03 Maret 2021
13:02 WIB
JAKARTA – Diet ekstrem atau ketat memang sangat efektif untuk beberapa kilogram dari berat badan. Namun, sebenarnya diet model itu tidak disarankan, karena dapat menyebabkan sejumlah gangguan kesehatan pada tubuh.
Ketua Indonesia Sport Nutrisionis Association (ISNA) dr. Rita Ramayulis mengatakan, melakukan diet ekstrem dapat mengganggu keseimbangan asam basa, metabolisme tubuh, hingga malnutrisi. Kerusakan metabolik itu akan terjadi proses peradangan dalam tubuh, dan dapat melemahkan imunitas.
"Melakukan diet ekstrem tidak disarankan, karena bisa jadi yang berkurang adalah air, massa otot dan massa tulang. Pada saat proses penurunan berat badan, yang seharusnya hilang adalah lemak," katanya, seperti dilansir dari Antara.
Apalagi pada masa pandemi, sangat disarankan untuk tidak melakukan diet secara ketat. "Diet saat pandemi dibolehkan, hanya jangan ekstrem. Dietlah dengan mengatur makanan yang mengatur sistem imunitas tubuh," imbuhnya.
Dikatakan, ada sejumlah hal yang perlu diperhatikan bagi mereka yang ingin melakukan diet sehat selama pandemi. Pertama adalah defisit energi atau defisit kalori untuk menurunkan berat badan.
Kalori dalam makanan menyediakan energi dalam bentuk panas, sehingga tubuh dapat berfungsi dengan baik. Bahkan ketika tubuh sedang beristirahat sekali pun.
"Selanjutnya adalah meningkatkan asupan tinggi protein rendah lemak, dan zat gizi seimbang. Lalu, asupi tubuh dengan makanan yang mengandung zinc, vitamin C, vitamin E, beta karoten, dan zat besi," katanya.
Kelima zat tersebut merupakan zat yang memiliki sifat antioksidan yang diperlukan tubuh untuk melawan efek dari paparan radikal bebas. Radikal bebas dapat merusak susunan DNA sel, meningkatkan kadar kolesterol jahat di dalam tubuh, menyebabkan peradangan, dan melemahkan daya tahan tubuh.
Sementara, untuk hal yang harus dihindari, yang pertama adalah makanan dan/atau minuman yang terlalu manis. Makanan tinggi gula mengakibatkan ketidakseimbangan nutrisi.
Orang cenderung lebih memilih makanan yang tinggi glukosa dibandingkan makanan yang mengandung vitamin, mineral, protein dan serat. Selain itu, mengonsumsi gula berlebih juga dapat menekan sistem imunitas.
Kementerian Kesehatan RI sudah memberikan batasan konsumsi gula yang disarankan per orang per hari, tidak lebih dari 50 gr (4 sendok makan).
Sama halnya dengan gula, konsumsi minyak maupun makanan sumber lemak secara berlebih dapat menekan sistem imunitas. Selain itu, juga dapat mengurangi kemampuan sel darah putih menghancurkan bibit penyakit.
Mengasup makanan sumber lemak berlebih dapat menimbulkan risiko berbagai penyakit berbahaya. Pasalnya, sel lemak berlebih dapat memicu pelepasan zat kimia yang berakibat pada peradangan kronis, dan akhirnya merusak jaringan-jaringan sehat.
"Hal selanjutnya yang harus dihindari adalah makanan yang digoreng dengan minyak banya atau minyak yang sudah dipakai berulang. Disarankan untuk merebus atau mengukus (makanan) tersebut hingga setengah dan/atau matang terlebih dahulu. Jika ingin menambah cita rasa, bisa di-pan seared dengan sedikit minyak," jelas dr. Rita.
Batas konsumsi lemak yang disarankan Kementerian Kesehatan RI adalah hanya 67 gram (5 sendok makan minyak) per orang per hari.
Kementerian Kesehatan juga menerbitkan panduan "Isi Piringku", yang diharapkan bisa membantu mencegah kelebihan berat badan hingga obesitas. "Isi Piringku" ini berarti membagi 1/3 (sepertiga) dari setengah piring untuk lauk pauk, 1/3 dari setengah piring buah, 2/3 dari setengah piring sayuran dan 2/3 dari setengah piring makanan pokok. (Satrio Wicaksono)