07 Oktober 2025
15:37 WIB
Wakil Ketua MPR Beberkan Manfaat 'Bunker Karbon' Alias CCS Untuk Indonesia
Suntikan investasi sampai terbentuknya ekosistem ekonomi karbon jadi contoh manfaat teknologi CCS untuk Indonesia.
Penulis: Yoseph Krishna
Pekerja memeriksa lokasi penerapan teknologi Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS) di Pertamina EP Sukowati Field, Bojonegoro, Jawa Timur, Kamis (7/12/2023). Antara Foto/Budi Candra Setya
JAKARTA - Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Eddy Soeparno menegaskan teknologi penangkapan dan penyimpanan carbon (Carbon Capture and Storage/CCS) jadi salah satu senjata Indonesia dalam menjalankan inisiatif rendah karbon.
Dalam gelaran International & Indonesia CCS (IICCS) Forum 2025, Eddy mengatakan ada beberapa dampak positif yang bisa dirasakan jika nantinya proyek-proyek CCS telah tereksekusi. Misalnya, terkait fungsi dari CCS utuk menyerap emisi karbon.
Karena itulah, teknologi CCS digadang-gadang menjadi senjata Indonesia dalam menjalankan agenda transisi menuju energi yang lebih bersih. Apalagi, Indonesia ditaksir punya potensi kapasitas CCS hingga 600 giga ton (GT).
"Jadi, ini untuk menunjang kegiatan kita terhadap penanganan masalah perubahan atau krisis iklim yang ada," kata Eddy di Jakarta, Selasa (7/10).
Baca Juga: Jadi Senjata Kurangi CO2, Ini Cara Kerja CCS
Tak sampai situ, penerapan teknologi Carbon Capture and Storage juga bisa memberi sejumlah manfaat bagi perekonomian nasional, salah satunya ialah suntikan investasi.
Dia mengungkapkan investasi untuk CCS sangat besar. Misalnya di Selat Sunda, PT Pertamina bersama ExxonMobil menyuntikkan modal lebih kurang US$10 miliar untuk proyek CCS.
"Belum lagi bp Tangguh juga melakukan investasi, termasuk juga INPEX di Masela juga melakukan investasi demikian. Jadi, potensi investasi yang masuk itu sangat besar," tutur Eddy.
Tak sampai situ, Politisi dari Partai Amanat Nasional (PAN) tersebut meyakini manfaat ekonomi lainnya dari masifikasi utilisasi CCS juga bakal dirasakan dari meningkatnya serapan tenaga kerja, terutama untuk mengoperasikan teknologi itu.
"Ini (serapan tenaga kerja) juga merupakan hal yang penting bagi kita dalam prosesnya, termasuk dalam pengoperasiannya," ucap dia.
Terakhir, teknologi CCS disebutnya turut berperan dalam penciptaan ekosistem ekonomi karbon di Indonesia. Eddy yang juga menjabat sebagai Anggota Komisi XII DPR berharap ekonomi karbon yang tercipta dari CCS bisa menambah pendapatan negara.
"Ekonomi karbon yang kita sedang kembangkan sekarang, termasuk diantaranya CCS, itu yang kita harapkan menjadi pilar perekonomian dan sumber pendapatan negara ke depannya," jabar Eddy Soeparno.
Walau demikian, Eddy mengatakan masih ada segudang hal yang perlu dipersiapkan sebelum mengeksekusi proyek CCS, termasuk di dalamnya analisis biaya, aspek regulasi, serta insentif yang tepat.
Baca Juga: Kemenko Perekonomian Dorong Implementasi CCS Jadi Daya Tarik Investasi
Karena itu, Parlemen Indonesia siap untuk berdiskusi dan berkolaborasi dengan investor yang ingin menyuntikkan modal mereka untuk proyek CCS. Menurut dia, DPR-MPR sebagai pengawal dan penjaga konstitusi punya tugas memastikan agenda transisi energi, inisiatif rendah karbon, termasuk teknologi CCS bisa berjalan dengan lancar.
"Konstitusi kita menyebutkan pembangunan ekonomi Indonesia perlu didasarkan pada platform yang berkelanjutan. Karena itu, sudah menjadi tugas saya untuk mendorong pengembangan ekonomi rendah karbon kita, termasuk CCS sebagai prioritas utama ke depannya," tandas dia.