22 April 2025
12:41 WIB
Wow! Transaksi Bursa Karbon Indonesia Ungguli Malaysia Dan Laos 7 Kali Lipat
Dalam waktu singkat sejak diluncurkan, IDX Carbon telah menunjukkan kinerja perdagangan yang jauh lebih unggul dibandingkan bursa karbon Malaysia, Laos, maupun Jepang.
Penulis: Nuzulia Nur Rahma
Editor: Khairul Kahfi
Ilustrasi - Perdagangan karbon. Dok Freepik
JAKARTA - Bursa Efek Indonesia (BEI) menyatakan optimisme tinggi terhadap potensi Bursa Karbon Indonesia (IDX Carbon). Dalam waktu singkat sejak diluncurkan, IDX Carbon telah menunjukkan kinerja perdagangan yang jauh lebih unggul dibandingkan bursa karbon di negara-negara lain.
Direktur Utama BEI Iman Rachman mengungkapkan, volume perdagangan karbon melalui IDX Carbon telah mendekati 1,6 juta ton CO₂ ekuivalen sejak resmi meluncur pada 26 September 2023 sampai 17 Januari 2025. Dengan nilai transaksi perdagangan karbon tersebut mencapai hampir Rp80 miliar.
“Jumlah partisipan juga melonjak signifikan, dari hanya 16 saat awal peluncuran menjadi 111 pengguna jasa saat ini,” ujar Iman dalam diskusi Carbonex di Main Hall BEI, Jakarta, Selasa (22/4).
Baca Juga: Kuartal I/2025, IDXCarbon Catat Volume Perdagangan Hampir 700 Ribu Ton Karbon
Dia menambahkan, aktivitas retirement atau penghapusan karbon kredit juga meningkat tajam dari 6.290 ton menjadi hampir 1 juta ton karbon yang sudah ditarik dari pasar.
Iman mengatakan, jika dibandingkan dengan bursa karbon dari negara lain yang usianya tak jauh berbeda, capaian IDX Carbon terbilang mencolok.
“Transaksi di IDX Carbon 7 kali lebih besar dari bursa karbon Malaysia dan Laos, serta 2 kali lipat lebih besar dari bursa karbon Jepang,” jelas Iman.
Lebih lanjut, dia menyebutkan bursa karbon Indonesia juga telah menarik perhatian internasional. Sejumlah pemilik proyek dari luar negeri telah menunjukkan minat untuk mendaftarkan dan memperdagangkan kredit karbon mereka melalui IDX Carbon.
Namun demikian, BEI menegaskan bahwa fokus utama IDX Carbon saat ini adalah memperluas akses perdagangan unit karbon Indonesia kepada pasar internasional.
Iman juga menyebutkan, sejak 20 Januari 2024, Indonesia telah memulai perdagangan perdana unit karbon kepada pihak internasional melalui otorisasi dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
“Pemerintah saat ini sedang menjajaki Mutual Recognition Agreement (MRA) untuk memperkuat posisi Indonesia di pasar karbon global, termasuk upaya menjadi anggota dari standar internasional seperti VERRA dan Gold Standard,” tambah Iman.
Baca Juga: Nilai Perdagangan Bursa Karbon Capai Rp62,93 Miliar
Dengan capaian dan dukungan regulasi yang terus berkembang, BEI meyakini bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pusat perdagangan karbon regional dan global. Pihaknya pun berharap, capaian yang ada dapat menarik minat pembeli asing untuk bisa langsung bertransaksi di IDX Carbon.
“Karena IDX Carbon ini dibangun untuk memberikan fasilitas terbaik bagi perdagangan karbon dan memberikan pemerintah alat untuk memonitoring dalam menerima manfaat sebesar-besarnya dari perdagangan karbon untuk lingkungan,” tandasnya.