, di meja makan tiada lauk. Hanya tersuguh nasi putih dan beberapa lonjor singkong. Apa boleh buat, diolahnya semua itu untuk pengganjal lapar. Mirisnya, menu itu terulang berhari-hari, hingga si ibu kembali.

"Pengalaman-pengalaman itu membentuk saya menjadi orang yang lebih baik lagi," ujarnya.

Awal FOI
Pengalaman serba pahit itu kemudian menempa Wida. Tak ingin orang lain mengalami hal yang pernah dia alami. Dia membiasakan diri untuk berderma. Paling tidak, kepada orang-orang di sekitarnya. Sekadar memberi sesuatu untuk disantap, meski bukan hidangan istimewa. Niat itu bergulir nyata, ketika dia menghuni Jakarta dan dipertemukan dengan suami yang selalu mendukung, Mohammad Hendro.

Satu tahun sebelum FOI dibentuk, Wida membuka dapur pangan di depan kantornya, di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Semua dibiayai dengan uang pribadi.

Senin hingga Jumat, sarapan pagi disediakan cuma-cuma untuk masyarakat tak mampu. Mulai dari pemulung, kuli pasar, ibu hamil, dan orang-orang berpenghasilan sangat rendah. Tambah hari, kian banyak yang mampir. Riuh. Sampai mengundang perhatian warga dari tempat yang jauh. Tak sampai matahari meninggi, makanan sudah habis terbagikan.

Wida sempat melakukan riset kecil-kecilan, soal pendapatan orang-orang yang datang itu. Pernah diwawancarainya seorang di antara mereka yang mengaku penghasilan Rp38 ribu per hari. Angka yang jauh dari cukup untuk hidup di ibu kota.

Kesaksian-kesaksian sejenis itu lantas menggenapkan tekadnya dan suami untuk merutinkan aksi berbagi makanan, melalui organisasi resmi. Maka, lahirlah FOI di tahun 2016, yang bernaung di bawah Yayasan Lumbung Pangan Indonesia.

Saat kegiatan digulirkan, ternyata banyak pihak yang tertarik untuk turut menopang. Donasi mengalir. Perkembangannya pesat. Dalam kurun kurang dari dua tahun, FOI menjalar ke tujuh provinsi.

"Jadi menurut saya, ada itikad baik dan niat-niat yang baik dari semua orang untuk bisa saling membantu," ujar Wida.

Fokus FOI juga turut bertambah. Lebih dari soal pembagian makanan, melebar pula pada pemenuhan kesehatan dan gizi anak.

Tak Surut
Segala capaian Wida bersama FOI saat ini bukan tanpa tantangan. Apalagi ketika gerakan baru dimulai. Banyak yang mengira, relawan FOI adalah tim kampanye sepasang calon kepala daerah. Dikira hanya ingin mencari simpati warga dengan membagikan makanan gratis.

Bahkan suatu kali, gerakan sedekahnya itu dipermasalahkan oleh pemerintah daerah. Dianggap melangkahi sebab tidak berkoordinasi.

"Kita disidang. Ini siapa? Sedang apa? Jangan-jangan FOI sedang promosi produk. Kejadian itu terjadi pada tahun 2016," ujarnya.

Perselisihan itu tak menyurutkan Wida. Malah membuatnya semakin cermat bertindak, dan terbuka melibatkan pemerintah setempat. Wida tak sembarangan dalam menyalurkan makanan. Semua berdasar data kependudukan yang resmi. Saat ini, penerima bantuan FOI mencapai 46 juta orang.

Orang-orang yang membantunya pun berangsur bertambah. Wida merekrut anak-anak muda dari berbagai universitas ternama.

Sekarang, tercatat 4.454 relawan telah berhimpun, menyebar di 43 kota.

Godaan Politik
Keberhasilan FOI, membuat Wida dirayu beberapa partai politik. Bahkan, ada yang langsung menawarinya jabatan strategis, jika mau bergabung. Tapi semua ditolak. Politik bukan jalan hidup Wida.

Dia hanya ingin menjadi pendidik serta sosok yang bermanfaat bagi kaum duafa. Bagi Wida, politik memang alat untuk mengubah keadaan. Namun, politik pula yang bisa mengubah watak seseorang. Tak sedikit yang malah menghalalkan segala cara demi mendapatkan sesuatu, rela melunturkan prinsip yang pernah teguh melekat.

Dan sejak dilahirkan, FOI tidak bertujuan untuk berselancar di ranah politik itu. Bukan juga untuk mendukung aktor-aktornya. FOI dibentuk murni demi membantu masyarakat miskin.

"Kita sudah sepakat sejak awal bahwa FOI harus berdiri di atas semua golongan," tegas Wida. (Herry Supriyatna)


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar