09 September 2022
18:18 WIB
JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyebut, ventilator besutan lokal bisa menjadi sentimen positif, dalam upaya mendukung substitusi impor alat kesehatan dan program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN).
“Market size ventilator di dunia diperkirakan tumbuh 5% setiap tahunnya, dengan nilai sebesar US$5,79 miliar pada 2021 dan akan semakin meningkat hingga US$9,13 miliar pada 2027," kata Sekretaris Direktorat Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat transportasi dan Elektronika, kementerian perindustrian (Kemenperin) M Arifin lewat keterangannya di Jakarta, Jumat, saat menghadiri Sosialisasi Produk Ventilator Dalam Negeri di Semarang.
Kebutuhan ventilator di dunia, lanjutnya, terus tumbuh. Bukan hanya untuk kebutuhan pandemi covid-19, tetapi juga untuk penanganan penyakit kronis lainnya yang membutuhkan alat bantu pernapasan.
Menurut Arifin, persaingan industri ventilator dunia juga terus meningkat dengan keunggulan inovasinya. Untuk itu Kemenperin terus mendukung pertumbuhan dan kemandirian industri alat kesehatan dengan memberikan berbagai kebijakan yang kondusif, serta instrumen yang berpihak kepada industri dalam negeri.
Langkah strategis lain yang dijalankan adalah mengakselerasi upaya peningkatan kompetensi sumber daya manusia.
“Dalam forum ini, kami bangga bahwa industri alat kesehatan dalam negeri, khususnya tim pengembang ventilator, berhasil memberikan upaya nyata dalam meningkatkan daya saing industri nasional dengan menciptakan ventilator yang sudah memiliki izin edar di Kementerian Kesehatan," ucap Arifin.
Izin edar sendiri sudah diberikan untuk produk Ventilator ICU V-01 dan Ventilator Emergency R03 yang sudah memiliki sertifikat TKDN dengan nilai 43,16% dan 41,90%.
Kehadiran industri ventilator lokal sendiri, dikerjakan oleh pihak pengembang dalam negeri. Di antaranya YPTI (UGM) untuk high end ventilator, Ventilator Transport dari UI, Emergency Ventilator dari ITB, dan Portable Ventilator Emergency dari ITS. Selai memberikan nilai tambah, produk-produk lokal ini juga meningkatan daya saing nasional untuk bersaing dengan produk-produk global.
Dalam kesempatan tersebut para pengembang yang terdiri dari PT YPTI, PT Swayasa Prakarsa, PT Stechoq Robotika Indonesia, dan UGM, menyampaikan progres pengembangan ventilator produksi dalam negeri. Ventilator V-01 dikabarkan memiliki kapasitas produksi 100 unit/tahun, sedangkan Ventilator R-03 memiliki kapasitas produksi 200 unit/tahun.
Kemenperin juga menggandeng Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah agar membangun komitmen rumah sakit dan lembaga pendidikan kesehatan di wilayah tersebut, untuk menggunakan merek dan produk dalam negeri.
Arifin melanjutkan, upaya tersebut juga bertujuan memperkenalkan produk alat kesehatan dalam negeri sejak awal pendidikan tenaga kesehatan. Hal ini dibutuhkan agar proses regenerasi pemanfaatan alat kesehatan dalam negeri dapat berlangsung secara simultan, antara lembaga kesehatan sebagai pengguna, dan industri alat kesehatan dalam negeri sebagai produsen.