c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

KULTURA

11 Februari 2021

18:49 WIB

Makna di Balik Angpau

Mulanya tradisi angpau dipakai sebagai pengusir roh jahat

 Makna di Balik Angpau
 Makna di Balik Angpau
Warga lanjut usia (lansia) menunjukkan angpau yang diterimanya dari Yayasan Kelenteng Tay Kak Sie, Semarang, Jawa Tengah, Jumat (22/1/2021). Pembagian angpau kepada 1.500 lansia dengan memberlakukan sejumlah protokol kesehatan COVID-19 itu sebagai bentuk kepedulian pada sesama sekaligus untuk mengawali rangkaian kegiatan menyambut perayaan Tahun Baru Imlek 2572 yang akan jatuh pada Jumat, 12 Februari 2021 mendatang. ANTARAFOTO/Aji Styawan

JAKARTA – Masyarakat Tionghoa dan umat Konghucu akan merayakan Tahun Baru Imlek pada Jumat (12/2). Biasanya, dirayakan dengan gegap gempita. Ada pertunjukan tarian barongsai, ada pula beragam makanan. Selain itu tentu ada bagi-bagi angpau.

Angpau sendiri terdiri dua suku kata, yakni 'ang' yang artinya merah, dan 'pao' yang berarti amplop. Karena hal itulah, angpau identik dengan amplop merah. Angpau atau dalam bahasa Mandarin disebut hongbao. Kata itu merujuk pada amplop merah yang di dalamnya berisi uang.

Mereka yang mengisi si amplop adalah orang yang sudah berpenghasilan atau mampu secara finansial. Angpau akan menyasar anak-anak, anggota keluarga yang belum menikah, serta orang tua.

Angpau-angpau itu diberikan saat malam sebelum imlek dirayakan. Tak sedikit pula yang bagi-bagi angpau usai ibadah di vihara pada pagi hari saat Imlek. Sebagaimana tradisi, angpau juga punya makna filosofis, dengan harapan penerima angpau dilimpahkan rezeki dan keberuntungan.

Dikutip dari berbagai sumber, tradisi bagi-bagi angpau pertama kali dilakukan pada 221 SM hingga 206 SM. Kala itu daratan China masih dipimpin dinasti Qin. Para orang tua China kuno memberikan koin yang telah diikat dengan benang merah. Pada koin itu diberikan kepada generasi lebih muda. Dulu namanya bukan angpau, orang-orang China kuno menyebut angpau dengan ya sui qian.

Singkatnya ya sui qian itu diartikan dengan koin yang memiliki kemampuan magis untuk mengusir roh jahat. Orang-orang China kala itu percaya bahwa koin yang diikat dengan benang merah itu bisa melindungi sang penerima dari penyakit dan kematian.

Seiring perkembangan, magis benang merah diganti dengan amplop. Kemudian, ya sui qian ditulis dengan frase ya suì qián. Suì dalam kata tersebut dimaknai dengan 'usia tua'. Pemaknaan itu menggeser arti 'roh jahat'. Jadi, membuat koin yang dimasukan ke dalam amplop merah melambangkan simbol pengharapan umur panjang bagi penerima.

Cerita Rakyat
Melansir laman Says, Kamis (11/2), menurut cerita rakyat China, ya sui qian berasal dari kisah seorang iblis jahat, Sui. Dalam kisah itu, diceritakan kalau ada anak yang kepalanya disentuh Sui ketika mereka sedang tidur, si anak akan jatuh sakit atau malah meninggal.

Karena cerita itu, orang tua di China akan memilih berdagang ketimbang tidur. Pilihan itu demi melindungi anak-anak mereka dari Sui. Mereka juga selalu berdoa agar anak-anaknya memiliki umur panjang.

Di tengah ketakutan itu, ada Peri menjelma sebagai delapan keping koin di dalam amplop merah. Koin dan amplop merah itu untuk mengelabui Iblis. Biasanya kedua benda itu ada diletakkan di bawah bantal, dan memancarkan sinar saat sesuatu terjadi kepada sang anak.

Akibat sinar itu, perhatian Sui dari kepala sang anak teralihkan. Hingga Sui mendekat kepada pancaran sinar. Ternyata, sinar dari amplop itu membuat Sui tunggang langgang. Kisah itu diceritakan dari mulut ke mulut secara turun temurun hingga tersebar ke seluruh penjuru. Sejak saat itulah, semua orang tua mulai membungkus koin dengan kertas merah untuk melindungi anak-anak.

Pemberian angpau tidak boleh dilakukan secara asal. Ada aturan yang harus ditaati apabila makna angpau bisa tercapai. Dalam tradisi China, orang-orang disebut tak boleh mengisinya dengan nilai ganjil. Karena angka ganjil identik dengan pemakaman. Tak hanya itu, angpau juga tidak boleh diisi uang yang memiliki angka empat jika dijumlahkan. Sebab, angka empat memiliki makna kematian. (Muhammad Fadli Rizal)


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar