c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

15 Oktober 2025

11:05 WIB

Yes Rupiah Menguat! Didukung Ekpektasi Penurunan Bunga The Fed Oktober

Rupiah berpotensi menguat seiring peningkatan ekspektasi penurunan suku bunga The Fed Oktober. Prospek ketenagakerjaan dan inflasi AS tak banyak berubah sejak pertemuan FOMC September.

<p><em>Yes</em> Rupiah Menguat! Didukung Ekpektasi Penurunan Bunga The Fed Oktober</p>
<p><em>Yes</em> Rupiah Menguat! Didukung Ekpektasi Penurunan Bunga The Fed Oktober</p>

Petugas melayani penukaran uang rupiah di gerai penukaran uang Dolarasia Money Changer, Jalan Alternatif Cibubur, Bekasi, Jumat (15/12/2023). Validnews/Darryl Ramadhan

JAKARTA - Analis Bank Woori Saudara Rully Nova mengatakan, nilai tukar (kurs) rupiah berpotensi menguat seiring ekspektasi penurunan suku bunga The Fed yang meningkat.

"Masih ada ruang penguatan (rupiah) untuk hari ini, karena index dollar turun tipis seiring meningkatnya ekspektasi penurunan bunga The Fed," ucapnya melansir Antara, Jakarta, Rabu (15/10).

Baca Juga: Perang Dagang Mereda, Rupiah Balik Menguat Ke Rp16.563

Berdasarkan pantauan, nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan Rabu (15/10) di Jakarta, menguat sebesar 0,11% atau 19 poin, dari sebelumnya Rp16.603 menjadi Rp16.584 per dolar AS.

Sementara itu, Bloomberg mencatat, rupiah di pasar spot masih lanjut menguat tipis terhadap dolar AS pada pukul 09.54 WIB sebesar 0,14% atau 23 poin. Saat ini rupiah ditransaksikan sekitar Rp16.580 per dolar AS. Kemarin (14/10), pergerakan indeks dolar DXY ditutup ambles 0,19% secara harian ke level 98,85 poin.

Mengutip Xinhua, Gubernur Federal Reserve Jerome Powell menegaskan bahwa tidak ada jalur bebas risiko untuk kebijakan suku bunga di tengah ketegangan antara target ketenagakerjaan dan inflasi.

Dalam pertemuan National Association for Business Economics di kota Philadelphia, AS, Powell menyampaikan bahwa The Fed akan menetapkan kebijakan berdasarkan evolusi prospek ekonomi dan keseimbangan risiko, alih-alih mengikuti jalur yang telah ditentukan sebelumnya.

Seiring penutupan pemerintahan federal AS dan laporan data ekonomi resmi yang minimal karena tertunda, Powell menyatakan bank sentral memiliki sumber data sendiri untuk memantau kesehatan ekonomi AS.

Baca Juga: Rupiah Terdesak Pasca Perang Dagang AS-China Kembali Memanas

Berdasarkan data yang dimiliki, Powell mengatakan, prospek ketenagakerjaan dan inflasi AS tak banyak berubah sejak pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) September 2025. Saat pertemuan FOMC Oktober, diperkirakan The Fed kembali memangkas suku bunga 25 basis poin di akhir bulan ini.

Sentimen lain terhadap rupiah berasal dari rilis data Bank Indonesia (BI) terkait utang luar negeri dan survei kegiatan dunia usaha.

"Utang luar negeri pemerintah per Agustus 2025 diperkirakan masih akan tumbuh 4,5% menjadi di kisaran US$475 miliar," kata Rully.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar